sehingga luas lahan petani hamparan lebih luas dibandingkan luas lahan milik petani lokal.
Walaupun sebagian besar responden memiliki luas lahan yang sempit, mereka tetap menerapkan sistem agroforestry dalam mengelola lahannya. Mereka
menanami lahan mereka dengan tanaman pertanian sawah, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan. Pada responden yang luas lahannya sempit, hasil sawah
digunakan untuk kebutuhan makan mereka sehari-hari, tanaman perkebunan untuk mencukupi kebutuhan selain makanan, dan tanaman kehutanan kayu rakyat
untuk kebutuhan mendesak.
5.3.7 Jumlah Anggota Keluarga
Karakteristik jumlah anggota keluarga menunjukkan jumlah tanggungan secara ekonomi rumah tangga responden Wijiadi 2007. Berdasarkan Tabel 14,
pengelompokkan berdasarkan asumsi bahwa rumah tangga itu terdiri dari minimal dua jiwa pasangan suami istri. Responden penelitian ini menyebar antara
kelompok dengan jumlah anggota keluarga 1 –2 jiwa sampai kelompok dengan
jumlah anggota keluarga 9 –10 jiwa. Adapun keterangan mengenai jumlah anggota
keluarga ialah sebagai berikut: 1 kelompok dengan jumlah anggota keluarga 1 –2
jiwa ialah keluarga yang baru menikah atau tidak memiliki keturunan; 2 kelompok dengan jumlah anggota keluarga 3
–4 jiwa ialah keluarga yang memiliki anak 1
–2 jiwa, karena mengikuti program Keluarga Berencana KB dan tidak berani memiliki anak lebih akibat kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu;
3 kelompok dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 4 jiwa ialah keluarga yang cukup mampu secara ekonomi dan berani memiliki anak lebih banyak.
Semakin sedikit anggota keluarga, jumlah jiwa yang ditanggung secara ekonomi semakin sedikit, tetapi juga semakin sedikit jiwa yang membantu dalam
mengelola lahan masing-masing Wijiadi 2007. Tabel 14 Sebaran responden menurut jumlah anggota keluarga
Kelompok jumlah anggota keluarga jiwa Jumlah jiwa
Persentase
1 –2
9 15,00
3 –4
41 68,33
5 –6
8 13,33
7 –8
1 1,67
9 –10
1 1,67
Total 60
100,00
Sebaran responden terbanyak ialah kelompok dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 3
–4 jiwa yang berjumlah 41 jiwa 68,33, seperti terlihat pada Tabel 14. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden terpilih
terdiri dari pasangan suami istri yang memiliki 1 –2 jiwa anak, mengikuti program
KB, dan kondisi ekonomi keluarga kurang mampu.
5.3.8 Penghasilan Rata-Rata Bulanan
Karakteristik penghasilan bulanan menunjukkan kemampuan ekonomi responden Diniyati et al. 2008. Perhitungan penghasilan dilakukan dengan
menghitung penghasilan kotor pada bulan-bulan terakhir dari pendapatan- pendapatan yang meliputi penghasilan bulanan gaji dan tunjangan, pensiunan,
pendapatan usaha dagang, pendapatan usaha tani tanaman pertanian, pendapatan usaha tani tanaman perkebunan, dan pendapatan hasil pemanenan yang dikonversi
ke jangka waktu bulanan. Penghasilan kotor bulan-bulan terakhir diambil karena dapat menunjukkan kondisi ekonomi rumah tangga petani terkini.
Tabel 15 Sebaran responden menurut penghasilan rata-rata bulanan
Kelompok penghasilan rata-rata bulanan Rpbln Jumlah jiwa
Persentase
–1,29 23
38,33 1,3
–2,59 20
33,33 2,6
–3,89 8
13,33 3,9
–5,19 5
8,33 5,2
–6,49 1
1,67 6,5
–7,79 1
1,67 7,8
–9,09 2
3,33
Total 60
100,00
Karakteristik penghasilan rata-rata bulanan dikelompokkan menjadi tujuh kelompok yang berbeda Tabel 15, pembagian kelompok dilakukan sesuai
dengan kaidah teknik penyajian data dalam Walpole 1992. Responden menyebar dari kelompok yang berpenghasilan rata-rata bulanan di bawah Rp
1.290.000,00bulan sampai kelompok reponden yang berpenghasilan rata-rata antara Rp 7.800.000,00bulan hingga Rp 9.090.000,00bulan. Secara umum,
semakin besar penghasilan rata-rata bulanan, semakin rendah jumlah responden yang memiliki karakteristik tersebut.
Sebaran responden banyak mengumpul pada kelompok penghasilan rata- rata bulanan di bawah Rp 2.590.000,00bulan, yaitu sebanyak 43 jiwa 71,66.
Sebaran tersebut terdiri dari 23 jiwa 38,33 kelompok dengan penghasilan rata-
rata bulanan di bawah Rp 1.290.000,00bulan dan 20 jiwa kelompok dengan penghasilan rata-rata bulanan antara Rp 1.300.000,00bulan hingga Rp
2.590.000,00bulan. Hal ini terjadi karena sebagian besar memiliki pekerjaan utama sebagai petani 75 dan sebagian besar berusia antara 60
–64 tahun 23,33, sehingga bergantung dari hasil panen tanamannya. Adapun Upah
Minimum Regional UMR Kabupaten Sumedang senilai Rp 1.058.978,00 Pemda Jabar 2009. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki penghasilan rata-rata bulanan pada UMR.
5.4 Motivasi Pemanenan Kayu Rakyat