Nelayan pembudidaya Limited supermatrix supermatriks batas
73
menjadi kawasan konservasi yaitu desa Taman Jaya dan Ujung Jaya. Hal ini disebabkan dan aksess masih sulit sehingga tekanan penduduk di wilayah ini tidak
serius. Dalam kebijakan ruang di kabupaten dan provinsi, daerah ini merupakan termasuk dalam kategori kawasan konservasi karena berbatasan langsung dengan
Taman Nasional Ujung Kulon. Dengan mempertimbangkan hal tersebut wilayah ini memang layak dijadikan kawasan konservasi untuk mempertahankan fungsi
ekologis ekosistem di perairan Pandeglang. Sedangkan untuk lahan di darat yang menjadi kawasan lindung hutan yang dikonservasi terdapat di kecamatan Sumur
dari desa Kertamukti sampai desa Ujung Jaya. Hal ini disebabkan berdasarkan rencana struktur ruang Kabupaten, wilayah ini termasuk dalam kawasan lindung.
Kelas sesuai untuk wilayah laut mempunyai suhu berkisar 29-30°C, kedalaman perairan kurang dari 5 meter dan luas tutupan karang sebagai habitat
biota laut kondisi saat ini keberadaannya masih di atas 60. Wilayah ini mempunyai luas lahan 8455.16 ha atau 13.32. Perairan yang mempunyai kategori
sesuai untuk kondisi tersebut adalah sekitar perairan Taman jaya dan Pulau Badul karena berdasarkan hasil survei lapangan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan
tahun 2010 masih memiliki luas tutupan karang hidup sebesar 70.59 dengan keanekaragaman biota dalam kategori baik. Sedangkan sepanjang pesisir
kecamatan Labuan sampai Panimbang lebih disebabkan oleh faktor kedalaman perairan kurang dari 10 meter dan suhu perairan 29-30°C sehingga sinar matahari
yang masuk ke dalam air mengakibatkan peningkatan suhu di permukaan.
Kelas kurang sesuai di wilayah darat mempunyai luas sebesar 21024.55 ha
atau 64.30. Berdasarkan hasil analisa wilayah yang berada dalam kelas kurang sesuai terdapat pada kecamatan Carita yaitu desa Sukarame, Sukanegara,
Banjarmasin, Panimbang jaya, Tangkil sari dan Banyuasih. Kriteria yang terdapat di kecamatan Carita lebih dikarenakan oleh kawasan ini dalam rencana struktur
ruang wilayah termasuk dalam kawasan lindung tetapi aksess menuju ke wilayah tersebut mudah sehingga menimbulkan tekanan penduduk yang serius. Sedangkan
pada desa Banyuasih faktor yang lebih dominan adalah sulitnya aksess menuju kesana sehingga tekanan penduduk yang ada masih tidak serius walaupun dalam
rencana struktur ruang termasuk dalam kawasan pemanfaatan hutan produksi dan perkebunan. Kategori kurang sesuai pada wilayah laut disebabkan oleh faktor
kedalaman perairan antara 5 sampai 10 meter dengan suhu perairan 28-29°C. Kondisi perairan seperti ini masih dapat ditolerir oleh biota tertentu, sehingga
keanekaragaman biota dalam perairan ini tidak banyak ragamnya.
Luas lahan darat dalam kriteria tidak sesuai sebesar 7309.97 ha atau 22.36. Desa yang termasuk dalam kategori ini adalah desa Pejamben,
Kecamatan Carita sampai dengan Tanjung jaya kecamatan Panimbang. Hal ini disebabkan karena tekanan penduduk di wilayah ini sudah sangat serius ditunjang
dalam struktur ruang diprioritaskan untuk kawasan industri dan pariwisata. Kriteria tidak sesuai dalam wilayah laut adalah wilayah yang mempunyai suhu
kurang dari 28°C dengan kedalaman perairan di atas 10 meter. Kondisi perairan seperti ini tidak sesuai untuk habitat biota air yang hidup di dalamnya. Hal ini
disebabkan produsen dalam melakukan fotosintesis sangat sulit sekali untuk menerima sinar matahari yang masuk ke perairan.
Berdasarkan hasil analisa kesesuaian di atas bahwa wilayah yang sangat sesuai untuk dijadikan kawasan konservasi perairan adalah perairan sekitar pulau
Badul, desa Taman jaya sampai desa Ujung jaya Kecamatan Sumur karena dalam
74
rencana tata ruang darat sangat mendukung sekali dalam penetapan zonasi ruang konservasi perairan ini.
Kesesuaian Lahan Pariwisata
Hasil analisa kesesuaian luas lahan untuk pariwisata bahari dapat di lihat pada Tabel 28. Dan peta hasil analisis kesesuaian lahan kawasan pariwisata dalam
pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada Gambar 31 sedangkan kriteria kesesuaian lahan berdasarkan perhitungan
pembobotan dapat dilihat pada Lampiran 11.
Tabel 28. Luas kesesuaian lahan pariwisata bahari
N o
Kelas Kesesuaian
Lahan Wilayah Darat
Wilayah Laut Selang
bobot Luas
lahan ha
Presentas i
Selang bobot
Luas lahan
ha Presentas
i
1 Sesuai
173-210 8414.56
25.74 66-77
3142.87 4.95
2 Kurang sesuai 135-172 16316.78 49.90
54-65 40869.99 64.40
3 Tidak sesuai
97-134 7964.48
24.36 42-53 19446.58
30.64
Jumlah 32695.81
100.00 63459.44
100.00
Gambar 31. Kesesuaian lahan pariwisata Berdasarkan hasil analisa wilayah darat, desa yang termasuk dalam kategori
sesuai ini adalah desa Caringin, Citeureup, Mekarsari, Panimbang jaya, Tanjung jaya dan Sukamaju. Hal ini disebabkan karena kondisi kemiringan lereng di
wilayah ini relatif landai, banyaknya trayek transportasi ini dan rencana pengembangan diprioritaskan untuk kawasan perkotaan. Selain itu, kecamatan
Panimbang dalam rencana kawasan strategis provinsi Banten untuk meningkatkan
75
pertumbuhan ekonominya akan dikembangkan sebagai kawasan ekonomi khusus yang prioritas pengembangannya di bidang jasa dan pariwisata.
Kategori sesuai untuk perairan terdapat di pulau-pulau kecil di kecamatan Sumur khususnya sekitar pulau di desa Kertajaya. Faktor penentu dominan adalah
luas tutupan karang masih di atas 75 dan bahaya banjir tidak pernah terjadi walaupun transportasi buruk. Selain itu kondisi alam yang indah dengan laut yang
jernih dan jauh dari pencemaran menjadikan banyak wisatawan asing maupun domestik yang berkunjung ke daerah ini. Perairan kecamatan Panimbang dan
sekitar pulau Liwungan lebih disebabkan karena kedalaman perairan di bawah 8 meter dengan tinggi gelombang kurang dari 1 meter dan kecepatan arus kurang
dari 0.1 ms serta substrat dasar perairannya berupa pasir putih atau pasir berkarang. Wilayah laut berdasarkan hasil analisa luas lahan sebesar 3142.87 ha
atau 4.95 dari luas total wilayah.
Selanjutnya kategori kurang sesuai di wilayah darat luas lahan 16316.78 ha
atau 49.90 dari luas total wilayah. Daerah yang termasuk wilayah ini terdapat di kecamatan Carita yang disebabkan karena rencana struktur ruang diprioritaskan
untuk kawasan lindung, dan Kecamatan Pagelaran disebabkan adanya banjir dalam setahun 1-2 kali karena meluapnya volume air sungai Cilemer dan Ciliman
dan kemiringan lereng berkisar 8-15 walaupun sarana transportasi di wilayah ini banyak ditemui. Sedangkan desa di sebagian kecamatan Sumur faktor yang
berperan di daerah ini adalah sulitnya transportasi dan infrastruktur jalan sangat buruk dan rencana struktur ruang diprioritaskan untuk perkebunan dan
persawahan. Walaupun demikian wilayah ini mempunyai kondisi perairan yang sangat menarik untuk dijadikan wisata bahari.
Faktor yang berpengaruh dalam kategori kurang sesuai di perairan kecamatan Pagelaran dan Carita adalah kondisi substrat perairan berupa pasir
berlumpur dengan kedalaman perairan di atas 10 meter. Sedangkan perairan di kecamatan Sumur mempunyai kedalaman perairan di atas 10 meter dan kecepatan
arusnya di atas 0.1 ms tetapi kondisi substrat perairan adalah pasir berkarang yang masih layak untuk dijadikan kawasan wisata bahari seperti selam dan
snorkeling.
Daerah yang termasuk dalam kategori tidak sesuai terdapat di desa Tangkilsari, Banyuasih dan sebagian desa di kecamatan Sumur yang berbatasan
dengan TNUK yang diprioritaskan untuk kawasan lindung. Luas lahan dalam kategori ini sebesar 7964.48 ha atau 24.36. Wilayah laut dalam kategori tidak
sesuai lebih banyak terdapat pada perairan yang mempunyai kedalaman di atas 15 meter dengan substrat lumpur atau karang.
Berdasarkan analisa kesesuaian antara wilayah darat dan laut, wilayah yang sesuai untuk penetapan zonasi pariwisata adalah pesisir kecamatan Panimbang
dan kecamatan Sumur di desa Taman Jaya dan Ujung Jaya karena kondisi perairan di sepanjang garis pantai sesuai untuk wisata pantai dan sekitar Pulau-
pulau kecil di Kabupaten Pandeglang sangat sesuai untuk wisata bahari yang digunakan para penyelam untuk snorkeling dan diving untuk melihat keindahan di
bawah laut.
Kesesuaian Lahan Pelabuhan Perikanan Pantai
Hasil analisa spasial kesesuaian pelabuhan perikanan pantai dapat di lihat pada Tabel 29 dan kriteria kesesuaian lahan untuk kawasan pelabuhan perikanan
76
pantai dapat dilihat pada Lampiran 12. Untuk jelasnya, peta hasil analisis kesesuaian lahan kawasan pelabuhan perikanan pantai dalam pemanfaatan ruang
wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang dapat dilihat di Gambar 32.
Wilayah darat yang masuk dalam kategori sesuai untuk pelabuhan perikanan
pantai dengan luas lahan 3864.33 ha atau 11.82 dari luas total wilayah darat. Sesuai hasil analisa diperoleh pada desa Panimbang jaya, Sidamukti dan desa
Teluk kecamatan Labuan. Namun untuk nilai bobot paling tinggi terdapat di desa Sidamukti sebesar 225 dan desa Teluk 218, hal ini disebabkan pada daerah ini
sarana parasarana perikanan tangkap sangat lengkap dengan bahaya abrasi yang kecil selain itu diperuntukkan juga untuk kawasan perkotaan. Untuk wilayah laut
kriteria yang diprioritaskan untuk pelabuhan perikanan pantai adalah kedalaman perairan di atas 9 meter, substrat perairannya lempung berpasir, tinggi gelombang
kurang dari 1 meter dan kecepatan arus kurang dari 0.2 ms. Daerah yang mempunyai kriteria perairan tersebut adalah kecamatan Labuan, perairan desa
Sukarame dan sekitar pulau Liwungan kecamatan Panimbang.
Tabel 29. Luas kesesuaian lahan pelabuhan perikanan pantai
No Kelas
Kesesuaian Lahan
Wilayah Darat Wilayah Laut
Selang bobot
Luas lahan
ha Presentasi
Selang bobot
Luas lahan
ha Presentasi
1 Sesuai 183-226 3864.33
11.82 64-71
9870.60 15.55
2 Kurang sesuai 139-182 20571.86 62.92
56-63 50110.90 78.97
3 Tidak sesuai 95-138
8259.63 25.26
48-55 3477.94
5.48
Jumlah 32695.81
100.00 63459.44
100.00
Gambar 32. Kesesuaian lahan pelabuhan perikanan pantai
77
Untuk kategori kelas kurang sesuai dengan luas lahan 20571.86 ha atau 62.92. Dalam kategori kurang sesuai desa yang mempunyai bobot paling rendah
adalah Cigondang, Cigorondong, Kertajaya, Kertamukti, Taman jaya, Tanjung jaya dan Sumberjaya. Hal ini disebabkan karena aksessibiltas untuk menuju ke
wilayah tersebut agak sulit dengan infrastruktur jalan masih buruk, sarana prasarana perikanan tangkap belum tersedia lengkap. Sedangkan untuk wilayah
laut kategori kurang sesuai terdapat di perairan Panimbang yang disebabkan faktor substratnya pasir berlumpur namun kedalamannya hanya berkisar 5-10
meter dan di perairan selatan lebih disebabkan oleh substrat perairan didominasi dengan pasir berkarang walaupun kedalamannya di atas 10 meter.
Wilayah darat dalam kategori tidak sesuai terdapat pada selang kelas 95-138 dengan luas lahan sebesar 8259.63 ha atau 25.26. Sedangkan wilayah laut
kategori tidak sesuai untuk pelabuhan perikanan pantai lebih disebabkan karena faktor substrat perairan didominasi dengan pasir berkarang dan kedalaman
perairan masih antara 0 sampai 5 meter sehingga akan meyulitkan lalu lintas pelayaran kapal motor yang berlabuh di perairan tersebut.
Dengan mempertimbangkan semua faktor kesesuaian untuk pelabuhan perikanan pantai maka desa Caringin, Pejamben, Cigondang atau desa Teluk di
kecamatan Labuan sangat sesuai untuk kawasan tersebut karena baik kesesuaian lahan di wilayah darat maupun kondisi perairannya sangat memungkinkan untuk
dibangun pelabuhan perikanan pantai.
Kesesuaian Lahan Perikanan Tangkap
Hasil analisa kesesuaian lahan perikanan tangkap disajikan pada Tabel 30. Dan untuk lebih jelas disajikan dalam bentuk peta seperti Gambar 33. Hasil
standarisasi pembobotan untuk kesesuaian lahan kawasan perikanan tangkap dapat dilihat pada Lampiran 13.
Berdasarkan hasil analisis wilayah yang mempunyai kategori paling sesuai luas lahan 3314.14 ha atau 10.14. Desa yang mempunyai bobot paling tinggi
adalah desa Sidamukti dan desa Teluk. Hal ini didukung dengan nelayan yang berada di wilayah ini jumlah di atas 1000 orang, sarana prasarana yang tersedia
sangat lengkap dan berfungsi, sarana transportasi banyak serta didukung dengan struktur ruang. Wilayah perairan di Pandeglang, pada umumnya mempunyai
kondisi fisik perairan yang relatif seragam. Berdasarkan data yang diperoleh kecepatan arus di perairan Pandeglang kurang dari 0.3 ms dan tinggi gelombang
kurang dari 1 meter. Perairan di Kabupaten Pandeglang sesuai dijadikan zonasi perikanan tangkap. Faktor yang bisa dijadikan pembatas untuk meningkatkan
produksi perikanan tangkap dan meminimalisir penangkapan yang merusak lingkungan adalah penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dibatasi
disesuaikan dengan kondisi perairan dan tidak merusak terumbu karang serta menangkap ikan pada ukuran yang layak untuk ditangkap.
Hasil analisa kategori kurang sesuai dengan luas lahan 16031.28 ha atau 49.03 dari luas seluruh desa dalam penelitian ini. Kecamatan yang termasuk
dalam kategori ini adalah Carita, Pagelaran, dan sebagian desa di kecamatan Panimbang. Kategori tidak sesuai mempunyai luas lahan 13350.39 ha atau
40.83. Desa yang termasuk dalam kategori ini adalah desa Banyuasih, Tangkilsari dan hampir sebagian besar desa di Kecamatan Sumur. Faktor dominan
78
di wilayah ini adalah sumberdaya manusia nelayan sedikit, transportasi sulit dan rencana struktur ruang diprioritaskan untuk kawasan lindung atau perkebunan
Tabel 30. Luas kesesuaian lahan perikanan tangkap
No Kelas
Kesesuaian Lahan
Wilayah Darat Wilayah Laut
Selang bobot
Luas lahan
ha Presentasi
Selang bobot
Luas lahan
ha Presentasi
1 Sesuai
196-243 3314.14 10.14
38 63459.44
100.00 2 Kurang sesuai 148-195 16031.28
49.03 0.00
3 Tidak sesuai 100-147 13350.39
40.83 0.00
Jumlah 32695.81
100.00 63459.44
100.00
Gambar 33. Kesesuaian lahan perikanan tangkap Dengan mempertimbangkan faktor kesesuaian di darat yaitu tersedianya
sapras perikanan tangkap, jumlah nelayan serta aksessibiltas ke wilayah tersebut dalam zonasi perikanan tangkap maka desa Sidamukti, desa Teluk dan Panimbang
Jaya sangat sesuai untuk pengembangan infrastruktur perikanan tangkap.
Sintesis Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir
Pembangunan tata ruang wilayah pesisir agak berbeda dengan tata ruang daratan pada umumnya. Hal ini disebabkan karena wilayah daratan tidak memiliki
vertikal zoning seperti halnya di perairan. Dalam perencanaan tata ruang dan pengelolaan kawasan mutlak diperlukan batasan dan deskripsi yang namun
perhatian terhadap aspek geo-fisik-kimia, ekologi, teknik fungsional dan juga administratif. Berdasarkan analisis ANP yang berasal dari pembobotan para ahli
bahwa kriteria rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dan tata ruang wilayah kabupaten dalam fungsi kebijakan memiliki bobot paling
79
tinggi. Sedangkan pada fungsi ekologi penggunaan lahan, kesesuaian fisik perairan, dan adanya resiko bahaya memegang peranan penting dalam
menentukan pemanfaatan suatu wilayah. Dalam fungsi sosial ekonomi yang menjadi bahan pertimbangan adalah kriteria transportasi, struktur populasi
penduduk dan sarana prasarana perikanan.
Dengan dominansi kriteria hasil analisis kesesuaian lahan peta arahan untuk pemanfaatan ruang di wilayah laut dapat dilihat seperti pada Gambar 34 dan peta
arahan untuk pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dapat dilihat di Gambar 35.
Gambar 34 .
Peta arahan pemanfaatan ruang wilayah laut Kabupaten Pandeglang
Gambar 35. Peta arahan pemanfaatan ruang pesisir Kabupaten Pandeglang
80
Kawasan budidaya laut terdapat di desa Banjarmasin untuk budidaya lobster dan ikan kerapu, Perairan desa Cibungur sampai desa Tanjung jaya sesuai untuk
budidaya bandeng kerang hijau dan kerang darah sedangkan desa Cigorondong, Kertajaya, Kertamukti, Sumberjaya, Tunggal jaya sesuai untuk budidaya rumput
laut dan ikan kerapu karena memiliki kondisi perairan yang cocok untuk budidaya ini. Dan untuk mendukung pemanfaatan ruang ini pembangunan infrastruktur dan
sapras budidaya laut keramba jaring apung dan kekerangan sebaiknya menjadi pusat perhatian pemerintah setempat sebagai sarana peningkatan produksi
penghasil PAD. Walaupun sesuai untuk kawasan budidaya namun wilayah tersebut memiliki potensi perairan yang sesuai pula untuk perikanan tangkap. Hal
ini berpotensi menimbulkan konflik kepentingan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisa parameter lebih rinci supaya konflik
kepentingan dapat diminimalisir.
Wilayah yang disarankan sebagai kawasan pariwisata bahari adalah perairan Panimbang dengan desa Mekarsari, Citeureup dan Tanjung Jaya sebagai wilayah
penunjang pembangunan sarana transportasi dan aksess menuju ke wilayah tersebut. Sedangkan desa Caringin, Labuan merupakan wilayah penunjang untuk
mencapai kawasan wisata Anyer-Carita. Pariwisata bahari harus dikembangkan karena berpotensi penghasil PAD bagi kabupaten Pandeglang dengan
meningkatkan infrastruktur yang telah ada. Walaupun wilayah tersebut sesuai untuk pariwisata bahari namun aktivitas perikanan tangkap dan budidaya laut bisa
dikembangkan pada perairan ini seperti budidaya keramba jaring apung dapat menjadi objek wisata yang menarik.
Pemanfaatan ruang untuk konservasi perairan paling sesuai di sekitar Pulau Badul kecamatan Sumur karena masih memiliki kondisi luas tutupan karang hidup
di atas 70.59 dengan kategori keanekaragaman biota dalam kategori baik. Beberapa wilayah bisa dijadikan kawasan taman wisata sebagai sarana rekreasi
untuk melihat keindahan alam bawah laut.
Aktual pelabuhan berada di desa Teluk yang sebenarnya tidak sesuai karena sering mengalami banjir akibat pasang surut air laut dan sering terjadi
pendangkalan di muara sungai Cipunteun Agung. Sehingga disarankan alternatif wilayah pelabuhan adalah di desa Pejamben didukung pula dengan kondisi
perairan sesuai untuk kawasan ini. Sedangkan desa Banjarmasin, Caringin dan Cigondang dapat dijadikan sebagai jalur lintas ke kawasan pariwisata Anyer-
Carita walaupun berdasarkan analisa sesuai juga untuk kawasan pelabuhan perikanan. Pemanfaatan ruang pelabuhan perikanan pantai pada umumnya saling
memberi dampak yang positif dengan perikanan tangkap. Hal ini disebabkan dalam perikanan tangkap membutuhkan pelabuhan perikanan untuk mendaratkan
hasil tangkapan ikan. Namun perikanan tangkap dalam pemanfaatan ruangnya lebih membutuhkan ruang di wilayah perairan. Wilayah perairan Kabupaten
Pandeglang sebagian besar sangat sesuai untuk perikanan tangkap.
Wilayah pemanfaatan lainnya pada hasil penelitian ini adalah wilayah yang tidak memenuhi kriteria sesuai dari lima pemanfaatan ruang yang dianalisa.
Namun jika dianalisa lebih lanjut tidak menutup kemungkinan sesuai untuk budidaya tambak, pertanian, pemukiman dan sebagainya. Hasil overlay peta pada
Gambar 35 dapat dijelaskan pada matriks sintesis pemanfaatan ruang di Tabel 31.
84
Tabel 31. Matriks sintesis pemanfaatan ruang wilayah pesisir kabupaten Pandeglang
Pemanfaatan Luas
lahan ha Lokasi
Sumberdaya JasaLingkungan Keterangan
Budidaya Laut: a. Daratan
b. Laut 10807.08
7330.17 Desa Banjarmasin
Desa Cigorondong,
Kertajaya, Kertamukti, Sumberjaya, Tunggal
jaya Perairan Desa Cibungur sampai
Desa Tanjung jaya Pengembangan lobster, ikan kerapu
Pengembangan rumput laut, ikan kerapu, Ikan baronang
Budidaya kerang hijau, kerang darah Pembangunan infrastruktur dan sapras budidaya laut
keramba jaring apung dan kekerangan untuk meningkatkan produksi sebagai penghasil PAD
Pariwisata Bahari a. Daratan
b. Laut 5282.98
0.78 Desa Caringin, Labuan,
Mekarsari, Citeureup, Tanjung jaya
Perairan Panimbang Menyediakan
jasa transportasi,
akomodasi serta fasilitas yang menunjang untuk kawasan wisata
Wisata pantai, snorkling, diving Penghasil PAD bagi Kabupaten Pandeglang dengan
meningkatkan transportasi dan aksess menuju ke wilayah tersebut
Membatasi aktivitas kegiatan manusia di hulu agar kualitas perairan tetap terjaga
Konservasi perairan a. Darat
b. Laut 4361.30
324.91 Desa
Sukarame, Carita,
Tamanjaya, Ujung jaya Perairan Cigorondong, tamanjaya
dan sekitar P. Badul Sebagai penyangga ekosistem di darat
dan juga dapat dijadikan ekowisata Terumbu karang dan ikan karang
Konservasi hutan lindung dan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
Daerah kawasan inti konservasi perairan karena luas tutupan karang masih dalam kategori baik
Pelabuhan Perikanan a. Darat
b. Laut 311.23
1259.48 Desa Pejamben
Perairan desa Pejamben
dan Caringin
Pusat pendaratan ikan hasil tangkapan nelayan dan industri perikanan
Untuk pembangunan jetty atau tambat labuh kapal
Daerah alternatif pilihan sebagai pengganti kondisi aktual yang ada saat ini desa Teluk Sumber PAD yang berassal
dari hasil produksi penangkapan ikan
Perikanan tangkap a. Darat
b. Laut 10.69
51486.25 Desa Sidamukti, Panimbang jaya
dan Teluk Seluruh
perairan Pandeglang
sepanjang 4 mil, Pengembangan
sarana prasarana
perikanan dan tempat lelang ikan Ikan tongkol, ikan kembung, ikan teri,
ikan banyar, kakap, kerapu dll Pembangunan TPI, kapal motor, alat tangkap dan sapras
untuk meningkatkan hasil tangkapan Pengembangan alat tangkap disesuaikan dengan jenis
ikan seperti payang, gillnet, purse seine, pancing, bagan apung dll.
Budidaya dan Pariwisata
182.10 Desa Mekarsari
Budidaya :Ikan Bandeng atau tambak udang
Pariwisata: wisata pantai Budidaya bisa dilakukan di daratan yang masih mendapat
intrusi air laut sedangkan wisata bisa dilakukan untuk sarana transportasi dan aksess menuju kawasan Tanjung
Lesung
85
Tabel 30 Lanjutan
Budidaya, pariwisata, pelabuhan dan
perikanan tangkap 933.06
Sebagian desa Sidamukti, dan sebagian desa Panimbang jaya
Budidaya: Kerang, kepiting Penangkapan ikan pelagis dan demersal,
kepiting, kakap Pariwisata: jalur lintas menuju kawasan
wisata tanjung lesung Budidaya: untuk penghasil kekerangan, pariwisata sebagai
daerah lintas menuju kawasan wisata dan pusat jajanan seafood, pelabuhan dan penangkapan sebagai sarana pusat
produksi penghasil ikan bagi para wisatawan yang berkunjung
Pariwisata dan pelabuhan
25.98 Sebagian Desa Cigondang
Pariwisata: jalur transportasi ke Pantai Anyer-Carita
Pelabuhan: tempat
pendaratan hasil
tangkapan ikan Pelabuhan sebagai pusat produksi ikan dan wilayah ini
merupakan jalur lintas karena RTRW Kabupaten sebagai wilayah industri
Pariwisata, pelabuhan dan perikanan tangkap
506.94 Desa Cigondang
Pariwisata: jalur transportasi ke Pantai Anyer-Carita
Pelabuhan: tempat
pendaratan hasil
tangkapan ikan Sebagai daerah penyangga untuk kawasan pariwisata dan
pelabuhan bisa dibangun sarana transportasi terminal dan pusat oleh-oleh jajanan khas Pandeglang
Pariwisata dan konservasi
76.13 Perairan Sumberjaya dan sebagian
Perairan Taman jaya, P. Umang Wisata Bahari snorkling dan diving untuk
melihat terumbu karang dan ikan-ikan karang
Daerah konservasi yang masih dapat digunakan untuk wisata Taman Wisata
Pariwisata dan perikanan tangkap
2719.06 Perairan Panimbang yang
mempunyai kedalaman dibawah 8 meter
Wisata pantai untuk melihat panorama laut sunset, snorkling
Perikanan tangkap: ikan karang, teri Wisata selam dan wisata pantai
Penangkapan ikan dengan bubu, pancing, bagan apung
Konservasi dan Pariwisata
262.65 Sebagian besar perairan Taman
jaya dan Ujung jaya, P. Badul Terumbu karang yang berada pada
kedalaman 5-8 meter, ikan karang yang beragam
Daerah ini cenderung sebagai kawasan konservasi namun aktivitas masih diperbolehkan selama tidak melakukan
pengrusakan pada kawasan ini atau bsa dijadikan taman nasional
Pelabuhan dan perikanan tangkap
769.75 Desa Teluk dan desa Sidamukti
Ikan pelagis
dan demersal,
sapras perikanan tersedia lengkap dan berfungsi
baik sekali Kedua kegiatan ini saling mendukung karena kondisi saat
ini pengembangannya sudah berjalan dengan baik, namun sering terkena banjir akibat pasut air laut
Pemanfaatan lainnya 9504.70
Desa Sukanagara,
Banyuasih, Tangkilsari, Kertajaya, Kertamukti
Sapras kurang
lengkap, transportasi
jarang, kondisi fisik tidak memenuhi dan RTRW untuk kawasan lindung atau
persawahan Kondisinya kurang sesuai untuk lima pemanfaatan ruang
ini namun tidak menutup kemngkinan jika dikaji lebih lanjut untuk pemanfaatan umum lainnya sesuai seperti
budidaya tambak, pertanian, relokasi pemukiman nelayan
83
Hasil analisis kesesuaian lahan terhadap pemanfaatan beberapa kawasan di wilayah pesisir kabupaten Pandeglang menunjukkan terlihat adanya tumpang
tindih overlapping terhadap beberapa kriteria kesesuaian lahan yang dihasilkan pada beberapa kawasan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa pengelolaan dan
pemanfaatan ruang di wilayah pesisir kabupaten Pandeglang harus benar-benar memprioritaskan wilayah dengan potensi pemanfaatan yang lebih utama dan
memerlukan pertimbangan dan kebijakan serta pemahaman yang sinergis antara setiap sektor yang berkepentingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan wilayah
yang tumpangtindih tersebut, sehingga konflik pemanfaatan wilayah dapat diminimalisir atau bahkan dapat dihindari.
Kondisi yang terjadi saat ini adanya pemanfaatan lahan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah pesisir kabupaten Pandeglang,
memberikan dampak yang dapat menurunkan kelangsungan hidup ekosistem yang ada saat ini. Misalnya pembangunan dan pengembangan pembangkit listrik tenaga
uap PLTU di kecamatan Labuan, mengakibatkan adanya tingginya kekeruhan di perairan dan kerusakan terumbu karang di sekitar wilayah tersebut, pengambilan
ikan dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, kegiatan penebangan hutan di hulu yang dapat mengakibatkan sedimentasi di muara sungai. Selain itu,
konversi lahan hutan mangrove dan rusaknya terumbu karang di beberapa wilayah pesisir di Kabupaten Pandeglang telah memberikan perubahan terhadap kondisi
wilayah pesisirnya yang berdampak pada rentannya wilayah ini terhadap bencana alam yang mungkin terjadi.
Pemanfaatan ruang wilayah pesisir hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan dan mengacu pada ketersediaan dan kesesuaian lahan dari
setiap sektor pembangunan yang akan dikembangkan serta daya dukung lingkungan dan sumberdaya alam yang dimiliki serta memerlukan penanganan
yang mengintegrasikan berbagai pihak yang terkait, baik pemerintah, masyarakat maupun stakeholder lainnya yang berkompetensi dalam pengelolaan dan
pemanfaatan wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang.
Hasil analisis tersebut jika diaplikasikan di lapangan sangat membantu pemerintah daerah dalam menetukan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir di
Kabupaten Pandeglang. Dan diharapkan dapat menjadi gambaran bagi Pemerintah Daerah kabupaten Pandeglang dalam membuat rencana zonasi wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil yang lebih detil untuk menetapkan kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan ruang wilayah pesisir kabupaten Pandeglang. Sehingga hasil dari
penelitian ini bisa dijadikan asumsi sebagai bahan rekomendasi kebijakan pemerintah daerah untuk penetapan zonasi pesisir dan pulau-pulau kecil di
Kabupaten Pandeglang. Mengingat tujuan jangka panjang pembangunan wilayah pesisir adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan peningkatan
pemanfaatan sumberdaya secara optimal dan lestari dalam menentukan suatu perencanaan pengelolaan berkelanjutan di wilayah pesisir.
84
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil analisa dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan:
1. Permasalahan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan di Kabupaten Pandeglang dapat dikelompokkan atas empat bagian, yaitu: berkembangnya fenomena
kerusakan bio-geofisik lingkungan pesisir, konflik pemanfaatan dan konflik jurisdiksi para pemangku kepentingan, adanya kekosongan dan ketidak pastian
hukum dan kurangnya efektifitas pengelolaan pesisir akibat belum adanya perencanaan mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan laut
2. Hasil wawancara dengan para responden diperoleh bobot kriteria dan parameter yang saling berpengaruh yang digambarkan dalam struktur jaringan
interaksi antara fungsi ekologi, ekonomi dan sosial. Bobot yang diperoleh dalam kluster fungsi ekonomi sebesar 0.3488, fungsi ekologi 0.3399 dan fungsi
sosial 0.3113. Matriks prioritas pemanfaatan ruang kriteria yang memberi dampak pengaruh paling besar adalah RZWP3K dan RTRW selanjutnya
transportasi, struktur populasi penduduk, sarana prasarana perikanan, penggunaan lahan, kesesuaian fisik dan resiko bahaya.
3. Hasil analisa kesesuaian pada lima pemanfaatan ruang diperoleh bahwa lokasi pemanfaatan budidaya laut layak di perairan Pagelaran sampai Panimbang.
Pemanfaatan lahan konservasi perairan sesuai pada perairan Taman jaya sekitar Pulau Badul. Wilayah yang paling menunjang untuk dijadikan kawasan
pariwisata bahari adalah perairan Sukaresmi sampai Panimbang dan kawasan pulau-pulau kecil di Ujung kulon. Alternatif kawasan pelabuhan perikanan
pantai analisa menunjukkan berada di desa Pejamben dan desa Teluk yang ditunjang dengan sesuainya kondisi perairan.
4. Sintesis pemanfaatan ruang di wilayah pesisir berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini baik analisis kesesuaian lahan
maupun analisis struktur jaringan, maka diketahui bahwa pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang memerlukan penanganan yang
mengintegrasikan berbagai pihak yang terkait, baik pemerintah, masyarakat maupun stakeholder lainnya yang berkompetensi dalam pengelolaan dan
pemanfaatan wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang.
Saran
Mengingat hasil analisis kesesuaian lahan yang telah dilakukan dalam penelitian ini bersifat general dan sebatas hanya menganalisa data yang tersedia
maka diharapkan adanya penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dan secara detail menggali keterkaitan semua faktor yang berperan dalam menentukan
pemanfaatan ruang di wilayah pesisir berdasarkan model ekologi, sosek dan kebijakan. Output yang dihasilkan dapat memperlihatkan hasil yang sesuai dengan
kondisi yang terjadi di lapangan.
Penentuan kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan dan
85
mengacu pada ketersediaan dan kesesuaian lahan dari setiap sektor pembangunan yang akan dikembangkan serta daya dukung lingkungan dan potensi sumberdaya
alam yang dimiliki, sehingga konflik yang mungkin timbul dapat diminimalisir.
Kebijakan pemanfaatan ruang wilayah pesisir sudah seharusnya diikuti dengan penetapan peraturan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang
dalam suatu RENSTRA Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Pandeglang, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pembangunan dan pengembangan wilayah pesisir dan laut yang berkelanjutan, dengan tetap memperhatikan pada kriteria kesesuaian lahan dan daya dukung
sumberdaya alam yang dimiliki daerah ini.
86
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2009. Analisa Zonasi Kawasan Teluk Bungus dalam Rangka arahan Penataan Ruang Pesisir Kota Padang Provinsi Sumatra Barat [Tesis]. Bogor
ID. Institut Pertanian Bogor. Astuty P, Tiena G.A dan Herdono. 2011. Pemilihan Alternatif Pengelolaan
Sampah dengan Metode ANP dan BOCR di Dinas Kebersihan Propinsi DKI Jakarta [Tesis]. Jakarta ID. Universitas Trisakti
[BAPPEDA] Badan Perencana Pembangunan Daerah. 2010. Profil dan Peluang Investasi di Kabupaten Pandeglang. Pandeglang ID. BAPPEDA
Barus B, Wiradisastra US. 2000. Sistem Informasi Geografis Sarana Manajemen Sumberdaya. Bogor ID. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bengen G. D. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serta
Pengelolaan Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Bogor ID. PKSPL IPB. 46-50.
Buyukyacizi M dan Meral S. 2003. The Analytic Hierarchy and Analytical Network Processes. Hacettepe Journal of Mathematics and Statistics. 32:
65-73 [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang, 2010. Hasil Sensus
Penduduk 2010 Kabupaten Pandeglang. Pandeglang ID. BPS [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang. 2010. Pandeglang Dalam
Angka 2010. Pandeglang ID. BPS [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang. 2011. Pandeglang Dalam
Angka 2011. Pandeglang ID. BPS [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang. 2012. Pandeglang Dalam
Angka 2012. Pandeglang ID. BPS [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang. 2012. Potensi Desa
Kabupaten Pandeglang. Pandeglang ID. BPS Dahuri R, Rais J, Ginting S.P dan Sitepu M.J. 2001. Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu Edisi revisi. Jakarta ID. PT. Padnya Paramita.
Diposaptono S. Agustus 2012. Quo Vadis Tata Ruang Laut. Majalah Samudra- Edisi 12-
Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2011. Ketentuan Mengenai Penyusunan
Rencana Zonasi wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil RZWP3K KabKota. Jakarta ID. KKP.
Direktorat Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan Dirjen KP3K Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
. 2010. Laporan Pemetaan sumberdaya Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Pandeglang.
Jakarta ID. KKP.
Dishidros. 2012. Peta Bathymetri No. 71 skala 1:200.000. Jakarta ID. TNI-AL RI
Djuwansah M. R 2007. Pendugaan Potensi Sumberdaya Air di Wilayah Pesisir. Jakarta ID. Lipi Pr.
87
[DKP]
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2002. Kepmen Kelautan dan Perikanan No. 34 tahun 2002 tentang Pedoman Umum
Penataan ruang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Jakarta ID. DKP [DKP]
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2003, Kepmen Kelautan dan Perikanan No. 10 tahun 2003 tentang Pedoman Perencanaan
Pengelolaan Pesisir Terpadu.
Jakarta ID. DKP [DKP]
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2003, Modul Sosialisasi Tata Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta ID. DKP.
[DKP]
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2008, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 16 tahun 2008 tentang Perencanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta ID. DKP. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang. 2009. Statistik
Perikanan Budidaya Kabupaten Pandeglang. Pandeglang ID. DKP [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang. 2012. Statistik
Perikanan Tangkap dan KP3K Kabupaten Pandeglang. Pandeglang ID. DKP
Elly M. J. 2006. Rencana Pengembangan Wisata Bahari Kawasan Perairan Teluk Lada, Banten Dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis [Tesis].
Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Eriyatno dan Sofyar F. 2007. Riset Kebijakan Metode Penelitian untuk Pasca
Sarjana. Bogor ID. IPB Pr. Gunawan I. 1998. Typical Geographic Information System GIS Aplication For
Coastal Resources Management Indonesia. Jurnal Pengelolan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia. I 1:1-12.
Heriawan Y. 2008. Alokasi Unit Penangkapan Ikan Pelagis Kecil Di Perairan Pandeglang, Banten: Menuju Perikanan Tangkap yang Terkendali [Tesis].
Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2007. Undang-
Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta ID, KKP
Kurniawan R, Habibie M.N dan Suratno. 2011. Variasi Bulanan Gelombang Laut di Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. 123:221
–232 Listriana, K. 2010. Penentuan Pusat-Pusat Pengembangan di Wilayah Pesisir
Pantai dan Laut. Tersedia pada http:www
. bulletin.penataan ruang.net. Lombardi P.L, Isabella M.L, Marta B, Cinzia G. 2007. Application of the analytic
Network Process and the Multi-modal framework to an Urban Upgrading Case Study. Proceeding International Conference on Whole Life Urban
Sustainability and its Assessment M. Horner, C. Hardcastle, A. Price, J. Bebbington Eds Glasgow.
Mulyawati L. S. 2008. Prospek Pengembangan Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten [Tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian
Bogor. Nasution B. I. 2007. Kajian Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Di desa Teluk,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten [Tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor.
