46
dipertimbangkan adalah sarana transportasi karena mempunyai pengaruh paling tinggi diantara kriteria dalam fungsi sosek yang lain.
Hasil rata-rata nilai prioritas dari seluruh kriteria dalam fungsi sosek sebesar 0.2000 atau 20. Dan jika dilihat dari tingkat pengaruhnya dengan kriteria pada
fungsi kebijakan dan ekologi, kriteria di dalam fungsi sosek bernilai rata-rata sebesar 0.0601 yang artinya berdampak sebesar 6.01 dalam menentukan
pemanfaatan ruang di wilayah pesisir. Kriteria yang mempunyai nilai di atas rata- rata baik inter kluster maupun antar kluster adalah sarana transportasi, struktur
populasi penduduk, dan sapras perikanan.
c. Fungsi Kebijakan
Fungsi kebijakan berdasarkan keterkaitan antar kluster memiliki nilai prioritas sebesar 0.3370 atau 33.70. Nilai ini menunjukkan bahwa fungsi
kebijakan mempunyai pengaruh sebesar 33.70 dalam menentukan kesesuaian pemanfaatan ruang di wilayah pesisir. Besarnya nilai prioritas setiap kriteria di
dalam fungsi kebijakan dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Matriks prioritas fungsi kebijakan
No Nama
Prioritas Inter kluster
a
Prioritas Antar kluster
a
Persen
1 RZWP3K Provinsi Banten
0.5009 0.1689
16.89 2
RTRW Kabupaten Pandeglang 0.4991
0.1681 16.81
Jumlah 1.00
0.3370 33.70
Rata-rata 0.50
0.1685 16.85
Keterangan :
a
Nilai bobot hasil analisa
Kedua kriteria dalam fungsi kebijakan pada Tabel 23 mempunyai nilai prioritas yang sama sebesar 0.5009 dan 0.4991 atau 50. Hal ini menunjukkan
bahwa kedua kriteria ini memiliki pengaruh yang sama dalam menentukan suatu pemanfaatan ruang.
Hasil rata-rata nilai prioritas dari seluruh kriteria dalam fungsi kebijakan sebesar 0.5000 atau 50. Dan jika dilihat dari tingkat pengaruhnya antar kluster,
kriteria di dalam fungsi kebijakan mempunyai rata-rata nilai sebesar 0.1685 yang artinya mempunyai dampak sebesar 16.85 dalam menentukan pemanfaatan
ruang di wilayah pesisir. Kriteria yang mempunyai nilai di atas rata-rata baik inter maupun antar kluster adalah rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
provinsi.
Hasil pembobotan yang diperoleh dari para responden menunjukkan bahwa kriteria yang termasuk dalam fungsi kebijakan yang menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan keputusan dari suatu kebijakan. Berdasarkan Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang menyatakan bahwa rencana tata ruang
wilayah yang termasuk dalam fungsi kebijakan memang menjadi dasar acuan dalam membangun suatu wilayah batas administrasi di darat. Sedangkan untuk di
wilayah pesisir Undang-undang No. 27 tahun 2007 menyatakan bahwa RZWP3K merupakan suatu strategi penataan ruang yang mengatur tata ruang di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil. Sehingga hasil dalam analisa fungsi kebijakan ini RZWP3K merupakan kriteria yang paling dominan dalam menentukan
pemanfaatan ruang di wilayah laut dan perairan.
47
Analisis Spasial
Analisa spasial pada penelitian ini menggunakan kriteria berdasarkan pedoman rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tahun 2011 dan
kriteria berdasarkan hasil ANP. Mengingat kondisi dan kendala yang ada maka data yang diperoleh berupa data sekunder dan keakuratannya dibandingkan
dengan kondisi secara deskripsi di lapangan.
Kriteria Ekologi a.
Kedalaman perairan
Bathymetri atau pengukuran kedalaman perairan merupakan pengukuran dan pemetaan dari topografi dasar laut dimana peta bathymetri memberikan
informasi mengenai dasar laut. Pemanfaatan peta bathymetri dalam bidang kelautan misalnya dalam penentuan alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai.
pembangunan jaringan pipa bawah laut dan sebagainya.
Batas-batas pantai yang merupakan daerah peralihan antara daratan dan lautan sering ditandai dengan adanya suatu perubahan kedalaman yang berangsur-
angsur. Bagian-bagian tersebut adalah: - Continental shelf merupakan daerah yang mempunyai lereng yang landai
dan berbatasan langsung dengan daratan - Continental slope memiliki lereng yang lebih terjal daripada continental
shelf - Continental rise merupakan daerah yang mempunyai lereng yang kemudian
perlahan-lahan menjadi datar pada dasar lautan Berdasarkan data yang diperoleh maka sebaran kedalaman di perairan
Kabupaten Pandeglang adalah seperti Gambar 9.
Gambar 9. Sebaran kedalaman perairan Selat Sunda