Hubungan Jenis Kelamin Responden dan Motivasi Pemanenan Kayu Rakyat

5.5.2 Hubungan Jenis Kelamin Responden dan Motivasi Pemanenan Kayu Rakyat

Berdasarkan Tabel 18, motivasi yang disebabkan oleh kebutuhan tempat tinggal sering muncul dengan persentase kemunculan sebesar 56,01. Baik pria maupun wanita sama-sama membutuhkan tempat tinggal. Kebutuhan pria dan wanita ini disebabkan beberapa alasan seperti: 1 kondisi rumah yang ada saat ini sudah tua, membutuhkan perbaikan, dan bahkan tidak layak huni; 2 banyak keluarga muda yang masih tinggal bersama orang tua mereka dalam rumah yang sama; dan 3 ketidakmampuan responden mencukupi kebutuhan tempat tinggal dari pendapatan utama mereka, sehingga menggunakan tabungan berupa kayu rakyat. Kebutuhan tempat tinggal banyak terjadi pada pria, sementara pada wanita hanya sedikit.. Tabel 18 Persentase kemunculan motivasi pemanenan kayu rakyat pada jenis kelamin responden Motivasi pemanenan kayu Jenis kelamin Pria Wanita Total 1. Kebutuhan tempat tinggal a. Membangun rumah 37,33 1,33 38,67 b. Memperbaiki rumah 13,33 1,33 14,67 c. Membeli rumah 2,67 0,00 2,67 Sub-total 53,33 2,66 56,01 2. Kebutuhan investasi a. Modal usaha 14,67 1,33 16,00 b. Membeli tanah 10,67 0,00 10,67 c. Biaya pendidikan 8,00 1,33 9,33 Sub-total 33,34 2,66 36,00 3. Kebutuhan sehari-hari a. Biaya kesehatan 1,33 0,00 1,33 b. Biaya pernikahan 1,33 0,00 1,33 c. Kebutuhan sehari-hari 1,33 0,00 1,33 d. Membayar utang 2,67 0,00 2,67 e. Ongkos naik haji 1,33 0,00 1,33 Sub-total 7,99 0,00 7,99 Berdasarkan Tabel 18, motivasi membangun rumah sebagai motivasi yang disebabkan kebutuhan tempat tinggal menyebar pada pria dan wanita 38,67. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan tempat tinggal yang menyebabkan membangun rumah muncul pada pria dan wanita. Persentase kemunculan terbesar motivasi membangun rumah terdapat pada jenis kelamin pria 37,33. Adapun pada jenis kelamin pria, kebutuhan tempat tinggal terkait dengan statusnya sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah bagi rumah tangga. Alasan pria membutuhkan rumah karena rumah mereka saat ini sudah tua, sempit, beberapa bagian rusak, dan bahkan belum memiliki rumah menumpang di rumah orang tua mereka. Selain itu, pria juga memanen kayu rakyat untuk membangun rumah yang akan diberikan kepada anak mereka yang telah berkeluarga dan belum mampu memiliki rumah sendiri. Jenis kelamin wanita yang termotivasi untuk membangun rumah disebabkan keinginan untuk memberikan rumah kepada anaknya yang belum memiliki rumah sendiri. Hampir sama dengan motivasi membangun rumah, motivasi memperbaiki rumah menyebar pada pria dan wanita 14,67. Kebutuhan rumah akibat kondisi yang dijelaskan sebelumnya, memungkinkan responden memiliki pilihan untuk membangun rumah baru atau memperbaiki rumah lama. Perbaikan dapat dilakukan jika rumah lama masih cukup layak untuk dipertahankan. Motivasi membeli rumah muncul pada kelompok pria. Hal ini karena responden pada kelompok jenis kelamin ini membutuhkan rumah baru untuk diberikan kepada anak mereka tanpa harus membangun rumah dari awal. Rumah yang dibeli berada di luar wilayah Desa Padasari. Berdasarkan Tabel 18, motivasi yang disebabkan oleh kebutuhan investasi muncul dengan persentase kemunculan sebesar 36. Pada kelompok kebutuhan ini, persentase kemunculan motivasi menyebar pada pria dan wanita. Baik pria maupun wanita menganggap bahwa investasi berguna untuk periode waktu jangka pendek dan jangka panjang. Manfaat investasi untuk jangka pendek ialah bahwa mereka dapat menghasilkan pendapatan dari investasi dan menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan manfaat jangka panjang ialah adanya pendapatan yang dihasilkan dari investasi saat ini atau kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan baru bagi anak mereka sehingga dapat