Oktavia R, Pariwono J.I dan Manurung P. 2011. Variasi Muka Laut dan Arus Geostrofik Permukaan Perairan Selat Sunda Berdasarkan Data Pasut dan
88
Angin tahun 2008. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 32:127- 152
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Jakarta ID, Sekretariat Negara
Pemerintah Republik Indonesia. 2007, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Lembaran Negara RI Tahun 2007, No.68. Jakarta
ID, Sekretariat Negara Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Permendagri No. 30 tahun 2010 tentang
Pedoman Pengelolaan Sumber daya Di Wilayah Laut. Jakarta ID, Sekretariat Negara
Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang. 2011. Raperda Mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang Tahun 2011-2031. Pandeglang
ID. Sekretariat Daerah Kabupaten Pandeglang. Pourebrahim S, Hadipor M, Mokhtar M. 2010. Analytic Network Process for
Criteria Selection in Sustainable Coastal Land Use Planning. Journal Ocean and Coastal Management. 53:544-551
Pourebrahim S, Hadipor M, Mokhtar M. 2011. Integration of Spatial Suitability Analysis for Land Use Planning in Coastal Areas; case of Kuala Langat
District, Selangor,
Malaysia. Journal
Landscape and
Urban Planning.101:84-97.
Prahasta E. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar Perspektif Geodesi dan Geomatika. Bandung ID. Informatika
Pramudya A. 2008. Kajian Pengelolaan Daratan Pesisir Berbasis Zonasi di Provinsi Jambi [Tesis]. Semarang ID. Universitas Diponegoro
Prawiranegara E. P. 2002. Kajian Hubungan Kesejahteraan Nelayan Dengan Keterlibatan Nelayan Pada Industri Pariwisata Pesisir Pantai Carita Di
Kecamatan Labuan [Tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Priyandika C, Mosses L. S. 2011. Pengambilan Keputusan Multikriteria Dalam
Pemilihan Vendor Alat Pelindung Diri APD dengan Pendekatan Risk Management dan Analysis Network Process ANP. Prosiding Seminar
Nasional Manajemen Teknologi 13. Surabaya ID. Institut Teknologi Surabaya.
Rais J.B, Sulistiyo S, Diamar T, Gunawan M, Sumampouw TA, Soeprapto I, Suhardi A, Karsidi dan Widodo. 2004. Menata Ruang Laut Terpadu. Jakarta
ID.PT. Pradnya Paramita. Rumagia F. 2008. Analisis Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Dalam
Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Buru, Maluku [Tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor.
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju D.R. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta ID. Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor
Saaty T.L. 12-14 August 1999. Fundamentals of the Analytic Network Process, www.isahp2003.net
, ISAHP 1999; Kobe, Japan. Saaty T.L. 2001. The Analytic Network Process. Pittsburgh: RWS Publications.
Saaty T.L. 2005. Theory and Applications of the Analytic Network Process: Decision Making with Benefits, Opportunities, Costs, and Risks. Pittsburgh,
PA: RWS Publications. Saaty T.L. The Analytic Network Process. University of Pittsburgh.
www.SID.ir .
Dikutip 23 April 2012.
89
Soebagio 2004. Analisis Kebijakan Pemanfaatan Ruang Pesisir dan Laut Kepulauan Seribu dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Masyarakat
[Tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Tahir A, Bengen D.G dan Susilo S.B. 2002. Analisis Kesesuaian Lahan Dan
Kebijakan Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Teluk Balikpapan. Jurnal Pesisir dan Lautan. 43:1-16.
Vanany I. 2003. Aplikasi Analytic Network Process ANP pada Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Studi Kasus pada PT. X. Jurnal Teknik
Industri 51:50-62 Yunandar 2007. Analisis Pemanfaatan Ruang di Kawasan Pembangunan
Perikanan Pesisir Muara Kintap Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan [Tesis]. Semarang ID. Universitas Diponegoro
90
Lampiran 1. Kuesioner identifikasi permasalahan di wilayah pesisir A. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Diberi tanda [X] pada kotak pilihan yang tersedia. 1. Apakah BapakIbu mengetahui tentang istilah-istilah berikut :
Wilayah Pesisir a. Ya
b. Tidak Zonasi Pesisir
a. Ya b. Tidak
Sektor Perikanan dan Kelautan a. Ya
b. Tidak Penataan ruang
a. Ya b. Tidak
Sumberdaya Kelautan dan perikanan
a. Ya b. Tidak
Sumberdaya sosial dan ekonomi a. Ya
b. Tidak Sumberdaya Manusia
a. Ya b. Tidak
Sarana dan Prasarana Perikanan a. Ya
b. Tidak Perikanan Tangkap
a. Ya b. Tidak
Perikanan Budidaya a. Ya
b. Tidak Pelabuhan perikanan
a. Ya b. Tidak
Pariwisata bahari a. Ya
b. Tidak Konservasi perairan laut
a. Ya b. Tidak
Industri perikanan a. Ya
b. Tidak Pemukiman wilayah pesisir
a. Ya b. Tidak
Kebijakan di wilayah pesisir a. Ya
b. Tidak 2. Apakah BapakIbu mengetahui sektor Kelautan dan Perikanan Kab.
Pandeglang ? a. Tidak Tahu b. Tahu
Mohon BapakIbu memberikan pejelasan singkat.
3. Apakah BapakIbu mengetahui potensi kelautan dan perikanan di Kab. Pandeglang?
a. Tidak Tahu b. Tahu Mohon BapakIbu memberikan pejelasan singkat.
4. Dalam perumusan kebijakan pembangunan sektor perikanan dan Kelautan apakah memperhatikan potensi lokal yang ada?
a. Tidak Tahu b. Tahu
91
Mohon BapakIbu memberikan pejelasan singkat.
5. Apakah BapakIbu mengetahui prioritas pembangunan sektor perikanan dan kelautan di Kab. Pandeglang ?
a. Tidak Tahu b. Tahu Mohon BapakIbu memberikan pejelasan singkat.
6. Apakah menurut BapakIbu kebijakan pembangunan perikanan dan kelautan
sudah cukup baik dan kondusif untuk mendukung pengelolaan wilayah pesisir di kabupaten Pandeglang?
a. Sudah b. Belum
Mohon BapakIbu memberikan pejelasan singkat
B. Tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap kebijakan dan implikasi kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan
1. Menurut Bapakibu, faktor apa saja yang mempengaruhi pertimbangan penetapan kebijakan terkait dengan pengelolaan sumberdaya kelautan dan
perikanan
Ekologi
Ekonomi
Sosial
92
C. Tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap isu zonasi ruang, faktor penyebab isu dan solusi alternatif dalam rangka meresponnya.
1. Apa isu dalam implementasi kebijakan
2. Apa faktor penyebab isu tersebut
3. Apa solusi alternatif yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi isu tersebut
93 Lampiran 2. Rekapitulasi hasil pembobotan tingkat pengaruh kriteria menurut responden
I Pada bagian ini, Anda diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan pengaruh antar kluster dalam pemanfaatan ruang
Menurut Bapaklbu, berdasarkan pengalaman selama ini berapa kali lebih berpengaruhkah faktor yang Bapaklbu pilih tersebut dibanding yang kurang berpengaruh untuk menentukan terwujudnya pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu?
Fungsi Pemanfaatan
Ruang Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Ekologi 7
8 5
9 7
9 7
5 5
6 6
5 6.43
Kebijakan 7
7 7
9 5
8 7
7 8
5 7
4 6.60
Sosek 6
6 6
8 4
8 5
6 7
5 5
6 5.89
II
Pada bagian ini, Anda diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan pengaruh antara kriteria dalam kaitannya dengan kriteria lain di dalam kluster dan antar kluster berbeda
1.
Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria kualitas perairan pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek?
Kriteria ekologi Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Kesesuaian fisik 8
7 7
8 7
6 7
8 6
7 8
7 7.13
Area bernilai tinggi 7
8 7
7 7
7 6
7 7
8 7
7 7.07
Resiko bahaya 6
4 6
6 6
5 6
6 7
6 6
6 5.79
Penggunaan lahan 5
6 7
6 5
6 5
6 5
6 5
5 5.55
Pengaruh iklim global 7
4 6
8 4
4 4
4 4
4 4
4 4.59
Kedekatan dengan sumber pencemar
5 6
7 5
5 4
5 5
6 5
5 6
5.28 Kriteria sosek dan
kebijakan Sapras
8 6
7 6
6 6
5 5
6 5
5 5
5.77 Struktur populasi
4 7
7 6
7 6
6 7
8 7
6 5
6.24 Tekanan penduduk
4 8
6 6
8 8
8 6
7 8
7 7
6.80 RTRW
4 8
7 7
7 7
7 7
7 7
7 7
6.76 RZWP3K
8 7
6 6
6 5
6 5
5 5
6 6
5.86
94
2.
Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria kesesuaian fisik pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek?
Kriteria ekologi Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Kualitas perairan 7
7 7
7 7
7 7
7 7
7 7
7 7.00
Area bernilai tinggi 4
8 7
6 7
8 8
8 6
7 7
7 6.81
Resiko bahaya 7
6 6
5 6
7 7
7 7
6 6
6 6.30
Penggunaan lahan 4
7 7
5 6
6 6
7 6
6 5
5 5.76
Pengaruh iklim global
8 4
6 6
5 5
4 5
5 5
6 4
5.15 Kedekatan dengan
sumber pencemar 5
5 6
5 5
6 5
6 4
4 4
6 5.03
Kriteria sosek dan kebijakan
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Transportasi
7 8
8 8
7 7
7 7
7 7
7 7
7.24 Sapras
8 8
8 6
7 8
6 7
6 7
7 7
7.04 Struktur Penduduk
5 7
7 7
6 6
5 6
5 6
6 6
5.96 RZWP3K
5 8
7 7
7 7
7 8
8 7
8 8
7.20 RTRW
7 7
7 6
5 5
7 5
5 6
6 5
5.85
3
.
Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria area bernilai tinggi pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek?
Kriteria ekologi Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Kualitas perairan 8
8 8
7 7
8 7
7 7
7 8
8 7.48
Kesesuaian fisik 7
8 7
7 7
7 8
8 7
7 7
7 7.24
Resiko bahaya 6
7 7
6 5
6 6
5 5
5 6
6 5.79
Penggunaan lahan 4
6 7
7 6
7 6
6 6
6 5
5 5.85
Pengaruh iklim global 6
4 5
7 4
5 5
4 4
5 5
5 4.85
Kedekatan dengan sumber pencemar
5 7
6 6
5 6
5 6
5 6
4 6
5.53
95
Kriteria sosek dan kebijakan
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Transportasi
8 8
7 6
8 7
7 8
8 7
6 7
7.21 Struktur Populasi
penduduk 3
6 4
5 5
5 5
4 4
5 4
3 4.33
Tekanan penduduk 5
7 5
4 6
5 7
7 7
6 7
6 5.91
RZWP3K 5
8 5
7 7
7 7
6 7
6 6
5 6.26
RTRW 8
7 8
6 6
5 5
5 6
7 5
7 6.16
4
.
Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria resiko bahaya pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek?
Kriteria ekologi Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Kualitas perairan 7
4 7
7 5
4 5
4 5
4 4
5 4.96
Kesesuaian fisik 7
7 6
6 8
7 8
8 7
7 7
8 7.13
Area bernilai tinggi 5
6 7
7 7
6 6
7 6
7 7
7 6.47
Penggunaan lahan 5
5 5
6 6
5 6
6 6
5 5
6 5.48
Pengaruh iklim global 8
4 5
7 6
7 7
6 7
6 6
7 6.24
Kedekatan dengan sumber pencemar
7 7
7 5
5 4
5 5
5 4
4 5
5.14 Kriteria sosek dan
kebijakan Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Sarana Prasarana 5
7 7
6 7
7 6
7 8
8 8
8 6.94
Transportasi 8
8 8
7 8
7 7
8 7
7 7
7 7.40
Struktur populasi penduduk
5 6
6 7
6 6
5 6
5 5
5 5
5.55 Tekanan penduduk
5 6
6 7
5 6
6 5
6 6
6 5
5.72 Kedekatan dengan sapras
penting 7
7 7
7 7
7 7
7 6
6 6
6 6.65
RTRW 5
8 7
8 8
8 8
8 8
8 8
8 7.61
RZWP3K 7
7 8
7 7
7 7
7 7
7 7
7 7.08
5. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria penggunaan lahan pada kriteria
dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek?
96
Kriteria ekologi Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Kualitas perairan 7
7 7
8 7
8 8
7 7
8 8
7 7.40
Kesesuaian fisik 8
7 7
7 7
7 7
8 8
7 7
7 7.24
Area bernilai tinggi 5
7 7
7 7
7 7
6 6
6 7
7 6.55
Resiko bahaya 5
7 7
7 7
7 7
7 7
7 7
6 6.72
Pengaruh iklim global 5
4 5
6 6
5 5
4 4
5 5
5 4.87
Kedekatan dengan sumber pencemar
6 6
6 6
6 6
6 5
6 6
6 6
5.91 Kriteria sosek dan
kebijakan Sarana Prasarana
6 7
7 7
7 6
8 7
6 7
7 7
6.81 Transportasi
6 8
8 6
7 7
6 6
8 7
7 6
6.79 Struktur populasi
penduduk 8
6 6
6 6
6 7
6 6
6 6
6 6.23
Tekanan penduduk 7
6 6
7 5
5 6
5 5
6 5
5 5.62
Kedekatan dengan sapras penting
6 7
7 7
8 8
7 7
7 7
6 7
6.98 RTRW
5 8
7 7
8 8
8 8
8 8
8 7
7.44 RZWP3K
7 7
7 5
7 6
7 7
7 7
7 7
6.72
6. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria pengaruh iklim global pada kriteria
dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek?
Kriteria ekologi Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Kualitas perairan 7
8 7
8 8
6 7
7 7
6 6
7 6.96
Kesesuaian fisik 6
7 6
7 7
7 6
5 6
6 5
4 5.92
Area bernilai tinggi 8
7 7
7 6
8 7
6 8
7 7
7 7.05
Resiko bahaya 7
8 7
6 7
7 7
8 6
7 7
8 7.05
Penggunaan lahan 5
6 5
5 6
5 6
5 5
5 4
4 5.04
Kedekatan dengan sumber pencemar
5 4
5 4
5 6
5 6
5 5
5 5
4.97
97 7.
Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria kedekatan dengan sumber pencemar pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek?
Kriteria ekologi Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Kualitas perairan 6
8 8
7 6
6 5
6 7
6 5
6 6.27
Kesesuaian fisik 8
7 7
6 5
6 6
6 5
6 6
5 6.02
Area bernilai tinggi 5
8 7
6 4
5 4
5 5
4 5
5 5.13
Resiko bahaya 5
7 7
6 7
8 7
7 6
7 7
7 6.71
Penggunaan lahan 6
6 7
6 8
7 7
8 7
7 8
7 6.96
Pengaruh iklim global 7
4 6
7 5
4 5
4 4
5 4
4 4.80
Kriteria sosek dan kebijakan
Transportasi 5
7 7
8 7
7 7
7 7
6 6
5 6.52
Struktur Populasi penduduk
8 6
7 6
6 7
6 6
6 7
7 7
6.55 Tekanan Penduduk
8 7
6 7
7 6
7 7
7 7
7 7
6.90 RTRW
5 7
7 7
8 6
6 7
7 5
7 7
6.52 RZWP3K
7 7
6 7
6 7
7 7
7 7
8 5
6.71
8. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria RTRW pada kriteria dalam kluster
ekologi, kebijakan dan sosek?
Kriteria ekologi Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Penggunaan lahan 8
6 8
8 6
7 8
8 8
8 8
8 7.54
Kesesuaian fisik 6
6 6
5 7
6 7
6 6
7 6
7 6.22
Resiko bahaya 5
7 7
4 6
5 6
7 5
6 6
6 5.76
Kualitas perairan 7
7 7
7 8
7 7
8 7
8 7
7 7.24
Area bernilai tinggi 8
7 7
7 7
7 8
7 7
7 7
7 7.16
Pengaruh iklim global 5
6 7
4 5
6 4
7 5
5 5
7 5.40
Kedekatan dengan sumber pencemar
4 4
6 7
5 4
7 5
4 5
5 5
4.98
98
Kriteria sosek Transportasi
7 6
6 8
6 6
5 6
5 5
5 5
5.77 Tekanan Penduduk
5 7
7 7
7 7
8 8
7 6
7 7
6.87 Sapras perikanan
6 7
7 7
7 7
6 7
6 7
7 6
6.65 Struktur populasi
penduduk 6
8 7
6 8
7 7
8 7
7 6
7 6.96
Kedekatan dengan sapras penting
5 6
6 7
5 6
5 6
5 5
5 5
5.46 9.
Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria RZWP3K pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek
? Kriteria ekologi
Muhadi Ali
Iik Budi
Adi Ririn
Mae Yudi
Wahyul Hasym
Agus Mahyudin
Rataan geometrik
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Kualitas perairan
6 8
6 8
8 7
8 8
8 8
8 8
7.54 Kesesuaian fisik
6 8
6 7
8 8
7 7
7 7
7 6
6.96 Area bernilai tinggi
7 8
7 7
8 7
7 7
7 7
7 7
7.16 Resiko bahaya
5 8
7 6
8 6
6 6
6 6
6 6
6.28 Penggunaan lahan
8 8
8 7
6 8
8 8
8 8
7 7
7.55 Pengaruh iklim global
7 4
7 7
5 5
4 5
5 5
6 6
5.40 Kedekatan dengan
sumber pencemar 5
7 7
6 4
4 5
5 5
5 4
4 4.98
Kriteria sosek Sarana dan prasarana
8 6
7 8
8 7
7 8
8 8
8 8
7.55 Struktur populasi
penduduk 5
8 7
7 7
7 7
7 7
7 7
7 6.88
Kedekatan dengan sapras penting
6 8
7 6
6 5
6 7
7 7
6 5
6.28 Tekanan Penduduk
5 8
7 7
8 8
7 6
6 6
6 7
6.69 Transportasi
7 7
7 7
7 7
7 7
7 7
7 7
7.00
Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria transportasi pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek?
99 10.
Kriteria ekologi Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Kesesuaian fisik 5
7 6
7 8
8 7
7 7
8 7
7 6.95
Penggunaan lahan 8
8 7
6 7
7 7
7 8
7 8
8 7.31
Pengaruh iklim global 7
4 7
7 4
5 6
5 6
6 5
6 5.57
Resiko bahaya 3
7 7
6 8
7 8
7 8
7 7
7 6.66
Kriteria kebijakan RZWP3K
8 7
8 8
7 7
7 7
7 7
7 7
6.22 RTRW
7 8
8 7
8 8
7 7
8 8
7 7
6.41 Kriteria sosek
Struktur Populasi Penduduk
7 6
7 8
5 5
6 6
5 6
4 5
5.74 Sarana dan prasarana
5 8
7 8
8 8
7 7
8 7
8 8
7.36 Kedekatan dengan sapras
penting 6
7 7
7 7
7 7
8 7
7 7
7 6.99
Tekanan Penduduk 6
6 6
6 5
5 5
5 5
6 5
4 5.30
11. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria struktur populasi penduduk pada
kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek?
Kriteria ekologi Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Area bernilai tinggi 4
7 7
7 8
7 7
6 7
6 6
7 6.50
Kedekatan dengan sumber pencemar
5 7
7 6
6 6
6 7
6 7
6 6
6.22 Kesesuaian fisik
4 5
6 5
5 5
5 6
6 6
7 5
5.36 Penggunaan lahan
7 7
7 6
7 7
6 8
8 7
7 7
6.98 Resiko bahaya
6 6
6 6
7 6
7 7
8 7
6 6
6.47 Kriteria sosek dan
kebijakan Sarana dan prasarana
5 7
7 7
8 8
7 7
7 7
7 7
6.96 Kedekatan dengan sapras
6 7
7 6
7 7
8 8
7 8
8 8
7.21
100
penting Transportasi
7 8
8 5
6 5
6 6
6 5
6 5
6.00 Tekanan Penduduk
8 7
8 4
7 6
7 7
6 8
7 7
6.73 RTRW
7 5
5 6
6 5
5 6
4 5
6 5
5.36 RZWP3K
7 7
4 8
7 7
6 6
7 6
7 7
6.50
12. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria kedekatan dengan sapras penting
pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek?
Kriteria ekologi Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Kedekatan dengan sumber pencemar
7 7
7 8
7 7
6 6
6 7
7 7
6.81 Kesesuaian fisik
7 7
7 7
7 7
7 7
7 7
8 8
7.16 Resiko bahaya
5 7
8 6
8 7
8 7
8 7
7 7
7.03 Penggunaan lahan
8 8
8 7
8 7
7 8
7 7
7 7
7.40 Kriteria kebijakan
RZWP3K 7
7 7
7 5
7 7
7 5
6 7
7 6.53
RTRW 5
8 7
8 7
7 8
8 7
7 8
8 7.28
Kriteria sosek Struktur Populasi
Penduduk 7
7 7
8 7
6 6
7 7
7 6
6 6.72
Sarana dan prasarana 5
7 7
7 7
7 7
8 7
7 7
7 6.88
Transportasi 6
8 8
6 8
8 7
7 8
8 7
7 7.29
Tekanan Penduduk 8
7 7
5 6
6 6
8 5
7 5
6 6.25
13. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria sarana dan prasarana pada kriteria
dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek?
Kriteria ekologi Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Kualitas perairan 4
8 8
8 8
7 8
7 7
8 8
8 7.30
Kesesuaian fisik perairan 7
8 8
7 8
7 7
7 8
7 7
7 7.32
Area bernilai tinggi 6
8 8
6 7
6 7
7 6
6 6
6 6.54
Resiko bahaya 4
7 7
5 8
8 8
8 7
7 7
7 6.79
101
Penggunaan lahan 8
7 7
6 7
6 6
6 6
6 6
6 6.39
Pengaruh iklim global 6
4 6
7 6
4 4
5 5
4 4
5 4.90
Kedekatan dengan sumber pencemar
4 7
7 6
6 5
5 4
4 5
5 5
5.16 Kriteria kebijakan
RTRW 7
7 8
7 7
7 7
7 7
7 7
7 7.08
RZWP3K 5
8 7
8 8
8 8
8 8
8 8
8 7.61
Kriteria sosek Struktur Populasi
Penduduk 6
6 7
8 8
7 8
8 7
7 7
7 7.13
Kedekatan dengan sapras penting
7 8
8 7
7 7
7 7
7 7
7 7
7.16 Transportasi
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8.00 Tekanan Penduduk
5 7
7 7
7 8
8 8
8 7
7 7
7.12
14. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria tekanan penduduk pada kriteria
dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek?
Kriteria ekologi Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Area bernilai tinggi 5
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 7.69
Kualitas Perairan 5
7 8
6 7
7 6
7 6
7 7
7 6.62
Kesesuaian fisik 7
7 7
7 6
6 6
6 7
7 7
6 6.56
Penggunaan lahan 8
8 7
6 8
7 7
6 7
6 6
7 6.88
Resiko bahaya 6
7 7
5 5
5 5
5 6
6 6
6 5.71
Kriteria kebijakan Muhadi
Ali Iik
Budi Adi
Ririn Mae
Yudi Wahyul
Hasym Agus
Mahyudin Rataan
geometrik Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
Bobot Bobot
RZWP3K 7
7 8
8 7
7 7
7 7
7 7
7 7.16
RTRW 5
8 7
7 8
8 8
8 8
8 8
8 7.52
Kriteria sosek Struktur Populasi
Penduduk 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8.00
102
Sarana dan prasarana 6
8 8
7 7
8 6
7 7
7 6
5 6.77
Kedekatan dengan sapras penting
5 7
7 6
6 6
7 7
7 7
6 6
6.38 Transportasi
7 8
7 5
7 7
7 8
7 6
7 7
6.87 Sumber : Hasil wawancara dan analisis, 2012
Lampiran 3. Matriks tak terboboti unnweighted supermatrix Kluster
Kriteria Ekologi
Kebijakan Sosek
1 2
3 4
5 6
7 1
2 1
2 3
4 5
Ekologi 1
0.0000 0.1429
0.1889 0.1997
0.1906 0.1693
0.1827 0.1616 0.1802
0.0000 0.1473
0.0000 0.2062
0.2298
2
0.1505 0.0000
0.1395 0.1491
0.1344 0.1528
0.1451 0.1124 0.1253
0.2398 0.1162
0.0000 0.1973
0.0000
3
0.1971 0.1677
0.0000 0.2014
0.1600 0.1871
0.2013 0.1404 0.1752
0.2521 0.1649
0.2624 0.1700
0.1961
4
0.2036 0.1747
0.1942 0.0000
0.1882 0.1913
0.1400 0.1634 0.1898
0.0000 0.1644
0.0000 0.0000
0.1978
5
0.1320 0.1337
0.1429 0.1296
0.0000 0.1259
0.1762 0.1219 0.1359
0.0000 0.1104
0.2103 0.0000
0.0000
6
0.1592 0.1939
0.1598 0.1567
0.1363 0.0000
0.1547 0.1702 0.1900
0.2606 0.1439
0.2760 0.2214
0.2056
7
0.1576 0.1870
0.1748 0.1635
0.1906 0.1737
0.0000 0.1300 0.0036
0.2475 0.1529
0.2514 0.2052
0.1707
Kebijakan 1
0.4960 0.4928
0.4483 0.5356
0.0000 0.5254
0.5180 0.0000 1.0000
0.5272 0.4819
0.5075 0.4519
0.5122
2
0.5040 0.5072
0.5517 0.4644
0.0000 0.4746
0.4820 1.0000 0.0000
0.4728 0.5181
0.4925 0.5481
0.4878
Sosek 1
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.2152
0.2061 0.1722 0.1826
0.0000 0.2435
0.2753 0.2680
0.2277
2
0.0000 0.0000
0.3478 0.3067
0.0000 0.2100
0.2151 0.2097 0.2195
0.2535 0.0000
0.2899 0.2587
0.2416
3
0.4132 0.3265
0.3577 0.0000
0.0000 0.2094
0.2294 0.1820 0.2035
0.2686 0.2720
0.0000 0.2230
0.2452
4
0.2481 0.3280
0.2945 0.3317
0.0000 0.1921
0.1720 0.2195 0.2000
0.2476 0.2424
0.2261 0.0000
0.2855
5
0.3387 0.3455
0.0000 0.3615
0.0000 0.1733
0.1773 0.2167 0.1945
0.2303 0.2421
0.2087 0.2502
0.0000
JUMLAH 3.0000
3.0000 3.0000
3.0000 1.0000
3.0000 3.0000 3.0000
3.0000 3.0000
3.0000 3.0000
3.0000
3.0000
Keterangan: Objek Ekologi
: 1. Area bernilai tinggi, 2. Kedekatan dengan sumber pencemar, 3 Kesesuaian fisik, 4. Kualitas Perairan, 5. Pengaruh iklim global, 6. Penggunaan Lahan , 7. Resiko bahaya
Objek Kebijakan : 1. RTRW Kabupaten Pandeglang, 2. RZWP3K Provinsi Banten
Objek Sosial ekonomi : 1. Kedekatan dengan sapras penting, 2. Sapras Perikanan, 3. Sarana transportasi, 4. Struktur populasi penduduk, 5. Tekanan
penduduk
103 Lampiran 4. Matriks terboboti weighted supermatrix
Kluster Kriteria
Ekologi Kebijakan
Sosek 1
2 3
4 5
6 7
1 2
1 2
3 4
5
Ekologi 1
0.0000 0.0486
0.0642 0.0679
0.1906 0.0575
0.0621 0.0549 0.0612 0.0000 0.0501 0.0000 0.0701
0.0781
2
0.0512 0.0000
0.0474 0.0507
0.1344 0.0519
0.0493 0.0382 0.0426 0.0815 0.0395 0.0000 0.0670
0.0000
3
0.0670 0.0570
0.0000 0.0684
0.1600 0.0636
0.0684 0.0477 0.0595 0.0857 0.0560 0.0892 0.0578
0.0666
4
0.0692 0.0594
0.0660 0.0000
0.1882 0.0650
0.0476 0.0555 0.0645 0.0000 0.0559 0.0000 0.0000
0.0672
5
0.0449 0.0455
0.0486 0.0441
0.0000 0.0428
0.0599 0.0414 0.0462 0.0000 0.0375 0.0715 0.0000
0.0000
6
0.0541 0.0659
0.0543 0.0533
0.1363 0.0000
0.0526 0.0578 0.0646 0.0886 0.0489 0.0938 0.0752
0.0699
7
0.0536 0.0635
0.0594 0.0556
0.1906 0.0590
0.0000 0.0442 0.0012 0.0841 0.0520 0.0854 0.0697
0.0580
Kebijakan 1
0.1730 0.1719
0.1564 0.1868
0.0000 0.1833
0.1807 0.0000 0.3488 0.1839 0.1681 0.1770 0.1576
0.1787
2
0.1758 0.1769
0.1925 0.1620
0.0000 0.1656
0.1681 0.3488 0.0000 0.1649 0.1807 0.1718 0.1912
0.1701
Sosek 1
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0670
0.0642 0.0536 0.0568 0.0000 0.0758 0.0857 0.0834
0.0709
2
0.0000 0.0000
0.1083 0.0955
0.0000 0.0654
0.0670 0.0653 0.0683 0.0789 0.0000 0.0902 0.0805
0.0752
3
0.1286 0.1016
0.1114 0.0000
0.0000 0.0652
0.0714 0.0566 0.0633 0.0836 0.0847 0.0000 0.0694
0.0763
4
0.0772 0.1021
0.0917 0.1033
0.0000 0.0598
0.0536 0.0683 0.0623 0.0771 0.0755 0.0704 0.0000
0.0889
5
0.1054 0.1076
0.0000 0.1125
0.0000 0.0539
0.0552 0.0674 0.0605 0.0717 0.0754 0.0650 0.0779
0.0000
JUMLAH 1.0000
1.0000 1.0000
1.0000 1.0000
1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
1.0000
Keterangan: Objek Ekologi
: 1. Area bernilai tinggi, 2. Kedekatan dengan sumber pencemar, 3 Kesesuaian fisik, 4. Kualitas Perairan, 5. Pengaruh iklim global, 6. Penggunaan Lahan , 7. Resiko bahaya
Objek Kebijakan : 1. RTRW Kabupaten Pandeglang, 2. RZWP3K Provinsi Banten
Objek Sosial ekonomi : 1. Kedekatan dengan sapras penting, 2. Sapras Perikanan, 3. Sarana transportasi, 4. Struktur populasi penduduk, 5. Tekanan
penduduk
104 Lampiran 5. Matriks pembatas limiting matrix
Kluster Kriteria
Ekologi Kebijakan
Sosek 1
2 3
4 5
6 7
1 2
1 2
3 4
5
Ekologi 1
0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555
0.0555
2
0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434
0.0434
3
0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623
0.0623
4
0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518
0.0518
5
0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372
0.0372
6
0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628
0.0628
7
0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515
0.0515
Kebijakan 1
0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676
0.1676
2
0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682
0.1682
Sosek 1
0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461
0.0461
2
0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611
0.0611
3
0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647
0.0647
4
0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664
0.0664
5
0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614
0.0614
JUMLAH 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
1.0000
Keterangan: Objek Ekologi
: 1. Area bernilai tinggi, 2. Kedekatan dengan sumber pencemar, 3 Kesesuaian fisik, 4. Kualitas Perairan, 5. Pengaruh iklim global, 6. Penggunaan Lahan , 7. Resiko bahaya
Objek Kebijakan : 1. RTRW Kabupaten Pandeglang, 2. RZWP3K Provinsi Banten
Objek Sosial ekonomi : 1. Kedekatan dengan sapras penting, 2. Sapras Perikanan, 3. Sarana transportasi, 4. Struktur populasi penduduk, 5. Tekanan
penduduk
105 Lampiran 6. Luas lahan kesesuaian pemanfaatan ruang wilayah darat
NO DESA
LUAS m2 Luas ha
BOBOT BUDIDAYA
BOBOT KONSERVASI
BOBOT PARIWISATA
BOBOT PELABUHAN
BOBOT TANGKAP
ZONASI
1 Banjarmasin
28362.390 2.84
121 Kurang sesuai
126 Kurang Sesuai
123 Tidak sesuai
171 Kurang sesuai
161 Kurang sesuai
2 Banjarmasin
148464.231 14.85
127 Kurang sesuai
135 Kurang Sesuai
130 Tidak sesuai
171 Kurang sesuai
168 Kurang sesuai
3 Banjarmasin
2232194.169 223.22
127 Kurang sesuai
135 Kurang Sesuai
130 Tidak sesuai
171 Kurang sesuai
168 Kurang sesuai
4 Banjarmasin
4155.678 0.42
134 Kurang sesuai
144 Kurang Sesuai
137 Kurang sesuai
171 Kurang sesuai
176 Kurang sesuai
5 Banjarmasin
31270.983 3.13
134 Kurang sesuai
144 Kurang Sesuai
137 Kurang sesuai
171 Kurang sesuai
176 Kurang sesuai
6 Banjarmasin
44967.166 4.50
164 Sesuai
110 Tidak Sesuai
149 Kurang sesuai
191 Sesuai
190 Kurang sesuai
BUDIDAYA 7
Banyuasih 2500735.134
250.07 106
Tidak sesuai 137
Kurang Sesuai 107
Tidak sesuai 115
Tidak sesuai 121
Tidak sesuai 8
Banyuasih 3908658.118
390.87 106
Tidak sesuai 137
Kurang Sesuai 114
Tidak sesuai 122
Tidak sesuai 121
Tidak sesuai 9
Banyuasih 297844.616
29.78 106
Tidak sesuai 137
Kurang Sesuai 121
Tidak sesuai 129
Tidak sesuai 121
Tidak sesuai 10
Banyuasih 545212.840
54.52 112
Tidak sesuai 162
Kurang Sesuai 128
Tidak sesuai 129
Tidak sesuai 128
Tidak sesuai 11
Banyuasih 2988801.648
298.88 143
Kurang sesuai 137
Kurang Sesuai 133
Tidak sesuai 142
Tidak sesuai 143
Tidak sesuai 12
Banyuasih 18391195.669
1839.12 143
Kurang sesuai 137
Kurang Sesuai 140
Kurang sesuai 149
Kurang sesuai 143
Tidak sesuai 13
Caringin 111368.595
11.14 113
Tidak sesuai 150
Kurang Sesuai 156
Kurang sesuai 145
Kurang sesuai 139
Tidak sesuai 14
Caringin 1090794.476
109.08 131
Kurang sesuai 101
Tidak Sesuai 195
Sesuai 184
Sesuai 182
Kurang sesuai PARIWISATA
15 Caringin
34021.519 3.40
144 Kurang sesuai
119 Tidak Sesuai
209 Sesuai
184 Sesuai
197 Sesuai
PARIWISATA 16
Caringin 2575616.486
257.56 150
Kurang sesuai 125
Kurang Sesuai 175
Sesuai 165
Kurang sesuai 161
Kurang sesuai PARIWISATA
17 Carita
54183.117 5.42
119 Kurang sesuai
159 Kurang Sesuai
150 Kurang sesuai
159 Kurang sesuai
162 Kurang sesuai
18 Carita
139185.659 13.92
126 Kurang sesuai
168 Sesuai
150 Kurang sesuai
152 Kurang sesuai
170 Kurang sesuai
KONSERVASI 19
Carita 212942.230
21.29 126
Kurang sesuai 168
Sesuai 150
Kurang sesuai 152
Kurang sesuai 170
Kurang sesuai KONSERVASI
20 Carita
242453.898 24.25
126 Kurang sesuai
168 Sesuai
157 Kurang sesuai
159 Kurang sesuai
170 Kurang sesuai
KONSERVASI 21
Carita 1584546.415
158.45 126
Kurang sesuai 168
Sesuai 157
Kurang sesuai 159
Kurang sesuai 170
Kurang sesuai KONSERVASI
22 Carita
2301024.990 230.10
126 Kurang sesuai
168 Sesuai
157 Kurang sesuai
159 Kurang sesuai
170 Kurang sesuai
KONSERVASI 23
Cibungur 108568.865
10.86 132
Kurang sesuai 134
Kurang Sesuai 123
Tidak sesuai 145
Kurang sesuai 130
Tidak sesuai 24
Cibungur 5950122.978
595.01 169
Sesuai 109
Tidak Sesuai 142
Kurang sesuai 165
Kurang sesuai 152
Kurang sesuai BUDIDAYA
25 Cigondang
2913.315 0.29
111 Tidak sesuai
161 Kurang Sesuai
135 Kurang sesuai
148 Kurang sesuai
150 Kurang sesuai
26 Cigondang
29602.592 2.96
111 Tidak sesuai
161 Kurang Sesuai
135 Kurang sesuai
148 Kurang sesuai
150 Kurang sesuai
27 Cigondang
4501.573 0.45
111 Tidak sesuai
161 Kurang Sesuai
151 Kurang sesuai
148 Kurang sesuai
150 Kurang sesuai
28 Cigondang
904.574 0.09
113 Tidak sesuai
126 Kurang Sesuai
136 Kurang sesuai
158 Kurang sesuai
161 Kurang sesuai
29 Cigondang
70639.223 7.06
119 Kurang sesuai
135 Kurang Sesuai
143 Kurang sesuai
158 Kurang sesuai
168 Kurang sesuai
30 Cigondang
17533.003 1.75
131 Kurang sesuai
77 Tidak Sesuai
175 Sesuai
197 Sesuai
204 Sesuai
Pariwisata, Pelabuhan, Penangkapan
31 Cigondang
5051876.270 505.19
137 Kurang sesuai
86 Tidak Sesuai
182 Sesuai
197 Sesuai
211 Sesuai
Pariwisata, Pelabuhan, Penangkapan
32 Cigondang
30196.534 3.02
150 Kurang sesuai
101 Tidak Sesuai
155 Kurang sesuai
178 Kurang sesuai
183 Kurang sesuai
33 Cigondang
317496.265 31.75
156 Kurang sesuai
110 Tidak Sesuai
162 Kurang sesuai
178 Kurang sesuai
190 Kurang sesuai
34 Cigorondong
3858700.280 385.87
158 Sesuai
162 Kurang Sesuai
115 Tidak sesuai
122 Tidak sesuai
126 Tidak sesuai
BUDIDAYA 35
Cigorondong 4839277.015
483.93 158
Sesuai 162
Kurang Sesuai 115
Tidak sesuai 122
Tidak sesuai 126
Tidak sesuai BUDIDAYA
36 Cigorondong
3618017.189 361.80
158 Sesuai
162 Kurang Sesuai
122 Tidak sesuai
129 Tidak sesuai
126 Tidak sesuai
BUDIDAYA 37
Cigorondong 201911.351
20.19 158
Sesuai 162
Kurang Sesuai 129
Tidak sesuai 136
Tidak sesuai 126
Tidak sesuai BUDIDAYA
38 Cigorondong
62577.536 6.26
166 Sesuai
162 Kurang Sesuai
136 Kurang sesuai
136 Tidak sesuai
135 Tidak sesuai
BUDIDAYA 39
Cigorondong 354474.053
35.45 170
Sesuai 162
Kurang Sesuai 136
Kurang sesuai 136
Tidak sesuai 140
Tidak sesuai BUDIDAYA
40 Cigorondong
218723.446 21.87
191 Sesuai
137 Kurang Sesuai
141 Kurang sesuai
149 Kurang sesuai
143 Tidak sesuai
BUDIDAYA 41
Cigorondong 1088813.034
108.88 191
Sesuai 137
Kurang Sesuai 148
Kurang sesuai 156
Kurang sesuai 143
Tidak sesuai BUDIDAYA
42 Cigorondong
1973481.214 197.35
195 Sesuai
137 Kurang Sesuai
141 Kurang sesuai
149 Kurang sesuai
148 Kurang sesuai
BUDIDAYA 43
Cigorondong 3788408.046
378.84 195
Sesuai 137
Kurang Sesuai 148
Kurang sesuai 156
Kurang sesuai 148
Kurang sesuai BUDIDAYA
44 Citeureup
4562387.702 456.24
121 Kurang sesuai
133 Kurang Sesuai
129 Tidak sesuai
145 Kurang sesuai
163 Kurang sesuai
45 Citeureup
1543128.605 154.31
121 Kurang sesuai
133 Kurang Sesuai
136 Kurang sesuai
152 Kurang sesuai
163 Kurang sesuai
46 Citeureup
390832.280 39.08
127 Kurang sesuai
158 Kurang Sesuai
150 Kurang sesuai
159 Kurang sesuai
170 Kurang sesuai
47 Citeureup
130692.428 13.07
139 Kurang sesuai
109 Tidak Sesuai
175 Sesuai
191 Sesuai
206 Sesuai
PARIWISATA
106
48 Citeureup
10753093.972 1075.31
139 Kurang sesuai
109 Tidak Sesuai
182 Sesuai
198 Sesuai
206 Sesuai
PARIWISATA 49
Citeureup 4770.234
0.48 140
Kurang sesuai 176
Sesuai 164
Kurang sesuai 159
Kurang sesuai 185
Kurang sesuai KONSERVASI
50 Citeureup
25062.128 2.51
152 Kurang sesuai
127 Kurang Sesuai
196 Sesuai
198 Sesuai
221 Sesuai
PENANGKAPAN 51
Citeureup 5063877.273
506.39 158
Sesuai 133
Kurang Sesuai 148
Kurang sesuai 165
Kurang sesuai 185
Kurang sesuai BUDIDAYA
52 Citeureup
5155441.057 515.54
158 Sesuai
133 Kurang Sesuai
155 Kurang sesuai
172 Kurang sesuai
185 Kurang sesuai
BUDIDAYA 53
Citeureup 2921725.714
292.17 158
Sesuai 133
Kurang Sesuai 162
Kurang sesuai 179
Kurang sesuai 185
Kurang sesuai BUDIDAYA
54 Kertajaya
54095.821 5.41
125 Kurang sesuai
162 Kurang Sesuai
116 Tidak sesuai
129 Tidak sesuai
121 Tidak sesuai
55 Kertajaya
108404.680 10.84
125 Kurang sesuai
162 Kurang Sesuai
123 Tidak sesuai
136 Tidak sesuai
121 Tidak sesuai
56 Kertajaya
79336.874 7.93
129 Kurang sesuai
162 Kurang Sesuai
109 Tidak sesuai
122 Tidak sesuai
126 Tidak sesuai
57 Kertajaya
826154.404 82.62
129 Kurang sesuai
162 Kurang Sesuai
116 Tidak sesuai
129 Tidak sesuai
126 Tidak sesuai
58 Kertajaya
228842.582 22.88
129 Kurang sesuai
162 Kurang Sesuai
123 Tidak sesuai
136 Tidak sesuai
126 Tidak sesuai
59 Kertajaya
3491950.628 349.20
162 Sesuai
137 Kurang Sesuai
135 Kurang sesuai
149 Kurang sesuai
143 Tidak sesuai
BUDIDAYA 60
Kertajaya 3647474.231
364.75 162
Sesuai 137
Kurang Sesuai 142
Kurang sesuai 156
Kurang sesuai 143
Tidak sesuai BUDIDAYA
61 Kertajaya
714383.933 71.44
166 Sesuai
137 Kurang Sesuai
128 Tidak sesuai
142 Kurang sesuai
148 Kurang sesuai
BUDIDAYA 62
Kertajaya 3219528.384
321.95 166
Sesuai 137
Kurang Sesuai 135
Kurang sesuai 149
Kurang sesuai 148
Kurang sesuai BUDIDAYA
63 Kertajaya
1565580.064 156.56
166 Sesuai
137 Kurang Sesuai
142 Kurang sesuai
156 Kurang sesuai
148 Kurang sesuai
BUDIDAYA 64
Kertamukti 65859.557
6.59 136
Kurang sesuai 162
Kurang Sesuai 130
Tidak sesuai 123
Tidak sesuai 126
Tidak sesuai 65
Kertamukti 1683240.403
168.32 137
Kurang sesuai 162
Kurang Sesuai 116
Tidak sesuai 109
Tidak sesuai 126
Tidak sesuai 66
Kertamukti 4988674.988
498.87 137
Kurang sesuai 162
Kurang Sesuai 116
Tidak sesuai 109
Tidak sesuai 126
Tidak sesuai 67
Kertamukti 1492283.348
149.23 137
Kurang sesuai 162
Kurang Sesuai 123
Tidak sesuai 116
Tidak sesuai 126
Tidak sesuai 68
Kertamukti 279823.992
27.98 174
Sesuai 137
Kurang Sesuai 135
Kurang sesuai 129
Tidak sesuai 148
Kurang sesuai BUDIDAYA
69 Kertamukti
555402.316 55.54
174 Sesuai
137 Kurang Sesuai
142 Kurang sesuai
136 Tidak sesuai
148 Kurang sesuai
BUDIDAYA 70
Kertamukti 463423.956
46.34 174
Sesuai 137
Kurang Sesuai 149
Kurang sesuai 143
Kurang sesuai 148
Kurang sesuai BUDIDAYA
71 Margagiri
255170.891 25.52
132 Kurang sesuai
126 Kurang Sesuai
123 Tidak sesuai
131 Tidak sesuai
130 Tidak sesuai
72 Margagiri
5832210.449 583.22
169 Sesuai
101 Tidak Sesuai
142 Kurang sesuai
151 Kurang sesuai
152 Kurang sesuai
BUDIDAYA 73
Margasana 142083.735
14.21 132
Kurang sesuai 126
Kurang Sesuai 137
Kurang sesuai 152
Kurang sesuai 130
Tidak sesuai 74
Margasana 218894.737
21.89 149
Kurang sesuai 77
Tidak Sesuai 176
Sesuai 191
Sesuai 173
Kurang sesuai Pariwisata, Pelabuhan
75 Margasana
3167.299 0.32
150 Kurang sesuai
77 Tidak Sesuai
176 Sesuai
191 Sesuai
173 Kurang sesuai
Pariwisata, Pelabuhan 76
Margasana 37732.897
3.77 155
Kurang sesuai 86
Tidak Sesuai 183
Sesuai 191
Sesuai 180
Kurang sesuai Pariwisata, Pelabuhan
77 Margasana
5330031.429 533.00
169 Sesuai
101 Tidak Sesuai
156 Kurang sesuai
172 Kurang sesuai
152 Kurang sesuai
BUDIDAYA 78
Margasana 737.722
0.07 175
Sesuai 110
Tidak Sesuai 163
Kurang sesuai 172
Kurang sesuai 159
Kurang sesuai BUDIDAYA
79 Mekarsari
591219.277 59.12
134 Kurang sesuai
185 Sesuai
157 Kurang sesuai
139 Kurang sesuai
145 Tidak sesuai
KONSERVASI 80
Mekarsari 71132.315
7.11 139
Kurang sesuai 118
Tidak Sesuai 182
Sesuai 178
Kurang sesuai 173
Kurang sesuai PARIWISATA
81 Mekarsari
24137415.041 2413.74
152 Kurang sesuai
136 Kurang Sesuai
196 Sesuai
178 Kurang sesuai
188 Kurang sesuai
PARIWISATA 82
Mekarsari 1821045.339
182.10 171
Sesuai 160
Kurang Sesuai 176
Sesuai 159
Kurang sesuai 167
Kurang sesuai Budidaya, Pariwisata
83 Panimbang
jaya 3339.784
0.33 161
Sesuai 126
Kurang Sesuai 143
Kurang sesuai 167
Kurang sesuai 163
Kurang sesuai 84
Panimbang jaya
388877.156 38.89
174 Sesuai
144 Kurang Sesuai
157 Kurang sesuai
167 Kurang sesuai
178 Kurang sesuai
85 Panimbang
jaya 19134.138
1.91 179
Sesuai 77
Tidak Sesuai 182
Sesuai 206
Sesuai 206
Sesuai PELABUHAN
86 Panimbang
jaya 9330629.218
933.06 192
Sesuai 95
Tidak Sesuai 196
Sesuai 206
Sesuai 221
Sesuai Budidaya, Pariwisata,
Pelabuhan, Penangkapan 87
Pejamben 91729.787
9.17 113
Tidak sesuai 126
Kurang Sesuai 130
Tidak sesuai 171
Kurang sesuai 161
Kurang sesuai 88
Pejamben 425939.095
42.59 113
Tidak sesuai 126
Kurang Sesuai 130
Tidak sesuai 171
Kurang sesuai 161
Kurang sesuai 89
Pejamben 7216.238
0.72 119
Kurang sesuai 135
Kurang Sesuai 137
Kurang sesuai 171
Kurang sesuai 168
Kurang sesuai 90
Pejamben 6146.698
0.61 119
Kurang sesuai 135
Kurang Sesuai 137
Kurang sesuai 171
Kurang sesuai 168
Kurang sesuai 91
Pejamben 2929762.458
292.98 150
Kurang sesuai 101
Tidak Sesuai 149
Kurang sesuai 191
Sesuai 183
Kurang sesuai PELABUHAN
92 Pejamben
11540.733 1.15
156 Kurang sesuai
110 Tidak Sesuai
156 Kurang sesuai
191 Sesuai
190 Kurang sesuai
PELABUHAN 93
Sidamukti 151839.062
15.18 121
Kurang sesuai 126
Kurang Sesuai 123
Tidak sesuai 186
Sesuai 177
Kurang sesuai PELABUHAN
94 Sidamukti
829987.026 83.00
139 Kurang sesuai
77 Tidak Sesuai
162 Kurang sesuai
225 Sesuai
220 Sesuai
PELABUHAN, PENANGKAPAN
107
95 Sidamukti
17946.967 1.79
152 Kurang sesuai
95 Tidak Sesuai
176 Sesuai
225 Sesuai
235 Sesuai
PELABUHAN, PENANGKAPAN
96 Sidamukti
4373212.707 437.32
158 Sesuai
101 Tidak Sesuai
142 Kurang sesuai
206 Sesuai
199 Sesuai
PELABUHAN, PENANGKAPAN
97 Sukajadi
58167.510 5.82
126 Kurang sesuai
168 Sesuai
164 Kurang sesuai
145 Kurang sesuai
154 Kurang sesuai
KONSERVASI 98
Sukajadi 1519367.141
151.94 126
Kurang sesuai 168
Sesuai 164
Kurang sesuai 145
Kurang sesuai 154
Kurang sesuai KONSERVASI
99 Sukajadi
37538.915 3.75
126 Kurang sesuai
168 Sesuai
171 Kurang sesuai
152 Kurang sesuai
154 Kurang sesuai
KONSERVASI 100
Sukajadi 245098.853
24.51 126
Kurang sesuai 168
Sesuai 171
Kurang sesuai 152
Kurang sesuai 154
Kurang sesuai KONSERVASI
101 Sukajadi
627019.243 62.70
126 Kurang sesuai
168 Sesuai
171 Kurang sesuai
152 Kurang sesuai
154 Kurang sesuai
KONSERVASI 102
Sukajadi 950336.387
95.03 126
Kurang sesuai 168
Sesuai 171
Kurang sesuai 152
Kurang sesuai 154
Kurang sesuai KONSERVASI
103 Sukamaju
1083524.559 108.35
131 Kurang sesuai
101 Tidak Sesuai
196 Sesuai
191 Sesuai
173 Kurang sesuai
PARIWISATA 104
Sukamaju 11539.713
1.15 137
Kurang sesuai 110
Tidak Sesuai 203
Sesuai 191
Sesuai 180
Kurang sesuai PARIWISATA
105 Sukanagara
577259.670 57.73
113 Tidak sesuai
158 Kurang Sesuai
150 Kurang sesuai
139 Kurang sesuai
147 Tidak sesuai
106 Sukanagara
4535157.267 453.52
113 Tidak sesuai
158 Kurang Sesuai
150 Kurang sesuai
139 Kurang sesuai
147 Tidak sesuai
107 Sukanagara
10635944.939 1063.59
113 Tidak sesuai
158 Kurang Sesuai
150 Kurang sesuai
139 Kurang sesuai
147 Tidak sesuai
108 Sukanagara
0.039 0.00
113 Tidak sesuai
158 Kurang Sesuai
157 Kurang sesuai
146 Kurang sesuai
147 Tidak sesuai
109 Sukanagara
144848.200 14.48
113 Tidak sesuai
158 Kurang Sesuai
157 Kurang sesuai
146 Kurang sesuai
147 Tidak sesuai
110 Sukanagara
196000.157 19.60
113 Tidak sesuai
158 Kurang Sesuai
157 Kurang sesuai
146 Kurang sesuai
147 Tidak sesuai
111 Sukanagara
360435.693 36.04
113 Tidak sesuai
158 Kurang Sesuai
157 Kurang sesuai
146 Kurang sesuai
147 Tidak sesuai
112 Sukanagara
653165.258 65.32
113 Tidak sesuai
158 Kurang Sesuai
157 Kurang sesuai
146 Kurang sesuai
147 Tidak sesuai
113 Sukanagara
977670.815 97.77
113 Tidak sesuai
158 Kurang Sesuai
157 Kurang sesuai
146 Kurang sesuai
147 Tidak sesuai
114 Sukanagara
2362105.464 236.21
113 Tidak sesuai
158 Kurang Sesuai
157 Kurang sesuai
146 Kurang sesuai
147 Tidak sesuai
115 Sukanagara
46188.546 4.62
126 Kurang sesuai
176 Sesuai
164 Kurang sesuai
139 Kurang sesuai
162 Kurang sesuai
KONSERVASI 116
Sukanagara 17308.750
1.73 126
Kurang sesuai 176
Sesuai 171
Kurang sesuai 146
Kurang sesuai 162
Kurang sesuai KONSERVASI
117 Sukarame
46244.492 4.62
113 Tidak sesuai
150 Kurang Sesuai
150 Kurang sesuai
132 Tidak sesuai
139 Tidak sesuai
118 Sukarame
5815.335 0.58
113 Tidak sesuai
150 Kurang Sesuai
157 Kurang sesuai
139 Kurang sesuai
139 Tidak sesuai
119 Sukarame
6191.409 0.62
113 Tidak sesuai
150 Kurang Sesuai
157 Kurang sesuai
139 Kurang sesuai
139 Tidak sesuai
120 Sukarame
17530.225 1.75
113 Tidak sesuai
150 Kurang Sesuai
157 Kurang sesuai
139 Kurang sesuai
139 Tidak sesuai
121 Sukarame
6118241.212 611.82
126 Kurang sesuai
168 Sesuai
164 Kurang sesuai
132 Tidak sesuai
154 Kurang sesuai
KONSERVASI 122
Sukarame 153085.704
15.31 126
Kurang sesuai 168
Sesuai 171
Kurang sesuai 139
Kurang sesuai 154
Kurang sesuai KONSERVASI
123 Sukarame
1099692.028 109.97
126 Kurang sesuai
168 Sesuai
171 Kurang sesuai
139 Kurang sesuai
154 Kurang sesuai
KONSERVASI 124
Sukarame 1782373.532
178.24 126
Kurang sesuai 168
Sesuai 171
Kurang sesuai 139
Kurang sesuai 154
Kurang sesuai KONSERVASI
125 Sumberjaya
74196.425 7.42
133 Kurang sesuai
152 Kurang Sesuai
123 Tidak sesuai
130 Tidak sesuai
137 Tidak sesuai
126 Sumberjaya
3113286.244 311.33
170 Sesuai
127 Kurang Sesuai
135 Kurang sesuai
143 Kurang sesuai
159 Kurang sesuai
BUDIDAYA 127
Sumberjaya 5166901.367
516.69 170
Sesuai 127
Kurang Sesuai 142
Kurang sesuai 150
Kurang sesuai 159
Kurang sesuai BUDIDAYA
128 Sumberjaya
210282.863 21.03
174 Sesuai
127 Kurang Sesuai
135 Kurang sesuai
143 Kurang sesuai
164 Kurang sesuai
BUDIDAYA 129
Tamanjaya 12452.892
1.25 100
Tidak sesuai 211
Sesuai 104
Tidak sesuai 109
Tidak sesuai 121
Tidak sesuai KONSERVASI
130 Tamanjaya
23524.959 2.35
100 Tidak sesuai
211 Sesuai
104 Tidak sesuai
109 Tidak sesuai
121 Tidak sesuai
KONSERVASI 131
Tamanjaya 27538.653
2.75 100
Tidak sesuai 211
Sesuai 97
Tidak sesuai 102
Tidak sesuai 121
Tidak sesuai KONSERVASI
132 Tamanjaya
2956603.748 295.66
100 Tidak sesuai
211 Sesuai
97 Tidak sesuai
102 Tidak sesuai
121 Tidak sesuai
KONSERVASI 133
Tamanjaya 4280463.673
428.05 100
Tidak sesuai 211
Sesuai 97
Tidak sesuai 102
Tidak sesuai 121
Tidak sesuai KONSERVASI
134 Tamanjaya
236542.980 23.65
108 Tidak sesuai
211 Sesuai
118 Tidak sesuai
116 Tidak sesuai
130 Tidak sesuai
KONSERVASI 135
Tamanjaya 234175.781
23.42 133
Kurang sesuai 186
Sesuai 116
Tidak sesuai 122
Tidak sesuai 138
Tidak sesuai KONSERVASI
136 Tamanjaya
1445486.385 144.55
133 Kurang sesuai
186 Sesuai
123 Tidak sesuai
129 Tidak sesuai
138 Tidak sesuai
KONSERVASI 137
Tamanjaya 2872236.432
287.22 133
Kurang sesuai 186
Sesuai 130
Tidak sesuai 136
Tidak sesuai 138
Tidak sesuai KONSERVASI
138 Tamanjaya
41974.273 4.20
137 Kurang sesuai
186 Sesuai
116 Tidak sesuai
122 Tidak sesuai
143 Tidak sesuai
KONSERVASI 139
Tamanjaya 174168.035
17.42 137
Kurang sesuai 186
Sesuai 123
Tidak sesuai 129
Tidak sesuai 143
Tidak sesuai KONSERVASI
140 Tamanjaya
61837.529 6.18
96 Tidak sesuai
211 Sesuai
104 Tidak sesuai
109 Tidak sesuai
116 Tidak sesuai
KONSERVASI 141
Tamanjaya 317984.715
31.80 96
Tidak sesuai 211
Sesuai 97
Tidak sesuai 102
Tidak sesuai 116
Tidak sesuai KONSERVASI
142 Tangkilsari
1942430.013 194.24
117 Tidak sesuai
137 Kurang Sesuai
134 Tidak sesuai
135 Tidak sesuai
135 Tidak sesuai
143 Tangkilsari
8482433.014 848.24
117 Tidak sesuai
137 Kurang Sesuai
141 Kurang sesuai
142 Kurang sesuai
135 Tidak sesuai
144 Tangkilsari
1136983.238 113.70
121 Kurang sesuai
137 Kurang Sesuai
127 Tidak sesuai
128 Tidak sesuai
140 Tidak sesuai
108
145 Tangkilsari
638714.104 63.87
121 Kurang sesuai
137 Kurang Sesuai
134 Tidak sesuai
135 Tidak sesuai
140 Tidak sesuai
146 Tangkilsari
42748.247 4.27
80 Tidak sesuai
162 Kurang Sesuai
122 Tidak sesuai
122 Tidak sesuai
113 Tidak sesuai
147 Tangkilsari
405583.923 40.56
84 Tidak sesuai
162 Kurang Sesuai
108 Tidak sesuai
108 Tidak sesuai
118 Tidak sesuai
148 Tanjungjaya
1557703.367 155.77
121 Kurang sesuai
133 Kurang Sesuai
143 Kurang sesuai
123 Tidak sesuai
139 Tidak sesuai
149 Tanjungjaya
1409625.301 140.96
121 Kurang sesuai
133 Kurang Sesuai
150 Kurang sesuai
130 Tidak sesuai
139 Tidak sesuai
150 Tanjungjaya
1940872.952 194.09
127 Kurang sesuai
158 Kurang Sesuai
164 Kurang sesuai
137 Tidak sesuai
146 Tidak sesuai
151 Tanjungjaya
127777.444 12.78
139 Kurang sesuai
109 Tidak Sesuai
189 Sesuai
169 Kurang sesuai
182 Kurang sesuai
PARIWISATA 152
Tanjungjaya 12814204.895
1281.42 139
Kurang sesuai 109
Tidak Sesuai 196
Sesuai 176
Kurang sesuai 182
Kurang sesuai PARIWISATA
153 Tanjungjaya
5803422.115 580.34
158 Sesuai
133 Kurang Sesuai
162 Kurang sesuai
143 Kurang sesuai
161 Kurang sesuai
BUDIDAYA 154
Tanjungjaya 12059078.480
1205.91 158
Sesuai 133
Kurang Sesuai 169
Kurang sesuai 150
Kurang sesuai 161
Kurang sesuai BUDIDAYA
155 Tanjungjaya
12339504.788 1233.95
158 Sesuai
133 Kurang Sesuai
176 Sesuai
157 Kurang sesuai
161 Kurang sesuai
BUDIDAYA 156
Tegalpapak 130846.812
13.08 132
Kurang sesuai 126
Kurang Sesuai 123
Tidak sesuai 145
Kurang sesuai 130
Tidak sesuai 157
Tegalpapak 4152918.046
415.29 170
Sesuai 101
Tidak Sesuai 142
Kurang sesuai 165
Kurang sesuai 152
Kurang sesuai BUDIDAYA
158 Teluk
1978.814 0.20
113 Tidak sesuai
126 Kurang Sesuai
130 Tidak sesuai
179 Kurang sesuai
185 Kurang sesuai
159 Teluk
81862.887 8.19
126 Kurang sesuai
144 Kurang Sesuai
144 Kurang sesuai
179 Kurang sesuai
200 Sesuai
PENANGKAPAN 160
Teluk 43053.071
4.31 131
Kurang sesuai 77
Tidak Sesuai 169
Kurang sesuai 218
Sesuai 228
Sesuai PELABUHAN,
PENANGKAPAN 161
Teluk 2433273.731
243.33 144
Kurang sesuai 95
Tidak Sesuai 183
Sesuai 218
Sesuai 243
Sesuai PELABUHAN,
PENANGKAPAN 162
Tunggal jaya 1609261.580
160.93 129
Tidak sesuai 162
Kurang Sesuai 108
Tidak sesuai 115
Tidak sesuai 118
Tidak sesuai 163
Tunggal jaya 4918540.652
491.85 129
Tidak sesuai 162
Kurang Sesuai 108
Tidak sesuai 115
Tidak sesuai 118
Tidak sesuai 164
Tunggal jaya 975234.840
97.52 129
Tidak sesuai 162
Kurang Sesuai 115
Tidak sesuai 122
Tidak sesuai 118
Tidak sesuai 165
Tunggal jaya 97094.935
9.71 129
Tidak sesuai 162
Kurang Sesuai 122
Tidak sesuai 129
Tidak sesuai 118
Tidak sesuai 166
Tunggal jaya 776745.360
77.67 166
Sesuai 137
Kurang Sesuai 134
Tidak sesuai 142
Kurang sesuai 140
Tidak sesuai BUDIDAYA
167 Tunggal jaya
207566.447 20.76
166 Sesuai
137 Kurang Sesuai
141 Kurang sesuai
149 Kurang sesuai
140 Tidak sesuai
BUDIDAYA 168
Ujungjaya 25607.780
2.56 100
Tidak sesuai 211
Sesuai 104
Tidak sesuai 102
Tidak sesuai 105
Tidak sesuai KONSERVASI
169 Ujungjaya
491728.059 49.17
100 Tidak sesuai
211 Sesuai
97 Tidak sesuai
95 Tidak sesuai
105 Tidak sesuai
KONSERVASI 170
Ujungjaya 11451881.591
1145.19 100
Tidak sesuai 211
Sesuai 97
Tidak sesuai 95
Tidak sesuai 105
Tidak sesuai KONSERVASI
171 Ujungjaya
271525.644 27.15
133 Kurang sesuai
211 Sesuai
123 Tidak sesuai
122 Tidak sesuai
122 Tidak sesuai
KONSERVASI 172
Ujungjaya 419516.023
41.95 133
Kurang sesuai 211
Sesuai 130
Tidak sesuai 129
Tidak sesuai 122
Tidak sesuai KONSERVASI
173 Ujungjaya
325455.130 32.55
96 Tidak sesuai
211 Sesuai
104 Tidak sesuai
102 Tidak sesuai
100 Tidak sesuai
KONSERVASI 174
Ujungjaya 860.443
0.09 96
Tidak sesuai 211
Sesuai 111
Tidak sesuai 109
Tidak sesuai 100
Tidak sesuai KONSERVASI
175 Ujungjaya
64629.943 6.46
96 Tidak sesuai
211 Sesuai
111 Tidak sesuai
109 Tidak sesuai
100 Tidak sesuai
KONSERVASI 176
Ujungjaya 146239.277
14.62 96
Tidak sesuai 211
Sesuai 97
Tidak sesuai 95
Tidak sesuai 100
Tidak sesuai KONSERVASI
177 Banyuasih
23.486 0.00
117 Tidak sesuai
162 Kurang Sesuai
122 Tidak sesuai
129 Tidak sesuai
121 Tidak sesuai
178 Cigorondong
11.270 0.00
170 Sesuai
162 Kurang Sesuai
137 Kurang sesuai
136 Tidak sesuai
140 Tidak sesuai
179 Margagiri
6842.976 0.68
132 Kurang sesuai
126 Kurang Sesuai
123 Tidak sesuai
131 Tidak sesuai
130 Tidak sesuai
180 Margagiri
6493.082 0.65
169 Sesuai
101 Tidak Sesuai
142 Kurang sesuai
151 Kurang sesuai
152 Kurang sesuai
181 Mekarsari
4.496 0.00
134 Kurang sesuai
185 Sesuai
157 Kurang sesuai
139 Kurang sesuai
145 Tidak sesuai
182 Mekarsari
11.187 0.00
152 Kurang sesuai
136 Kurang Sesuai
196 Sesuai
178 Kurang sesuai
188 Kurang sesuai
JUMLAH 326958149.59
32695.81
Lampiran 7. Luas lahan kesesuaian pemanfaatan ruang wilayah laut
O Luas m2
Luas ha Bobot
Budidaya Bobot
Konservasi Bobot
Pariwisata Bobot
Pelabuhan Bobot
Tangkap ZONASI
1 735329.68
73.53 48
Tidak sesuai 57
Sesuai 56
Kurang sesuai 56
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
2 377652.68
37.77 54
Tidak sesuai 24
Tidak sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
3 174820245.29
17482.02 54
Tidak sesuai 32
Tidak sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
4 2466829.49
246.68 54
Tidak sesuai 39
Kurang sesuai 42
Tidak sesuai 70
Sesuai 38
Sesuai PELABUHAN
5 6941954.23
694.20 54
Tidak sesuai 39
Kurang sesuai 56
Kurang sesuai 56
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
109
6 66643808.83
6664.38 54
Tidak sesuai 39
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
7 4553344.64
455.33 54
Tidak sesuai 40
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
8 7802.44
0.78 54
Tidak sesuai 42
Kurang sesuai 76
Sesuai 48
Tidak sesuai 38
Sesuai PARIWISATA
9 463759.19
46.38 54
Tidak sesuai 47
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
10 2133908.07
213.39 54
Tidak sesuai 48
Sesuai 49
Tidak sesuai 63
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
11 105176.50
10.52 54
Tidak sesuai 50
Sesuai 76
Sesuai 48
Tidak sesuai 38
Sesuai Pariwisata, Konservasi
12 218094.06
21.81 54
Tidak sesuai 56
Sesuai 69
Sesuai 55
Tidak sesuai 38
Sesuai Pariwisata, Konservasi
13 438053.72
43.81 54
Tidak sesuai 58
Sesuai 76
Sesuai 48
Tidak sesuai 38
Sesuai Pariwisata, Konservasi
14 4071408.10
407.14 60
Kurang sesuai 32
Tidak sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
15 133838.69
13.38 60
Kurang sesuai 39
Kurang sesuai 56
Kurang sesuai 56
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
16 3760941.55
376.09 60
Kurang sesuai 39
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
17 24722.43
2.47 60
Kurang sesuai 40
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
18 3249139.30
324.91 60
Kurang sesuai 48
Sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai KONSERVASI
19 273395.96
27.34 60
Kurang sesuai 49
Sesuai 69
Sesuai 55
Tidak sesuai 38
Sesuai Konservasi, Pariwisata
20 1141459.53
114.15 60
Kurang sesuai 57
Sesuai 69
Sesuai 55
Tidak sesuai 38
Sesuai Konservasi, Pariwisata
21 72967587.68
7296.76 61
Kurang sesuai 32
Tidak sesuai 49
Tidak sesuai 63
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
22 458758.80
45.88 61
Kurang sesuai 32
Tidak sesuai 55
Kurang sesuai 69
Sesuai 38
Sesuai PELABUHAN
23 105924313.15
10592.43 61
Kurang sesuai 39
Kurang sesuai 49
Tidak sesuai 63
Kurang sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
24 8024265.87
802.43 61
Kurang sesuai 39
Kurang sesuai 55
Kurang sesuai 69
Sesuai 38
Sesuai PELABUHAN
25 2500.00
0.25 61
Kurang sesuai 40
Kurang sesuai 55
Kurang sesuai 69
Sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
26 1644972.06
164.50 61
Kurang sesuai 48
Sesuai 49
Tidak sesuai 63
Kurang sesuai 38
Sesuai PELABUHAN
27 259448.60
25.94 61
Kurang sesuai 50
Sesuai 63
Kurang sesuai 49
Tidak sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
28 8696216.49
869.62 61
Kurang sesuai 50
Sesuai 69
Sesuai 55
Tidak sesuai 38
Sesuai Pariwisata, Penangkapan
29 3093051.40
309.31 61
Kurang sesuai 57
Sesuai 63
Kurang sesuai 49
Tidak sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
30 18494391.92
1849.44 61
Kurang sesuai 57
Sesuai 69
Sesuai 55
Tidak sesuai 38
Sesuai Pariwisata, Penangkapan
31 1711.69
0.17 61
Kurang sesuai 58
Sesuai 76
Sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai Konservasi, Pariwisata
32 33894260.82
3389.43 61
Tidak sesuai 32
Tidak sesuai 55
Kurang sesuai 69
Sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
33 33941365.38
3394.14 61
Tidak sesuai 39
Kurang sesuai 55
Kurang sesuai 69
Sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
34 1522819.44
152.28 67
Sesuai 32
Tidak sesuai 49
Tidak sesuai 63
Kurang sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
35 11383655.45
1138.37 67
Sesuai 32
Tidak sesuai 55
Kurang sesuai 69
Sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
36 7805408.75
780.54 67
Sesuai 39
Kurang sesuai 49
Tidak sesuai 63
Kurang sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
37 119103.58
11.91 67
Sesuai 39
Kurang sesuai 55
Kurang sesuai 68
Sesuai 38
Sesuai PENANGKAPAN
38 3967892.69
396.79 67
Sesuai 39
Kurang sesuai 55
Kurang sesuai 69
Sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
39 250593.99
25.06 67
Sesuai 41
Kurang sesuai 69
Sesuai 55
Tidak sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
40 276518.09
27.65 67
Sesuai 47
Kurang sesuai 55
Kurang sesuai 69
Sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
41 4170815.20
417.08 67
Sesuai 48
Sesuai 55
Kurang sesuai 69
Sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
42 3104582.16
310.46 67
Sesuai 48
Sesuai 56
Kurang sesuai 56
Kurang sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
43 14497235.75
1449.72 67
Sesuai 48
Sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
44 590158.83
59.02 67
Sesuai 48
Sesuai 69
Sesuai 55
Tidak sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
45 6784360.69
678.44 67
Sesuai 49
Sesuai 56
Kurang sesuai 56
Kurang sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
46 6916844.16
691.68 67
Sesuai 49
Sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
47 1711.69
0.17 67
Sesuai 56
Sesuai 69
Sesuai 55
Tidak sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
48 39236.53
3.92 67
Sesuai 57
Sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
49 1209889.13
120.99 67
Sesuai 57
Sesuai 69
Sesuai 55
Tidak sesuai 38
Sesuai Konservasi, Pariwisata
50 841244.01
84.12 74
Sesuai 41
Kurang sesuai 56
Kurang sesuai 56
Kurang sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
51 4396291.07
439.63 74
Sesuai 41
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
110
52 1796162.20
179.62 74
Sesuai 48
Sesuai 56
Kurang sesuai 56
Kurang sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
53 4550776.10
455.08 74
Sesuai 48
Sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
54 405429.58
40.54 74
Sesuai 56
Sesuai 62
Kurang sesuai 62
Kurang sesuai 38
Sesuai Budidaya, Penangkapan
634594437.33 63459.44
Lampiran 8. Kriteria kesesuaian pemanfaatan ruang
Fungsi Zona
N Kriteria
Satuan Skor
Kawasan Pemanfaatan Ruang Budidaya
Pariwisata Bahari Konservasi
Pelabuhan Perikanan Perikanan Tangkap
Ekologi Laut
1 Kedalaman
Perairan meter
3 8-10
9 0-5
10 2
4-7 dan 11-14 4-9
5-10 5-10
1 4 dan =15
4 10
5 2
Tinggi gelombang
meter 3
1 1
1 1
2 1-2
1-2 1-2
1-2 1
=3 =3
=3 =3
3 Kecepatan
Arus ms
3 0.1-0.3
0-0.1 0-0.15
0.1-0.3 2
0.3-0.4 0.1-1
0.15-0.3 0.3-0.4
1 0.4
=1 0.31
=0.4 4
Substrat dasar 3
pasir Pasir putih
lempung berpasir 2
pasir berlumpur Karang berpasir
pasir berlumpur 1
lumpur Lumpur
pasir berkarang 5
Suhu °C
3 29-30
2 30-33
1 29 dan 33
6 Penutupan
terumbu karang
3 60-80
75 60-80
60-80 2
40-60 40-75
40-60 40-60
1 40
40 40
40
Darat 7
Jumlah hari hujan
harithn 3
150-180 150-180
2 110-150
120-150 1
110 110
8 Jarak dari
Pantai km
3 0-10
0-10 0-10
0-10 2
10-20 10-20
10-20 10-20
1 20
20 20
20 9
Kemiringan lahan
3 0-8
0-8 2
8-15 8-15
1 15
15 10 Abrasi
3 Kecil
111
2 Sedang
1 besar
11 Bahaya banjir
3 tidak ada
2 1-2 kali
1 2 kali
Sosek
12 Sumber daya
manusia orang
3 Banyak
500 2
Sedikit 100-500
1 Tidak ada
100 13
Sapras perikanan
3 ada
ada, fungsi lengkap ada, fungsi lengkap
2 ada, kurang berfungsi
ada, kurang berfungsi 1
tidak ada tidak ada
tidak ada 14 Transportasi
3 banyak
banyak banyak
banyak 2
jarang jarang
jarang jarang
1 tidak ada
tidak ada tidak ada
tidak ada 15 Aksessibilitas
3 Sulit
Mudah 2
Agak sulit Agak sulit
1 Mudah
Sulit 16
Tekanan penduduk
3 Tidak serius
2 kurang serius
1 Serius
Kebijakan
17 RZWP3K 3
Budidaya Pariwisata
Konservasi Pelabuhan, industri,
penangkapan Penangkapan,
pelabuhan, industri 2
Pemanfaatan umum lainnya
Pemanfaatan umum lainnya
Pariwisata Pariwisata, budidaya
Budidaya, pariwisata 1
Konservasi Konservasi
Pemanfaatan umum
Konservasi Konservasi
18 RTRW 3
Sawah, perkebunan
perkotaan lindung,
sempadan pantai perkotaan
perkotaan 2
perkotaan Sawah,
perkebunan sawah, kebun,
hutan produksi Sawah, perkebunan
Sawah, perkebunan 1
hutan lindung, sempadan pantai
hutan lindung, sempadan pantai
pemukiman hutan lindung,
sempadan pantai hutan lindung,
sempadan pantai
Sumber : diadaptasi dari Pedum RZWP3K, KKP 2011 Keterangan :
3 = Kriteria sesuai 2 = Kriteria kurang sesuai
1 = Kriteria tidak sesuai
112
Lampiran 9. Pembobotan pemanfaatan budidaya laut
N o
Kriteria Kesesuaian
Satuan Kriteria
Skor Bobot
ANP Standarisa
si Bobot
1 Kedalaman meter
8-10 3
0.0605 6.68
20 4-7 dan 11-14
2 13
4 dan =15 1
7 2
Tinggi gelombang
meter 1
3 0.0499
5.51 17
1-2 2
11 =3
1 6
3 Jumlah hari
hujan harithn
150-180 3
0.0371 4.10
12 110-150
2 8
110 1
4 4
Kecepatan Arus
ms 0.1-0.3
3 0.0499
5.51 17
0.3-0.4 2
11 0.4
1 6
5 Substrat dasar pasir
3 0.0605
6.68 20
pasir berlumpur 2
13 lumpur
1 7
6 Penutupan
terumbu karang 60-80
3 0.0538
5.94 18
40-60 2
12 40
1 6
7 Jarak dari
Pantai km
0-10 3
0.0605 6.68
20 10-20
2 13
20 1
7 8
Nelayan Pembudidaya
orang Banyak
3 0.0665
7.34 22
Sedikit 2
15 Tidak ada
1 7
9 Sapras
budidaya ada
3 0.0632
6.97 21
2 14
tidak ada 1
7 10 Transportasi
banyak 3
0.0667 7.37
22 jarang
2 15
tidak ada 1
7 11 RZWP3K
Kawasan Budidaya 3
0.1689 18.65
56 Kawasan
pemanfaatan umum lainnya
2 37
Kawasan konservasi 1
19 12 RTRW
Sawah, perkebunan 3
0.1681 18.56
56 perkotaan
2 37
hutan lindung, sempadan pantai
1 19
JUMLAH 0.9055
100
Sumber : Diadaptasi dari Pedum RZWP3K, KKP 2011
113
Lampiran 10. Pembobotan pemanfaatan konservasi perairan
No Kriteria
Kesesuaian Satuan
Kriteria Skor
Bobot ANP
Standarisasi Bobot
1 Suhu °C
29-30 3
0.0499 7.29
22 30-33
2 15
29 dan 33 1
7 2 Kedalaman
meter 0-5
3 0.0605
8.84 27
5-10 2
18 10
1 9
3 Penutupan
terumbu karang
60-80 3
0.0538 7.85
24 40-60
2 16
40 1
8 4
Jarak dari Pantai
km 0-10
3 0.0605
8.84 27
10-20 2
18 20
1 9
5 Tekanan
penduduk Tidak serius
3 0.0565
8.24 25
kurang serius 2
16 Serius
1 8
6 Aksessibilitas Sulit
3 0.0667
9.74 29
Agak sulit 2
19 Mudah
1 10
7 RZWP3K Kawasan konservasi
3 0.1689
24.66 74
Kawasan pariwisata 2
49 Kawasan pemanfaatan
umum lainnya 1
25
8 RTRW lindung, sempadan
pantai 3
0.1681 24.54
74 sawah, kebun, hutan
produksi 2
49 pemukiman
1 25
JUMLAH 0.6848
100
Sumber : Diadaptasi dari Rumagia, 2008
114
Lampiran 11. Pembobotan pemanfaatan pariwisata bahari
No Kriteria
Kesesuaian Satuan
Kriteria Sk
or Bobot
ANP Standarisasi
Bobot
1 Kedalaman meter 9
3 0.0605
7.06 21
4-9 2
14 4
1 7
2 Substrat
dasar Pasir putih
3 0.0605
7.06 21
Karang berpasir 2
14 Lumpur
1 7
3 Kecepatan
arus ms
0-0.1 3
0.0499 5.82
17 0.1-1
2 12
=1 1
6 4
Kemiringan lahan
0-8 3
0.0605 7.06
21 8-15
2 14
15 1
7 5
Penutupan terumbu
karang 75
3 0.0538
6.27 19
40-75 2
13 40
1 6
6 Jarak dari
Pantai km
0-10 3
0.0605 7.06
21 10-20
2 14
20 1
7 7
Bahaya banjir
tidak ada 3
0.0580 6.76
20 1-2 kali
2 14
2 kali 1
7 8 Transportasi
banyak 3
0.0667 7.78
23 jarang
2 16
tidak ada 1
8 9
Tinggi gelombang
meter 1
3 0.0499
5.82 17
1-2 2
12 =3
1 6
10 RZWP3K Pariwisata
3 0.1689
19.70 59
Pemanfaatan umum lainnya
2 39
Konservasi 1
20 11 RTRW
perkotaan 3
0.1681 19.60
59 Sawah, perkebunan
2 39
hutan lindung, sempadan pantai
1 20
JUMLAH 0.8573
100
Sumber : Diadaptasi dari Pedum RZWP3K, KKP 2011
115
Lampiran 12. Pembobotan pemanfaatan pelabuhan perikanan pantai
No Kriteria
Kesesuaian Satuan
Kriteria Skor
Bobot ANP
Standarisasi Bobot
1 Kecepatan
arus ms
0-0.15 3
0.0499 5.72
17 0.15-0.3
2 11
0.31 1
6 2
Substrat dasar
lempung berpasir 3
0.0605 6.93
21 pasir berlumpur
2 14
pasir berkarang 1
7 3
Kemiringan lahan
0-8 3
0.0605 6.93
21 8-15
2 14
15 1
7 4 Kedalaman
meter 10
3 0.0605
6.93 21
5-10 2
14 5
1 7
5 Abrasi Kecil
3 0.0580
6.64 20
Sedang 2
13 besar
1 7
6 Transportasi banyak
3 0.0667
7.64 23
jarang 2
15 tidak ada
1 8
7 Sapras ada, fungsi lengkap
3 0.0632
7.24 22
ada, kurang berfungsi
2 14
tidak ada 1
7 8 Aksessibilitas
Mudah 3
0.0667 7.64
23 Agak sulit
2 15
Sulit 1
8 9
Tinggi gelombang
meter 1
3 0.0499
5.72 17
1-2 2
11 =3
1 6
10 RZWP3K Pelabuhan, industri,
penangkapan 3
0.1689 19.35
58 Pariwisata, budidaya
2 39
Konservasi 1
19 11 RTRW
perkotaan 3
0.1681 19.26
58 Sawah, perkebunan
2 39
hutan lindung, sempadan pantai
1 19
JUMLAH 0.8728
100
Sumber : Diadaptasi dari Pedum RZWP3K, KKP 2011
116
Lampiran 13. Pembobotan pemanfaatan perikanan tangkap
No Kriteria
Kesesuaian Satuan
Kriteria Skor
Bobot ANP
Standarisasi Bobot
1 Kecepatan arus ms
0.1-0.3 3
0.0499 6.36
19 0.3-0.4
2 13
=0.4 1
6 2
Jumlah hari hujan
harith n
150-180 3
0.0371 4.73
14 120-150
2 9
110 1
5 3
Penutupan terumbu
karang 60-80
3 0.0538
6.86 21
40-60 2
14 40
1 7
4 Jarak dari
Pantai km
0-10 3
0.0605 7.71
23 10-20
2 15
20 1
8 5 SDM nelayan
orang 500
3 0.0665
8.47 25
100-500 2
17 100
1 8
6 Sapras ada, fungsi lengkap
3 0.0632
8.05 24
ada, kurang berfungsi 2
16 tidak ada
1 8
7 Transportasi banyak
3 0.0667
8.50 26
jarang 2
17 tidak ada
1 9
8 Tinggi
gelombang meter
1 3
0.0499 6.36
19 1-2
2 13
=3 1
6 9 RZWP3K
Penangkapan, pelabuhan, industri
3 0.1689
21.53 65
Budidaya, pariwisata 2
43 Konservasi
1 22
10 RTRW perkotaan
3 0.1681
21.42 64
Sawah, perkebunan 2
43 hutan lindungn
sempadan pantai 1
21
JUMLAH 0.7845
100
Sumber : Diadaptasi dari Pedum RZWP3K, KKP 2011
117
Lampiran 14. Foto pemanfaatan ruang di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang
Gedung tempat pelelangan ikan Ikan hasil tangkapan akan dilelang
Permasalahan sampah di pesisir pantai Docking Kapal
Bahaya abrasi Banjir di desa Teluk
Budidaya kerapu di desa Banyuasih Muara sungai Ciliman
118
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Januari 1981 sebagai sulung dari empat bersaudara pasangan Rosidi dan Rumiah Alm. Seluruh pendidikan
dasar dan menengah penulis diselesaikan di kota Jakarta. Lulus dari Sekolah Menengah Umum tahun 1999 penulis diterima pada Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB USMI dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2005 penulis di terima bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang dan ditempatkan
pada instansi Dinas Kelautan dan Perikanan Bidang Kelautan sampai sekarang. Pada tahun 2011, penulis mendapat beasiswa pendidikan pascasarjana
program 13 bulan dari Pusat Pembinaan Pendididkan dan Latihan Perencanaan Badan Perencana Pembangunan Nasional Pusbindiklatern, Bappenas pada
Program Ilmu Perencanaan Wilayah Fakultas Pertanian IPB.
