Witantriasti 2010 mengelompokkan karakteristik petani hutan rakyat di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor menjadi kelompok
usia, pendidikan, dan pengalaman usaha tani. Pada karakteristik usia, dominansi terjadi pada kelompok usia 35
–49 tahun, yang menunjukkan regenerasi usaha tani di lokasi tersebut. Dalam karakteristik pendidikan, dominansi terjadi di tingkat
SD, yang menunjukkan keterbatasan sarana pendidikan di atas SD. Sedangkan dominansi yang terjadi di karakteristik pengalaman usaha tani ialah pada
kelompok petani yang telah berusaha tani selama 20 –30 tahun, yang menunjukkan
bahwa mereka telah menggantungkan hidupnya kepada usaha tani untuk mencukupi kebutuhannya.
Karakteristik petani menurut Wijiadi 2007 meliputi usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan, dan luas kepemilikan lahan. Karateristik usia
menunjukkan hubungan usia produktif manusia dengan kenyataan usia petani hutan rakyat. Karakteristik pendidikan menunjukkan ketersediaan sarana
pendidikan, tingkat perekonomian, dan kemampuan menerima inovasi. Karakteristik jumlah anggota keluarga menunjukkan jumlah tanggungan secara
ekonomi rumah tangga petani. Karakteristik pekerjaan menunjukan ketersediaan lapangan pekerjaan. Sedangan karakteristik luas kepemilikan lahan menunjukkan
pemerataan luas kepemilikan lahan.
2.2.2 Motivasi Pemanenan Kayu Rakyat
Motivasi menurut Sudaryanto et al. 1987 dalam Witantriasti 2010 merupakan faktor dalam endogen yang tumbuh dalam diri manusia yang berupa
nilai-nilai yang mendorong untuk memanfaatkan kesempatan dan atau mengambil manfaat dari kondisi-kondisi yang menguntungkan. Secara singkat, motivasi dapat
dikatakan sebagai motif yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Minat dari dalam tersebut akan tercermin dalam perilaku yang sebenarnya merupakan
kumpulan fantasi dari berbagai aspek. Motivasi dalam diri manusia terdorong karena adanya keinginan untuk hidup, keinginan untuk memiliki sesuatu, dan
keinginan untuk mendapatkan kekuasaan dan pengakuan. Beberapa penelitian sebelumnya telah menemukan motivasi pemanenan
kayu rakyat seperti terlihat pada Tabel 4. Hasil penelitian Suryandari dan Puspitojati 2003 mengemukakan bahwa keputusan pemanenan hutan rakyat
bukanlah berdasarkan pertimbangan ekonomi pohon, tetapi berdasarkan pertimbangan desakan ekonomi petani itu sendiri. Hal ini yang memunculkan
istilah daur butuh, yaitu keputusan menebang ditentukan oleh kebutuhan petani. Jangka waktu periode penebangan masih belum teratur karena waktu penebangan
dan jumlah pohon yang ditebang masih berdasarkan kebutuhan ekonomi yang mendadak seperti adanya hajatan pernikahan, khitanan, pendidikan, dan lain-lain.
Tabel 4 Motivasi pemanenan kayu rakyat menurut berbagai sumber
Sumber Tahun
Lokasi penelitian Karakteristik
Butar-Butar 2006
Desa Burno, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang,
Jawa Timur membayar utang, biaya
pendidikan, dan lain-lain Suryandari dan
Puspitojati 2003
Priangan Timur hajatan pernikahan, khitanan,
pendidikan, dan lain-lain Witantriasti
2010 Desa Gunung Sari, Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
biaya sekolah, ongkos kesehatan, membangun rumah, maupun
membangun masjid Sumber: Butar-Butar 2006, Suryandari dan Puspitojati 2003, dan Witantriasti 2010
Penelitian Butar-Butar 2006 mengatakan bahwa petani akan memanen tanaman apabila mereka anggap sudah menguntungkan, walaupun belum masak
tebang, karena mereka berprinsip walaupun untungnya sedikit tetapi cepat hasil agar bisa menanam lagi. Desakan yang timbul seperti membayar utang, biaya
pendidikan, dan lain-lain. Hal itu didukung oleh penelitian Handoko 2007, bahwa kegiatan pemanenan yang dilakukan petani hutan rakyat berupa pemilihan
tegakan yang memiliki nilai jual yang dapat memenuhi kebutuhan yang jumlahnya cukup besar.
Penelitian Witantriasti 2010 menjelaskan bahwa kegiatan pemanenan di Desa Gunung Sari menerapkan sistem tebang pilih dengan kriteria umur yang
cukup, walaupun tidak jarang yang belum memenuhi kriteria. Motivasi pemanenan kayu rakyat disebabkan oleh kebutuhan mendesak, seperti biaya
sekolah, ongkos kesehatan, membangun rumah, maupun membangun masjid. Kebutuhan mendesak diartikan sebagai kebutuhan yang pemenuhannya
harus dilakukan dengan segera dalam jumlah yang besar. Pada saat yang sama, petani hutan rakyat tidak memiliki komoditas lain yang dapat digunakan untuk
menutupi kebutuhannya tersebut. Itulah sebabnya hutan rakyat dinilai sebagai tabungan, dimana hasilnya untuk memenuhi kebutuhan mendesak tersebut
Marlina 2010.
III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian