Tujuan Manfaat Perikanan Peranan dan dampak subsektor perikanan tangkap terhadap ekonomi wilayah Kabupaten Cirebon

1.4 Tujuan

Berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1 Menghitung kontribusi subsektor perikanan tangkap terhadap Pendapatan Daerah Regional Bruto PDRB di Kabupaten Cirebon; 2 Menentukan peranan subsektor perikanan tangkap terhadap perekonomian wilayah di Kabupaten Cirebon; 3 Menghitung multiplier effect yang mampu dihasilkan oleh subsektor perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon; dan 4 Mengetahui produktivitas unit penangkapan ikan dan jenis komoditas hasil tangkapan unggulan di Kabupaten Cirebon.

1.5 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1 Sebagai salah satu persyaratan bagi penulis untuk meraih gelar Sarana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB; 2 Memberikan informasi mengenai perkembangan perikanan terhadap ekonomi wilayah Kabupaten Cirebon; 3 Sebagai bahan masukan dan pertimbangan data bagi perencanaan pembangunan, khususnya pembangunan wilayah dalam kaitannya dengan pembangunan subsektor perikanan khususnya subsektor perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon; 4 Meningkatkan peranan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Cirebon dilihat dari indikator pendapatan wilayah perikanan tangkap dan produksi perikanan tangkap; 5 Memberikan informasi bagi nelayan dan pegawai perikanan tangkap terhadap produktivitas unit penangkapan ikan yang dominan di Kabupaten Cirebon; dan 6 Sebagai dasar bagi pembuat kebijakan dalam penyusunan prioritas anggaran pembangunan, penyediaan infrastruktur, dan perbaikan investasi sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Cirebon. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perikanan

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan, hal ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor. 31 Tahun 2004 tentang perikanan. Selanjutnya, didalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan binatang dan tanaman air, baik di laut maupun di perairan umum secara bebas. Kegiatan ini dibedakan dengan perikanan budidaya, dimana pada perikanan tangkap, binatang atau tanaman air masih belum merupakan milik seseorang sebelum binatang atau tanaman air tersebut ditangkap atau dikumpulkan sedangkan pada perikanan budidaya, komoditas tersebut telah merupakan milik seseorang atau kelompok yang melakukan budidaya tersebut. Perikanan tangkap sebagai sistem yang memiliki peran penting dalam penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta rekreasi bagi sebagian penduduk Indonesia yang berorientasi pada jangka panjang sustainability management. Tindakan manajemen perikanan tangkap adalah mekanisme untuk mengatur, mengendalikan, dan mempertahankan kondisi sumber daya ikan pada tingkat tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci perikanan tangkap adalah status dan trend aspek sosial ekonomi dan aspek sumberdaya. Era baru sektor perikanan dalam konteks pembangunan yang ditujukan pada kelestarian perikanan dan ekonomi yang harus mengontrol pengembangan daerah DKP, 2009. Dalam rangka mencapai pembangunan dan pengembangan perikanan tangkap diperlukan pengarahan kebijakan pembangunan wilayah pesisir secara terpadu. Pengarahan dan kebijakan tersebut menurut Departemen dalam Negeri dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan 2006 terdiri atas empat aspek utama, yaitu : 1 Aspek teknis dan teknologi Aspek teknis dan teknologi dari setiap kegiatan pembangunan wilayah pesisir harus memperhatikan tiga persyaratan, yaitu keharmonisan spasial ruang, kapasitas asimilasi daya dukung lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan. 2 Aspek sosial, ekonomi, dan budaya Aspek sosial, ekonomi, dan budaya mempunyai ketepatan terhadap masyarakat pesisir sebagai pelaku dan sekaligus untuk tujuan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi wilayah pesisir disamping untuk menghasilkan manfaat terbesar dari kegiatan pembangunan tersebut. Kenyataan yang ada terhadap pendapatan dari sektor perikanan sebagian besar keuntungannya dinikmati oleh masyarakat di luar sektor tersebut. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya di wilayah tersebut harus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang berhubungan dengan sektor perikanan dan memastikan bahwa mereka mendapatkan manfaat yang sesuai dari kegiatan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya perikanan serta meningkatkan pengetahuan tentang pembangunan wilayah perikanan lingkungan dengan diikuti oleh peningkatan pendapatan. 3 Aspek sosial politik Pembangunan ekonomi tidak mungkin berjalan jika sumber daya alam baik darat maupun laut tidak mampu lagi untuk menyediakan barang dan jasa apabila lingkungan menjadi rusak. Jika hal tersebut dibiarkan, maka akan menyebabkan semakin terpuruknya pembangunan ekonomi wilayah tersebut. Kerjasama antara politis dengan pengusaha khususnya pengusaha sektor perikanan serta pelaku ekonomi lainnya sangat dibutuhkan untuk membawa lingkungan hidup khususnya sektor perikanan ke arah yang lebih baik. Langkah politik untuk menjalankan kebijakan yang tegas sehubungan dengan masalah lingkungan perlu diwujudkan dengan memberikan hukuman yang berat bagi perusak lingkungan Fauzi, 2005. 4 Aspek hukum dan kelembagaan Peran pengaturan hukum dan kelembagaan adalah sebagai sarana penunjang bagi pelaksana kebijakan yang telah menjadi pilihan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu faktor umum yang menjadi hambatan bagi pengembangan perikanan disamping faktor sumberdaya alam itu sendiri berupa hambatan kelembagaan usaha produksi perikanan yang kurang kondusif bagi pelaku perikanan untuk berkembang.

2.2 Ekonomi Wilayah