119
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahirnya Undang-Undang UU No. 262007 tentang penataan ruang dan UU No. 272007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
merupakan tonggak sejarah bagi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia. Hal ini disebabkan kedua produk hukum tersebut menjadi
payung hukum yang mengatur tentang tata ruang baik di darat maupun di laut Diposaptono 2012. Penataan ruang sesuai nomenklatur dalam UU Tata Ruang
dalah upaya untuk mengatur segala aktivitas dan kegiatan manusia dalam hubungannya dengan keseimbangan ekosistem mencakup penggunaan lahan dan
sumberdaya alam agar bisa terkendali dan berkelanjutan sesuai dengan tujuan pembangunan. Sedangkan menurut UU No. 27 tahun 2007 bahwa ruang lingkup
pengaturan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, serta
cakupannya ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil diukur dari garis pantai.
Karakteristik wilayah pesisir yang produktif dengan potensi pembangunan yang tinggi, memiliki permasalahannya yang kompleks karena bentuk wilayahnya
merupakan hasil keseimbangan dinamis dari proses pembangunan. Kabupaten Pandeglang memiliki luas wilayah sebesar 4448.89 km
2
yang terbagi oleh luas daratan sebesar 2746.89 km
2
dan luas perairan laut sebesar 1702 km
2
dan garis pantai sebesar 230 km mempunyai potensi alam wilayah pesisir yang beraneka ragam dan telah berkembang menjadi aset daerah sebagai wilayah
kedaulatan, ekosistem, sumber energi, sumber bahan makanan, sumber bahan farmasi serta media lintas laut antar pulau, media pertukaran sosial budaya,
kawasan perdagangan serta wilayah pertahanan dan keamanan. Sehingga mengakibatkan tingginya aktivitas manusia yang terjadi pada wilayah pesisir
kabupaten Pandeglang meliputi pariwisata, pertanian, perikanan tangkap dan budidaya, pelabuhan perikanan pantai dan lain-lain.
Dampak aktivitas tersebut menyebabkan berbagai permasalahan yang terjadi seperti 1 Pencemaran bahan organik sepanjang pesisir pantai; Hal ini terjadi
karena tidak tersedianya sarana dan fasilitas pembuangan limbah tersebut serta kurangnya kesadaran lingkungan dan kesehatan dari masyarakat nelayan di
sepanjang pesisir pantai, 2 Kegiatan pariwisata yang tak terkendali; Kawasan Pantai Carita bahwa sebagian masyarakatnya mendapat penghasilan tambahan
dari sektor pariwisata Prawiranegara 2002. Hal ini memberi dampak dengan semakin maraknya pembangunan hotel dan pedagang kaki lima di sepanjang
sempadan pantai yang menyebabkan estetika keindahan menjadi berkurang, 3 Alih fungsi lahan mangrove yang dikonversi menjadi lahan untuk peruntukkan
lainnya seperti tambak. Mangrove merupakan vegetasi yang mempunyai fungsi sebagai peredam gelombang dan tempat biota laut untuk memijah dan mencari
makan karena kaya dengan nutrien makanan yang dibutuhkan oleh biota laut, 4 Terdegradasinya garis pantai; Konversi lahan mangrove menyebabkan terkikisnya
garis pantai dan menimbulkan abrasi, 5 Sedimentasi di muara sungai akibat kegiatan penebangan hutan dan konversi lahan hutan menjadi peruntukkan
2
lainnya; Akibat sedimentasi yang terjadi di hilir sungai menyebabkan rusaknya habitat ikan untuk memijah spawning, nursery ground dan feeding ground para
biota laut, 6 Tingginya kekeruhan sepanjang perairan laut; Asumsi itu didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan pada
tahun 2010 yang bertujuan untuk melakukan pemetaan terumbu karang di perairan laut Kabupaten Pandeglang dan menyimpulkan bahwa telah terjadi penurunan
kualitas perairan yang terindikasi dengan rendahnya presentasi luas tutupan karang yang masih hidup, dan 7 Tekanan pencemaran yang bersumber dari
limbah PLTU.
Dengan kompleksitas permasalahan yang timbul mengakibatkan lingkungan akan rusak dan hanya akan menyengsarakan biota laut. Hal ini dikhawatirkan
akan berdampak terhadap keberlanjutan biota yang hidup di dalamnya. Pada dasarnya hampir seluruh wilayah pesisir di Indonesia terjadi beragam konflik
antara berbagai kepentingan. Penyebab utamanya adalah tidak adanya aturan yang jelas tentang tata ruang laut dan alokasi sumberdaya yang terdapat di kawasan
laut. Setiap pihak yang berkepentingan mempunyai tujuan target dan rencana untuk mengeksploitasi sumberdaya laut.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan suatu strategi penataan ruang laut yang bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan yang
ditimbulkannya. Oleh karena itu penataan ruang laut menjadi penting untuk menjaga lingkungan pesisir dan laut tetap lestari Diposaptono 2012. Undang-
undang No. 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tercantum penataan ruang wilayah laut berbasis zonasi yaitu suatu bentuk
konsep perencanaan dengan rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya
dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung dalam satu kesatuan dalam ekosistem pesisir. Penataan ruang laut berfungsi untuk mengatur dan mengelola
segala macam kegiatan yang dilakukan di wilayah pesisir agar terarah dan sesuai dengan fungsi peruntukkannya.
Strategi penataan ruang dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut memerlukan metode yang dapat memecahkan persoalan mengenai peruntukkan
penggunaan lahan yang kompleks di wilayah pesisir. Metode ini membantu para pembuat keputusan untuk mencari kesesuaian lahan yang tepat dan seimbang
secara ekologi, ekonomi dan sosial yang terintegrasi dengan mempertimbangkan dampak serta pengaruh yang terjadi pada suatu kebijakan. Analytic Network
Process merupakan suatu metode multikriteria analisis yang mengintegrasikan, menganalisa dan menggambarkan informasi yang terdapat di wilayah pesisir yang
berfungsi untuk menemukan kriteria yang mempunyai peranan paling besar pengaruhnya dengan mempertimbangkan pendapat dan pengetahuan dari para ahli
yang berkompeten di bidang wilayah pesisir.
Perumusan Masalah
Mengingat besarnya potensi wilayah pesisir dan laut di kabupaten Pandeglang yang memiliki 10 kecamatan pesisir dengan 2 kecamatan diantaranya
yaitu Panimbang dan Labuan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pandeglang 2011-2031 telah ditetapkan menjadi kawasan strategis pertumbuhan
3
ekonomi. Hal ini mendorong perlu adanya penetapan prioritas pemanfaatan suatu kawasan perairan laut yang dilakukan berdasarkan tiga fungsi pemanfaatan antara
lain:
a. Fungsi ekonomi dimaksudkan dalam tatanan kebijakan makro kawasan perairan sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi;
b. Fungsi konservasi dimaksudkan sebagai upaya mempertahankan kelangsungan fisik alami dan kondisi sosial serta budayakearifan lokal di kawasan perairan;
c. Fungsi pertahanan dan keamanan dimaksudkan sebagai upaya menempatkan fungsi pulau-pulau kecil di suatu kawasan perairan laut sebagai titik pangkal
teritorial dan basis pangkalan pertahanan negara guna menjaga kedaulatan wilayah.
Ketiga fungsi di atas perlu adanya suatu penataan ruang
kawasan laut dan
pesisir untuk meminimalisir dampak yang mungkin timbul akibat konflik pemanfaatan ruang dari aktivitas manusia dan pembangunan yang tak terkendali.
Dengan mempertimbangkan fungsi-fungsi tersebut di atas maka rumusan masalah yang diketahui adalah :
a. Tingginya aktivitas dan pembangunan yang dilakukan di wilayah pesisir menimbulkan dampak kerusakan ekosistem pesisir dan penurunan kualitas
perairan KKP, 2010 sehingga perlu dilakukan analisa pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kesesuaian lahannya;
b. Pemanfaatan ruang aktual belum sepenuhnya mempertimbangkan keterkaitan antara fungsi ekologi, ekonomi dan sosial di suatu wilayah, terdapat
kecenderungan adanya area yang sebaiknya dilindungi menjadi rusak akibat kegiatan manusia. Hal ini terlihat dengan semakin sedikitnya kawasan
mangrove dan terumbu karang di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang;
c. Belum adanya perencanaan dan pengelolaan pesisir secara terpadu sehingga banyak terjadi alih fungsi pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan
peruntukkannya.
Penelitian Sebelumnya
Penelitian terdahulu di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang dominan membahas sektor pariwisata seperti yang dilakukan oleh Prawiranegara 2002,
Mulyawati 2008 dan Elly 2006. Sedangkan penelitian Heriawan 2008 mengenai alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil di perairan Pandeglang dan
pemberdayaan nelayan di Labuan oleh Nasution 2007. Atas dasar penelitian sebelumnya, maka dasar pemikiran dari penelitian ini dimana penataan ruang
wilayah pesisir perlu dilakukan di Kabupaten Pandeglang, RTRW yang ada saat ini telah berkekuatan hukum dasar acuan untuk melakukan rencana pengelolaan
wilayah pesisir secara terpadu.
4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penataan ruang wilayah pesisir di Kabupaten Pandeglang sesuai dengan fungsi peruntukan secara ekologi, sosial
ekonomi dan kebijakan. Tujuan penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi masalah yang terjadi akibat pemanfaatan ruang wilayah
pesisir dan laut yang ada saat ini; b. Menganalisa faktor utama yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang
wilayah pesisir dengan mempertimbangkan fungsi ekologi, sosial ekonomi dan kebijakan berdasarkan pendapat dari para ahli di bidang perikanan dan kelautan
dengan menggunakan metode Analytic Network Process;
c. Menganalisa secara spasial kriteria yang berpengaruh dalam pemanfaatan ruang di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang berdasarkan ekologi, sosial
ekonomi dan kebijakan; d. Menganalisa kesesuaian lahan dan menyusun peta arahan kawasan
pemanfaatan ruang yang terbagi atas kawasan perikanan tangkap, kawasan budidaya laut, kawasan pariwisata bahari, kawasan pelabuhan perikanan serta
kawasan konservasi perairan berdasarkan nilai bobot yang telah distandarisasi berdasarkan persepsi para ahli;
e. Mensintesiskan pemanfaatan
ruang wilayah
pesisir berdasarkan
pengintegrasian fungsi ekologi, sosial ekonomi dan kebijakan bagi keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir Kab. Pandeglang.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai salah satu bahan pertimbangan masukan untuk
menentukan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.bagi
pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang. Selain itu dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan di bidang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Batasan Penelitian
Batasan ruang lingkup penelitian ini mencakup ke arah laut sepanjang 4 mil sesuai dengan wilayah kewenangan tingkat kabupatenkota serta ke arah darat
dibatasi oleh beberapa desa yang memiliki garis pantai di sepanjang pesisir perairan Selat Sunda yaitu kecamatan Carita, Labuan, Pagelaran, Sukaresmi.
Panimbang, Cimanggu, Cigeulis dan Sumur serta disesuaikan dengan arahan zonasi pesisir dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten 2011-2031 dan
rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tingkat provinsi.
Penelitian ini hanya menganalisa pemanfaatan ruang pesisir untuk kawasan perikanan tangkap, budidaya laut, pariwisata bahari, pelabuhan perikanan dan
kawasan konservasi perairan dengan mempertimbangkan beberapa faktor kriteria yang berperan dalam fungsi ekologi, sosial ekonomi dan kebijakan.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir dan laut memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah daratan. Karakteristik khusus wilayah laut menyangkut sifat dinamis
sumber yang relatif sukar untuk diprediksi eksistensinya, apalagi jika dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya keberadaan ikan, mangrove, terumbu
karang, dll. Secara ekologis wilayah pesisir dan laut juga tidak bisa dibatasi secara administratif Diposaptono 2012
Menurut UU No. 27 tahun 2007 definisi wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di
darat dan laut. Kawasan adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik,
biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya sedangkan kawasan pemanfaatan umum adalah bagian dari wilayah pesisir yang ditetapkan
peruntukkannya bagi berbagai sektor kegiatan.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.10Men2003 tentang Pedoman Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu bahwa wilayah
pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai dan sepertiga
dari wilayah laut untuk KabupatenKota dan ke arah darat hingga batas administrasi KabupatenKota.
Penelitian yang dilakukan Dahuri et al. 2001 bahwasuatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan ekosistem dan sumberdaya pesisir.
Ekosistem pesisir dapat bersifat alami atau buatan. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir meliputi terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun,
pantai berpasir, formasi pes-caprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa tambak, sawah pasang
surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan agroindustri dan kawasan pemukiman.
Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut
Undang-undang No 26 tahun 2007 mendefinisikan ruang sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Penataan ruang
didefinisikan sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pemanfaatan ruang adalah upaya
untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
Menurut Rustiadi et a.l 2011 struktur ruang dibentuk dari susunan prasarana jaringan jalan raya, sarana angkutan umum, objek yang dialirkan,
besaran aliran, aspek tujuan dan yang dituju yang dibangun dalam suatu jaringan yang terstruktur untuk mempermudah dalam mengakses dan mengelola
6
sumberdaya tersebut. Sedangkan pola ruang berkaitan dengan aspek-aspek penyebaran sumberdaya dan aktivitas pemanfaatannya secara spasial. Secara
keseluruhan berbagai bentuk konfigurasi spasial membentuk suatu keseimbangan pola dan struktur spasial yang disebut dengan tata ruang Rustiadi et al. 2011.
Pendekatan penataan ruang dalam rangka pengembangan wilayah menurut Rustiadi et al. 2011 terdiri atas tiga proses yang saling berkaitan, yaitu:
a. Proses perencanaan tata ruang wilayah, yang menghasilkan rencana tata ruang wilayah. Disamping sebagai “guidance of future actions” rencana tata ruang
wilayah pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar interaksi manusia makhluk hidup dengan lingkungannya dapat berjalan serasi,
selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan manusia makhluk hidup serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan;
b. Proses pemanfaatan ruang, yang merupakan wujud operasionaliasi rencana tata ruang atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri, dan
c. Proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanisme pengawasan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap
sesuai dengan RTRW dan tujuan penataan ruang wilayahnya. Perencanaan tata ruang dimulai dari kegiatan evaluasi ruang yang
mengidentifikasikan karakteristik dan menilainya untuk keperluan tipe wilayah tertentu secara spasial, perencanaan pemusatan kegiatan tertentu juga
pengelompokkan wilayah tertentu untuk tujuan yang ditetapkan Branch 1998 dalam Pramudya 2008.
Evaluasi sumberdaya pesisir dan laut dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi terkait dengan penataan ruang. Informasi yang diperlukan
adalah : 1 kondisi dan daya dukung lingkungan fisik dasar dan pesisir laut, 2 Kondisi dan daya dukung ekosistem pesisir dan laut, 3 Kecenderungan dan
tingkat kerusakan ekosistem dan jasa lingkungan pesisir dan laut Dahuri et al. 2001.
Berdasarkan Keputusan
Menteri Kelautan
dan Perikanan
No: Kep.34Men2002 tentang Pedoman Umum Penataan ruang Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil, sumberdaya wilayah pesisir yang harus dievaluasi dengan mempertimbangkan:
a. Sumberdaya fisik non-hayati yang paling tidak meliputi : morfologi pantai
geomorfologi, geologi, abrasi, sedimentasi, erosi, tanah dan air tanah; perairan hidrooseanografi pasang surut, gelombang dan arus;
b. Sumberdaya hayati meliputi: biota darat vegetasi dan satwa liar; biota perairan ikan, mamalia laut dan biota perairan lainnya;
c. Ekosistem yang perlu dilindungi, yang meliputi: terumbu karang, mangrove, padang lamun, gumuk pasir, laguna, terumbu karang atoll, dan alur tertentu;
d. Mitigasi bencana antara lain mencakup: karakteristik bencana, sifat dan karakteristik faktor-faktor aktivitas manusia pemicu bencana;
e. Jalur potensi penangkapan ikan; f. Jasa lingkungan pesisir dan laut, yang meliputi potensi pengembangan
pariwisata, budidaya perikanan, pertambangan, pemukiman dan industri; g. Kaitan aspek-aspek sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap sumberdaya
biofisik wilayah pesisir dan laut. Konflik pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dan laut merupakan salah satu
isu negatif yang sering muncul akibat banyaknya sektor dan pihak yang saling
7
memprioritaskan kepentingannya, seperti pariwisata, perhubungan laut, perikanan, pertambangan, masyarakat umum maupun swasta. Oleh karena itu, penataan
ruang wilayah pesisir dan laut mutlak diperlukan Listriana 2010.
