Menurut Glasson 1977 multiplier effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan nilai perubahan yang terjadi berdasarkan indikator pendapatan
wilayah dan dapat dilihat dalam rumus :
dimana: MSy
: Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan ∆Y
: Perubahan Pendapatan Wilayah Kabupaten ∆Yb : Perubahan Pendapatan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten
Perhitungan multiplier effect berdasarkan indikator tenaga kerja dirumuskan :
dimana : MSe
: Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja ∆E
: Perubahan tenaga kerja Kabupaten ∆Eb : Perubahan tenaga kerja sektor perikanan Kabupaten
3.5.4 Analisis komoditas unggulan
Budiharsono 2001, menyatakan bahwa untuk dapat menentukan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten
Cirebon, dibuat matrik dari pendekatan location quotient LQ. Secara lebih operasional LQ didefinisikan sebagai rasio presentase dari total aktivitas
perikanan tangkap pada sub wilayah ke-I terhadap presentasi aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Model matematikanya sebagai berikut:
dimana: LQ
: Location Quotient Qi
: produksi ikan jenis ke-i Provinsi Jawa Barat Qt
: produksi total perikanan tangkap Provinsi Jawa Barat qi
: produksi jenis ke-i Kabupaten Cirebon qt
: produksi total perikanan tangkap Kabupaten Cirebon
Pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan tangkap dengan LQ dibedakan dalam dua kelompok, kelompok-kelompok tersebut masing-masing
terdiri atas 3 kriteria dan 2 kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ itu sendiri, yaitu terpusat LQ0, mendekati terpusat LQ=0,8
sampai 0,99 dan tidak terpusat LQ1. Masing-masing kelompok secara berurutan diberi bobot 3 apabila nilai LQ mengalami pertumbuhan yang
meningkat, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 2, dan apabila nilai LQ yang mengalami pertumbuhan menurun diberi bobot 1. Dari
ketiga hasil pembobotan LQ tersebut, selanjutnya menentukan kecenderungan nilai LQ dengan nilai bobot trend LQ. Bobot trend LQ yang meningkat diberi nilai
3, bobot trend LQ tetap diberi nilai 2, dan bobot trend menurun diberi nilai 1. Berdasarkan penjumlahan kedua nilai bobot tersebut selanjutnya
menghitung lebar kelas dengan mengurangi nilai total bobot tertinggi dikurangi nilai bobot total terendah kemudian dibagi dengan banyaknya kelas yaitu 14-73.
Menentukan selang selang kelas dengan mengetahui selang atas dan selang bawah, selang kelas komoditas unggulan yaitu ≥14, komoditas netral selang
kelasnya yaitu 11-13, dan komoditas non unggulan selang kelasnya yaitu 8-10. Komoditas unggulan merupakan hasil tangkapan unggulan dan dijadikan prioritas
untuk pengembangan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon.
3.5.5 Produktivitas perikanan tangkap