hidup mandiri. Motivasi modal usaha menyebar juga pada pria dan wanita 16, seperti terlihat pada Tabel 18. Hal itu menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita menggunakan hasil hutan rakyatnya untuk digunakan sebagai modal usaha. Adapun penggunaan hasil hutan rakyat berupa penggunaan kayu rakyat sebagai bahan baku kegiatan usaha furnitur ataupun kayu rakyat dijual sehingga menghasilkan uang untuk modal usaha. Persentase terbanyak terjadi pada jenis kelamin pria 14,67, karena status pria sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah. Sementara wanita menggunakan hasil penjualan kayu rakyat dari hasil pemanenan kayu rakyatnya untuk keperluan menambah modal usaha dagang. Motivasi membeli tanah hanya terjadi pada jenis kelamin pria 10,67, seperti tercantum dalam Tabel 18. Bagi responden pria, hasil dari lahan miliknya cukup menguntungkan, kemudian dia berpikir untuk menambah luas lahannya dengan cara membeli tanah. Ketika tanah sudah bertambah, akan diolah sehingga mendapatkan penghasilan saat panen tiba. Harga tanah yang semakin lama semakin naik juga merupakan bahan pertimbangan. Motivasi biaya pendidikan menyebar pada semua jenis kelamin 9,33, seperti tercantum dalam Tabel 18. Baik pria maupun wanita berharap bahwa anak mereka menempuh pendidikan setinggi yang mereka mampu. Walaupun dalam perwujudannya hanya sedikit yang mampu dan mau berkorban demi menyekolahkan anak mereka masing-masing. Kelompok terakhir ialah kebutuhan lain-lain yang menyebabkan kemunculan motivasi dengan persentase kemunculan sebesar 7,99 Tabel 18. Pada kelompok kebutuhan ini, persentase kemunculan motivasi hanya terjadi pada pria. Bagi responden pria sendiri, kebutuhan yang beragam tidak menentu, bersifat mendesak, dan bergantung kepada kesiapan masing-masing dalam melakukan pemanenan kayu rakyat. Selain itu, responden tidak mampu mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut dari pendapatan utamanya, sehingga menggunakan tabungan berupa kayu rakyat. Menurut hubungan antara jenis kelamin responden dengan motivasi pemanenan kayu rakyat, pria merupakan responden yang paling produktif menghasilkan kayu rakyat. Dengan kecenderungan ini, kelompok responden pria merupakan objek pembinaan bagi pihak yang berkepentingan untuk menjaga keberlanjutan produksi kayu rakyat yang merupakan komoditas alternatif bagi pemenuhan kebutuhan kayu selama ini. Sementara kelompok responden wanita merupakan objek pembinaan bagi pihak yang berkepentingan dalam menjaga kelestarian alam, sehingga hutan rakyat tetap memiliki manfaat secara ekologi. Terdapat beberapa macam bentuk program pembinaan. Pengenalan jenis baru yang cocok dengan kondisi lingkungan, cepat tumbuh, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Keberlanjutan usaha kayu rakyat bergantung pada ketergantungan petani terhadap hasil kayu rakyat. Untuk mempertahankannya, petani dibina untuk terus menanam tanaman kehutanan. Selain itu, terkait dengan daur volume maksimum, petani diberikan pengetahuan mengenai teknik pengaturan hasil. Hai itu dilakukan agar petani memperoleh pendapatan optimal. Daur butuh yang selama ini diterapkan petani tidak memberikan keuntungan yang optimal, karena nilai ekonomis kayu bisa saja masih rendah. Faktor ekologis juga terpengaruh, karena tanaman kehutanan kurang optimal memberikan manfaat bagi lingkungannya. Oleh karena adanya kebutuhan-kebutuhan pada rumah tangga yang menyebabkan motivasi pemanenan kayu rakyat, diperlukan suatu lembaga seperti kelompok tani atau koperasi yang memberikan bantuan berupa sumbangan atau pinjaman untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sumber dana bagi lembaga tersebut dapat berasal dari uang swadaya, bantuan pemerintah, atau donasi sponsor.

5.5.3 Hubungan Pendidikan Terakhir Responden dan Motivasi Pemanenan Kayu Rakyat