Prinsip dasar penyusunan tata ruang pesisir terpadu adalah bagaimana mendapatkan manfaat dari sumberdaya yang tersedia seoptimal mungkin dengan
tidak mengabaikan kelestarian lingkungan ekologi, disamping memperhatikan aspek ekonomi, sosial, kelembagaan, dan pertahanan keamanan Dahuri et al.
2001.
Menurut Diposaptono 2012 setidaknya ada tiga prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana tata ruang laut, yaitu :
a. Kegiatan yang berlangsung pada ruang laut bersifat statis dan dinamis. Kegiatan pelayaran alur migrasi serta aktivitas wisata bahari tergolong dalam
aktivitas dinamis, sedangkan yang bersifat statis antara lain pemukiman atas air, bagan tancap dan bagan apung.
b. Ruang laut memiliki tiga dimensi yaitu permukaan, kolom dan dasar laut. Setiap dimensi memiliki aktivitas berbeda dalam suatu zona yang sama dan
bisa dilakukan pada waktu yang sama pula. c. Penetapan jangka waktu perencanaan. Prediksi jangka waktu perencanaan
ruang laut dipengaruhi oleh sumberdaya yang dikembangkan oleh masing- masing kegiatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penyusunan tata ruang mengacu kepada: 1. Kelestarian sumberdaya pesisir
Tujuan utama dari pengelolaan pesisir terpadu adalah untuk dapat dimanfaatkannya sumberdaya pesisir dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan nasional, dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya pesisir di dalam memenuhi kebutuhan
baik untuk generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. Untuk menjaga keseimbangan ekologi, pemanfaatan lahan untuk kawasan lindung dan
konservasi harus mendapat perhatian khusus, setelah kawasan ini terpenuhi baru ditentukan kawasan budidaya Dahuri et al. 2001;
2. Kesesuaian lahan Aktivitas yang akan ditempatkan pada suatu ruang di kawasan pesisir harus
memperhatikan kesesuaian antara kebutuhan dengan kemampuan lingkungan menyediakan sumberdaya. Dengan mengacu kepada keseimbangan antara
demand dan supply, maka akan dicapai suatu optimasi pemanfaatan ruang antara kepentingan masa kini, masa datang serta menghindari terjadinya
konflik pemanfaatan ruang. Kesesuaian lahan tidak saja mengacu kepada kriteria biofisik semata, tetapi juga meliputi kesesuaian secara sosial ekonomi
Rayes 2006 dalam Yunandar 2007;
3. Keterkaitan kawasan Interaksi antar beberapa aktivitas pada kawasan pesisir dengan kawasan
daratan akan tercipta dan memungkinkan terjadinya perkembangan yang optimal antar unit-unit kawasan maupun dengan kawasan sekitarnya.
Untuk itu penyusunan pemanfaatan kawasan pesisir dan laut dibuat sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan antar kawasan dapat saling
menunjang dan memiliki keterkaitan dengan kawasan yang berbatasan. Agar dapat menempatkan berbagai kegiatan pembangunan di lokasi sesuai secara
ekologis, maka kelayakan biofisik di wilayah pesisir harus diidentifikasi lebih
8
dahulu. Pendugaan kelayakan biofisik ini dilakukan dengan cara mendefinisikan persyaratan biofisik setiap kegiatan pembangunan, kemudian dipetakan. Dengan
cara ini, dapat ditentukan kesesuaian penggunaan setiap unit lokasiregion kawasan pesisir Sulasdi 2001 dalam Yunandar 2007.
Pemanfaatan Ruang Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut
Penataan perairan laut diperlukan untuk mengatur pemanfaatan laut secara optimal dengan mengakomodasi semua kepentingan agar konflik dapat dihindari.
Sehingga dalam memanfaatkan suatu sumberdaya laut harus mempunyai batas yang jelas antara zona pemanfaatan yang satu dengan yang lainnya Diposaptono
2012.
Empat aspek yang perlu diperhatikan dalam menetapkan zonasi suatu kawasan antaralain: 1 Sifat dinamis laut, 2 Penafsiran nilai ekonomi dan beban
lingkungan, 3 Aspek sosial budaya masyarakat pesisir dan pulau, 4 Aspek kepastian hukum dan pemanfaatan perairan laut
Berdasarkan UU No. 272007 disebutkan bahwa rencana zonasi pada dasarnya merupakan rencana untuk menentukan arah penggunaan sumber daya
pada setiap satuan perencanaan yang disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan
dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin.
Zona adalah ruang yang penggunaannya disepakati bersama antara berbagai pemangku kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya. Zonasi adalah suatu
bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-
proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir.
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil RZWP-3-K Provinsi mencakup wilayah perencanaan daratan dari kecamatan pesisir sampai
wilayah perairan paling jauh 12 dua belas mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau ke arah perairan kepulauan dalam satu hamparan ruang
yang saling terkait antara ekosistem daratan dan perairan lautnya. Untuk suatu kabupatenkota, kewenangannya yang mencakup hingga 13 mil dari garis pantai
berdasarkan kewenangan Provinsi dan umumnya merupakan luasan dari wilayah pesisir. Dengan demikian, pengaturan ruang laut daerah dapat dicakup dalam
suatu kesatuan penataan ruang pesisir.
Rencana zonasi ini dijelaskan oleh Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 16MEN2008 berisi arahan tentang pengalokasian ruang dalam
wilayah pesisir ke dalam empat kawasan yaitu : a. Kawasan pemanfaatan umum
Kawasan pemanfaatan umum dapat dimanfaatkan untuk zona pariwisata, pemukiman, pelabuhan, pertanian, hutan, pertambangan, perikanan budidaya,
perikanan tangkap, industri, infrastruktur umum dan zona pemanfaatan terbatas sesuai dengan karakteristik biogeofisik lingkungannya.
b. Kawasan konservasi Kawasan konservasi dengan fungsi utama melindungi kelestarian sumberdaya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dapat dimanfaatkan untuk zona konservasi
9
perairan, konservasi pesisir dan pulau pulau kecil, konservasi maritim, danatau sempadan pantai.
c. Kawasan strategis nasional tertentu Kawasan Strategis Nasional Tertentu dapat dimanfaatkan untuk zona
pertahanan keamanan, situs warisan dunia, perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar.
d. Alur laut Alur laut merupakan perairan dapat dimanfaatkan untuk alur pelayaran, alur
sarana umum, dan alur migrasi ikan, serta pipa dan kabel bawah laut. Keseluruhan konsep pemanfaatan ruang di atas lebih fleksibel dalam
membagi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kedalam zona-zona tersebut sesuai dengan karakterisik wilayahnya dan tujuan perencanaan berdasarkan kesepakatan
pemangku kepentingan di wilayah pesisir tersebut. Proses penyusunan tata ruang pesisir dan konfigurasi zonasi dapat dilakukan dengan teknik overlay tumpang
susun peta-peta tematik yang memuat karakteristik biofisik wilayah pesisir dari setiap kegiatan pembangunan yang direncanakan dan peta penggunaan ruang
pesisir saat ini Tahir et al. 2002 dalam Pramudya 2008.
Analytic Network Process ANP
Analytic Hierarchy Process AHP adalah teori pengukuran relatif dengan skala absolut dari kriteria yang tamapk mata dan tidak tampak mata berdasarkan
penilaian berpengetahuan dan para ahli. Metode Analytic Network Process ANP merupakan pengembangan metode Analytical Hierarchy Process AHP. Metode
ANP mampu memperbaiki kelemahan AHP berupa kemampuan mengakomodasi keterkaitan antar kriteria atau alternatif Saaty 1999. Dan menurutnya pula bahwa
keterkaitan pada metode ANP ada 2 jenis yaitu keterkaitan dalam satu set elemen inner dependence dan keterkaitan antar elemen yang berbeda outer
dependence. Adanya keterkaitan tersebut menyebabkan metode ANP lebih kompleks dibanding metode AHP.
Banyak masalah keputusan tidak dapat disusun secara hirarki karena melibatkan banyak interaksi dan ketergantungan tingkat tinggi antar elemen dalam
hirarki pada level terendah dari tiap elemen. Oleh karena itu, ANP diwakili oleh suatu jaringan, bukan penghirarkian atau tingkatan. Struktur umpan balik tidak
memiliki bentuk dari atas ke bawah secara hirarki, tapi lebih mirip sebuah jaringan, dengan siklus menghubungkan komponen elemen, yang kita tidak bisa
lagi menyebut tingkat, dan dengan loop yang menghubungkan komponen ke dirinya sendiri.
Menurut Lombardi et al. 2007 Analytic Network Process ANP
merupakan teori pengukuran secara umum diterapkan pada pengaruh dominasi dominance of influence di antara stakeholder atau alternatif dalam hubungannya
dengan atribut atau kriteria. Dominasi merupakan konsep yang digunakan dalam membuat sesuatu perbandingan diantara elemen-elemen yang berhubungan
dengan atribut yang dimiliki atau pemenuhan terhadap suatu kriteria. Suatu elemen dikatakan melakukan dominasi terhadap elemen yang lain, apabila elemen
tersebut lebih penting, lebih disukai ataupun lebih mungkin terjadi Saaty 2001. Metode ini merupakan pengembangan dari metode AHP, yaitu memungkinkan
10
adanya dependensi baik antar kriteria maupun alternatif yang tidak ada pada metode AHP. Dengan umpan balik feedback, semua alternatif bisa tergantung
pada kriteria, maupun saling bergantung diantara alternatif tersebut Vanany 2003
Perbedaan antara ANP dan AHP bisa terlihat pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Struktur jaringan pada ANP Gambar 2. Struktur hirarki pada AHP
Menurut Astuty 2011 bahwa pembobotan dengan ANP membutuhkan model yang merepresentasikan saling keterkaitan antar kriteria dan subkriteria
yang dimilikinya. Ada 2 kontrol yang perlu diperhatikan didalam memodelkan sistem yang hendak diketahui bobotnya yaitu:
a. Kontrol pertama adalah kontrol hierarki yang menunjukkan keterkaitan kriteria
dan sub kriterianya. Pada kontrol ini tidak membutuhkan struktur hierarki seperti pada metode AHP.
b. Kontrol lainnya adalah kontrol keterkaitan yang menunjukkan adanya saling keterkaitan antar kriteria atau cluster.
Prinsip dasar ANP adalah berpikir analitis, pengambilan keputusan dalam metodologi ANP berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut Saaty 2005:
1. Penyusunan struktur jaringan Penyusunan jaringan adalah langkah untuk mendefinisikan permasalahan
yang kompleks ke dalam kluster dan elemennya, serta identifikasi hubungan interaksi ketergantungan yang ada di dalamnya sehingga menjadi lebih jelas
dan rinci. Struktur ini disusun berdasarkan pandangan pihak-pihak yang memiliki keahlian dan pengetahuan di bidang yang bersangkutan.
2. Penentuan prioritas Penentuan prioritas terdiri dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang
sebagai bobot atau kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. ANP melakukan analisa prioritas elemen dengan metode
perbandingan berpasangan antar dua elemen menggunakan skala 1-9 hingga semua elemen yang ada tercakup.
3. Konsistensi logis Konsistensi jawaban para responden dalam menentukan prioritas elemen
merupakan prinsip pokok yang akan menentukan validitas data dan hasil pengambilan keputusan. Secara umum, responden harus memiliki konsistensi
dalam perbandingan elemen. Hasil penilaian yang dapat diterima adalah yang mempunyai rasio inkonsistensi lebih kecil atau sama dengan 10, jika lebih
besar dari itu berarti penilaian yang telah dilakukan ada yang random, dengan
Hubungan kriteria di luar kluster yang keterkaitan
C1…
C3 ….
C2 ….
Hubungan kriteria dalam kluster
Hierarki Kriteria
C1…
C3…. C2…
Tujuan
Subkriteria Alternatif
Komponen kluster element
11
demikian perlu diperbaiki. Konsistensi dilakukan untuk setiap perbandingan berpasangan lokal yang dilakukan.
Rumus perhitungan konsistensi adalah:
Consistensi Index CI = Consistency Ratio CR =
dimana : n = ukuran matriks
RI = random indeks
λ
max
= eigen value maksimum Penelitian yang dilakukan oleh Saaty 2005 bahwa metodologi ANP
memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut : 1. Melakukan strukturisasi pada kompleksitas
Dalam penelitian tersebut ditemukan adanya pola-pola yang sama dalam sejumlah contoh tentang bagaimana manusia memecahkan sebuah
kompleksitas dari masa ke masa. Kompleksitas distrukturkan secara hierarkis ke dalam kluster-kluster yang homogen dari faktor-faktor;
2. Pengukuran ke dalam skala rasio Metodologi ANP menggunakan pengukuran skala rasio yang diyakini
paling akurat dalam mengukur faktor-faktor yang membentuk hierarki. Level pengukuran dari terendah ke tertinggi adalah nominal, ordinal, interval, dan
rasio. Setiap level pengukuran memiliki semua arti yang dimiliki level yang lebih rendah dengan tambahan arti yang baru. Pengukuran interval tidak
memiliki arti rasio, namun memiliki arti interval, ordinal, dan nominal. Pengukuran rasio diperlukan untuk mencerminkan proporsi. Setiap metodologi
dengan struktur hieraki harus menggunakan prioritas skala rasio untuk elemen diatas level terendah dari hierarki. Hal ini penting karena prioritas bobot dari
elemen di level manapun dari hierarki ditentukan dengan mengalikan prioritas dari elemen pada level dengan prioritas dari elemen induknya. Karena hasil
perkalian dari dua pengukuran level interval secara matematis tidak memiliki arti, skala rasio diperlukan untuk perkalian ini. AHPANP menggunakan skala
rasio pada semua level terendah dari hierarkijaringan, termasuk level terendah alternatif dalam model pilihan. Skala rasio ini menjadi semakin penting jika
prioritas tidak hanya digunakan untuk aplikasi pilihan, namun untuk aplikasi- aplikasi lain, seperti untuk aplikasi alokasi sumber daya;
3. Sintesis Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis berarti mengurai
entitas material atau abstrak ke dalam elemen-elemennya, maka sintesis berarti menyatukan semua bagian menjadi satu kesatuan. Karena kompleksitas, situasi
keputusan penting, prakiraan, alokasi sumber daya, sering melibatkan terlalu banyak dimensi bagi manusia untuk dapat melakukan sintesis secara intuitif,
kita memerlukan suatu cara untuk melakukan sintesis dari banyak dimensi. Meskipun ANP memfasilitasi analisis, fungsi yang lebih penting lagi dalam
ANP adalah kemampuannya untuk membantu kita dalam melakukan pengukuran dan sintesis sejumlah faktor-faktor dalam hierarki atau jaringan.
Menurut Buyukyacizi and Meral 2003 meskipun ANP dan AHP serupa dalam tahap penilaian perbandingan, ada perbedaan dalam fase sintesis. Pada
ANP, vektor skala rasio prioritas berasal dari matriks perbandingan berpasangan
12
tidak disintesis linear seperti pada AHP. Fase sintesis ini dengan menggunakan supermatriks yaitu teknik untuk mensintesis skala rasio. Setiap skala rasio secara
tepat diperkenalkan sebagai kolom dalam matriks untuk menampilkan pengaruh dari elemen dalam kluster pada elemen lain dalam kluster outer dependence
atau bagian dari kluster itu sendiri inner dependence.
Menurut Pourebrahim et al. 2010 bahwa metode multikriteria analisis dapat membantu untuk mengoptimalkan kekuatan kriteria dan indikator dalam
memahami penggunaan lahan di wilayah pesisir, karena wilayah ini sangat kompleks dengan berbagai macam konflik kepentingan secara kualitatif dan
kuantitatif sehingga membutuhkan metode untuk mengambil keputusan yang terstruktur. Analytic network process adalah salah satu metode dari analisis MCA
yang sangat berguna dan secara potensial serta relevan sebagai alat untuk mencari kesesuaian lahan di wilayah pesisir karena mempertimbangkan semua aspek yang
berpengaruh di dalamnya.
Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis SIG adalah sistem komputer yang mempunyai kemampuan pemasukan, pengambilan, analisis data, dan tampilan data geografis
yang sangat berguna bagi pengambil keputusan. Sistem computer ini terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak dan manusia personal yang dirancang untuk
efisien memasukkan, menyimpan, memperbaharui, memanipulasi, menganalisa, dan menyajikan semua jenis informasi yang berorientasi geografis Prahasta
2009.
SIG mempunyai 4 kelompok utama yaitu: perangkat keras, perangkat lunak, organisasi manajemen dan pemakai. Kombinasi yang paling tepat antara keempat
komponen utama akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan SIG dalam suatu organisasi Barus et al. 2000
Aplikasi GIS digunakan pada bidang kartografi, penginderaan jauh, survei pertanahan, pengelolaan fasilitas umum, pengelolaan sumberdaya alam, geografi,
perencanaan perkotaan, navigasi, bidang perikanan dan kelautan khususnya pada sistem informasi perikanan telah banyak dilakukan di banyak negara termasuk di
Indonesia Prahasta 2009.
Sistem Informasi Geografis SIG mempunyai kemampuan analisis keruangan spatial analysis maupun waktu temporal analysis. Dengan
kemampuan tersebut SIG dapat dimanfaatkan dalam perencanaan apapun karena pada dasarnya semua perencanaan akan terkait dengan dimensi ruang dan waktu.
Dengan demikian setiap perubahan, baik sumberdaya, kondisi maupun jasa-jasa yang ada di wilayah perencanaan akan terpadu dan terkontrol secara baik Rais et
al. 2004.
Pemanfaatan teknologi Sistem Informasi Geografis untuk perikanan diharapkan dapat mampu memberikan gambaran dan tampilan spasial alokasi
pemanfaatan ruang. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad 2009 dan Pramudya 2008 mengkaji pengelolaan wilayah pesisir berbasis zonasi di Kota Padang dan
Provinsi Jambi. Kajian penelitian oleh Elly 2006 tentang rencana pengembangan wisata bahari di Teluk Lada Pandeglang dan pemetaan terumbu karang yang
13
dilakukan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2010 di Kabupaten Pandeglang
Sistem Informasi Geografis secara umum dipahami memiliki kontribusi besar dalam pengelolaan wilayah pesisir, yakni 1 membantu memfasilitasi
berbagai pihak sektoral, swasta dan Pemda yang merencanakan sesuatu, dapat dipetakan dan diintegrasikan untuk mengetahui pilihan-pilihan manajemen dan
alternatif perencanaan yang paling optimal, 2 merupakan alat yang digunakan untuk menunjang pengelolaan sumberdaya pesisir yang berwawasan lingkungan.
Dengan menggunakan SIG dengan mudah dan cepat dapat melakukan analisis keruangan dan pemantauan terhadap perubahan lingkungan pesisir Gunawan
1998.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2012 bertempat di kawasan pesisir Kabupaten Pandeglang yang meliputi 8 kecamatan pesisir yaitu
Kecamatan Carita, Labuan, Pagelaran, Sukaresmi, Panimbang, Cimanggu, Cigeulis dan Sumur. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena kesamaan letak di
sepanjang perairan Selat Sunda dan memiliki potensi pengembangan sumberdaya alam pesisir yang sangat besar untuk dikelola dan diperhatikan.
Pengumpulan Data 1.
Data Primer
Pengumpulan data primer merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan melalui:
- Observasi, wawancara, kuesioner atau diskusi langsung dengan instansi pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, Dinas Tata ruang, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Pandeglang, tokoh masyarakat, dan Dosen Universitas
Tirtayasa
- Survei lapang ke tempat wilayah penelitian untuk identifikasi dan evaluasi pemanfaatan ruang yang ada saat ini.