Pengalaman Berusaha Tani Luas Kepemilikan Lahan

baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan mendesak; dan 2 memiliki pengetahuan mengenai potensi jenis beserta manfaatnya. Karakteristik jenis pekerjaan pokok sebenarnya masih berkaitan dengan karakteristik kelompok usia, dimana responden dominan berusia antara 60 –64 tahun. Pada selang usia itu, mereka umumnya telah melewati masa pensiun, baik dari pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS ataupun pegawai swasta. Setelah pensiun, aktivitas mereka ialah mengolah lahan mereka bertani, yang dianggap lebih tenang dan menguntungkan. Selain pensiunan, tidak sedikit pula yang memang telah puluhan tahun memilih pekerjaan pokok sebagai petani, karena pekerjaan ini telah turun-temurun di Desa Padasari. Salah satu penyebab lain dari banyaknya responden yang bekerja sebagai petani ialah rendahnya kesempatan kerja di Desa Padasari.

5.3.5 Pengalaman Berusaha Tani

Karakteristik pengalaman berusaha tani menunjukkan ketergantungan hidup responden kepada usaha tani untuk mencukupi kebutuhannya Witantriasti 2010. Karakteristik pengalaman berusaha tani dikelompokkan menjadi tujuh kelompok yang berbeda Tabel 12 berdasarkan kaidah teknik penyajian data dalam Walpole 1992. Responden penelitian ini menyebar antara kelompok dengan pengalaman berusaha tani di bawah 9 tahun sampai kelompok dengan pengalaman berusaha tani selama 60 –69 tahun. Responden penelitian banyak terdapat pada kelompok dengan pengalaman berusaha tani selama 10 –19 tahun, yaitu sebanyak 18 jiwa 30 seperti terlihat pada Tabel 12. Bahkan jika digabung, terdapat 32 jiwa 53,33 responden pada selang pengalaman berusaha tani selama 10 –29 tahun. Tabel 12 Sebaran responden menurut pengalaman berusaha tani Kelompok pengalaman berusaha tani tahun Jumlah jiwa Persentase –9 5 8,33 10 –19 18 30,00 20 –29 14 23,33 30 –39 7 11,67 40 –49 12 20,00 50 –59 2 3,33 60 –69 2 3,33 Total 60 100,00 Menurut responden, pengalaman berusaha tani berawal ketika mereka fokus mengolah lahannya setiap hari, walaupun sejak kecil mereka sudah mulai membantu mengolah lahan milik orang tua mereka. Sebagai contoh, pengalaman berusaha tani pada beberapa responden bermula saat mereka pensiun atau berhenti dari pekerjaan pokok mereka selain sebagai petani.

5.3.6 Luas Kepemilikan Lahan

Karakteristik luas kepemilikan lahan menunjukkan pemerataan luas kepemilikan lahan Wijiadi 2007 dan tingkat sosial masyarakat di lokasi tersebut Sultika 2010. Karakteristik luas kepemilikan lahan dikelompokkan menjadi tujuh kelompok yang berbeda Tabel 13 berdasarkan kaidah teknik penyajian data dalam Walpole 1992. Responden menyebar dari kelompok yang memiliki lahan dengan luasan di bawah 0,29 ha sampai kelompok yang memiliki lahan dengan luasan antara 1,8 –2,09 ha. Semakin luas lahan yang dimiliki, semakin rendah jumlah responden. Tabel 13 Sebaran responden menurut luas kepemilikan lahan Kelompok luas kepemilikan lahan ha Jumlah jiwa Persentase –0,29 28 46,67 0,3 –0,59 17 28,33 0,6 –0,89 4 6,67 0,9 –1,19 4 6,67 1,2 –1,49 3 5,00 1,5 –1,79 3 5,00 1,8 –2,09 1 1,67 Total 60 100,00 Sebaran responden terbanyak ialah kelompok yang memiliki lahan dengan luasan di bawah 0,29 ha sebanyak 28 jiwa 46.67. Hal ini menunjukkan lahan yang dimiliki oleh masyarakat sebagian besar sempit, penyebaran merata, dan terstruktur seperti struktur sosial. Sultika 2010 mengungkapkan bahwa semakin luas lahan yang dimiliki, maka semakin tinggi status sosialnya. Lahan yang dimiliki oleh responden sebagian besar berasal dari warisan keluarga yang dibagi-bagikan, sehingga luas masing-masing secara umum semakin sempit. Selain itu, beberapa responden pernah menjual lahan akibat kebutuhan ekonomi yang menyebabkan luas lahan mereka berkurang. Pembeli lahan biasanya ialah petani-petani hamparan tidak tinggal di Desa Padasari, sehingga luas lahan petani hamparan lebih luas dibandingkan luas lahan milik petani lokal. Walaupun sebagian besar responden memiliki luas lahan yang sempit, mereka tetap menerapkan sistem agroforestry dalam mengelola lahannya. Mereka menanami lahan mereka dengan tanaman pertanian sawah, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan. Pada responden yang luas lahannya sempit, hasil sawah digunakan untuk kebutuhan makan mereka sehari-hari, tanaman perkebunan untuk mencukupi kebutuhan selain makanan, dan tanaman kehutanan kayu rakyat untuk kebutuhan mendesak.

5.3.7 Jumlah Anggota Keluarga