Nelayan pembudidaya Limited supermatrix supermatriks batas

73 menjadi kawasan konservasi yaitu desa Taman Jaya dan Ujung Jaya. Hal ini disebabkan dan aksess masih sulit sehingga tekanan penduduk di wilayah ini tidak serius. Dalam kebijakan ruang di kabupaten dan provinsi, daerah ini merupakan termasuk dalam kategori kawasan konservasi karena berbatasan langsung dengan Taman Nasional Ujung Kulon. Dengan mempertimbangkan hal tersebut wilayah ini memang layak dijadikan kawasan konservasi untuk mempertahankan fungsi ekologis ekosistem di perairan Pandeglang. Sedangkan untuk lahan di darat yang menjadi kawasan lindung hutan yang dikonservasi terdapat di kecamatan Sumur dari desa Kertamukti sampai desa Ujung Jaya. Hal ini disebabkan berdasarkan rencana struktur ruang Kabupaten, wilayah ini termasuk dalam kawasan lindung. Kelas sesuai untuk wilayah laut mempunyai suhu berkisar 29-30°C, kedalaman perairan kurang dari 5 meter dan luas tutupan karang sebagai habitat biota laut kondisi saat ini keberadaannya masih di atas 60. Wilayah ini mempunyai luas lahan 8455.16 ha atau 13.32. Perairan yang mempunyai kategori sesuai untuk kondisi tersebut adalah sekitar perairan Taman jaya dan Pulau Badul karena berdasarkan hasil survei lapangan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2010 masih memiliki luas tutupan karang hidup sebesar 70.59 dengan keanekaragaman biota dalam kategori baik. Sedangkan sepanjang pesisir kecamatan Labuan sampai Panimbang lebih disebabkan oleh faktor kedalaman perairan kurang dari 10 meter dan suhu perairan 29-30°C sehingga sinar matahari yang masuk ke dalam air mengakibatkan peningkatan suhu di permukaan. Kelas kurang sesuai di wilayah darat mempunyai luas sebesar 21024.55 ha atau 64.30. Berdasarkan hasil analisa wilayah yang berada dalam kelas kurang sesuai terdapat pada kecamatan Carita yaitu desa Sukarame, Sukanegara, Banjarmasin, Panimbang jaya, Tangkil sari dan Banyuasih. Kriteria yang terdapat di kecamatan Carita lebih dikarenakan oleh kawasan ini dalam rencana struktur ruang wilayah termasuk dalam kawasan lindung tetapi aksess menuju ke wilayah tersebut mudah sehingga menimbulkan tekanan penduduk yang serius. Sedangkan pada desa Banyuasih faktor yang lebih dominan adalah sulitnya aksess menuju kesana sehingga tekanan penduduk yang ada masih tidak serius walaupun dalam rencana struktur ruang termasuk dalam kawasan pemanfaatan hutan produksi dan perkebunan. Kategori kurang sesuai pada wilayah laut disebabkan oleh faktor kedalaman perairan antara 5 sampai 10 meter dengan suhu perairan 28-29°C. Kondisi perairan seperti ini masih dapat ditolerir oleh biota tertentu, sehingga keanekaragaman biota dalam perairan ini tidak banyak ragamnya. Luas lahan darat dalam kriteria tidak sesuai sebesar 7309.97 ha atau 22.36. Desa yang termasuk dalam kategori ini adalah desa Pejamben, Kecamatan Carita sampai dengan Tanjung jaya kecamatan Panimbang. Hal ini disebabkan karena tekanan penduduk di wilayah ini sudah sangat serius ditunjang dalam struktur ruang diprioritaskan untuk kawasan industri dan pariwisata. Kriteria tidak sesuai dalam wilayah laut adalah wilayah yang mempunyai suhu kurang dari 28°C dengan kedalaman perairan di atas 10 meter. Kondisi perairan seperti ini tidak sesuai untuk habitat biota air yang hidup di dalamnya. Hal ini disebabkan produsen dalam melakukan fotosintesis sangat sulit sekali untuk menerima sinar matahari yang masuk ke perairan. Berdasarkan hasil analisa kesesuaian di atas bahwa wilayah yang sangat sesuai untuk dijadikan kawasan konservasi perairan adalah perairan sekitar pulau Badul, desa Taman jaya sampai desa Ujung jaya Kecamatan Sumur karena dalam 74 rencana tata ruang darat sangat mendukung sekali dalam penetapan zonasi ruang konservasi perairan ini. Kesesuaian Lahan Pariwisata Hasil analisa kesesuaian luas lahan untuk pariwisata bahari dapat di lihat pada Tabel 28. Dan peta hasil analisis kesesuaian lahan kawasan pariwisata dalam pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada Gambar 31 sedangkan kriteria kesesuaian lahan berdasarkan perhitungan pembobotan dapat dilihat pada Lampiran 11. Tabel 28. Luas kesesuaian lahan pariwisata bahari N o Kelas Kesesuaian Lahan Wilayah Darat Wilayah Laut Selang bobot Luas lahan ha Presentas i Selang bobot Luas lahan ha Presentas i 1 Sesuai 173-210 8414.56 25.74 66-77 3142.87 4.95 2 Kurang sesuai 135-172 16316.78 49.90 54-65 40869.99 64.40 3 Tidak sesuai 97-134 7964.48 24.36 42-53 19446.58 30.64 Jumlah 32695.81 100.00 63459.44 100.00 Gambar 31. Kesesuaian lahan pariwisata Berdasarkan hasil analisa wilayah darat, desa yang termasuk dalam kategori sesuai ini adalah desa Caringin, Citeureup, Mekarsari, Panimbang jaya, Tanjung jaya dan Sukamaju. Hal ini disebabkan karena kondisi kemiringan lereng di wilayah ini relatif landai, banyaknya trayek transportasi ini dan rencana pengembangan diprioritaskan untuk kawasan perkotaan. Selain itu, kecamatan Panimbang dalam rencana kawasan strategis provinsi Banten untuk meningkatkan 75 pertumbuhan ekonominya akan dikembangkan sebagai kawasan ekonomi khusus yang prioritas pengembangannya di bidang jasa dan pariwisata. Kategori sesuai untuk perairan terdapat di pulau-pulau kecil di kecamatan Sumur khususnya sekitar pulau di desa Kertajaya. Faktor penentu dominan adalah luas tutupan karang masih di atas 75 dan bahaya banjir tidak pernah terjadi walaupun transportasi buruk. Selain itu kondisi alam yang indah dengan laut yang jernih dan jauh dari pencemaran menjadikan banyak wisatawan asing maupun domestik yang berkunjung ke daerah ini. Perairan kecamatan Panimbang dan sekitar pulau Liwungan lebih disebabkan karena kedalaman perairan di bawah 8 meter dengan tinggi gelombang kurang dari 1 meter dan kecepatan arus kurang dari 0.1 ms serta substrat dasar perairannya berupa pasir putih atau pasir berkarang. Wilayah laut berdasarkan hasil analisa luas lahan sebesar 3142.87 ha atau 4.95 dari luas total wilayah. Selanjutnya kategori kurang sesuai di wilayah darat luas lahan 16316.78 ha atau 49.90 dari luas total wilayah. Daerah yang termasuk wilayah ini terdapat di kecamatan Carita yang disebabkan karena rencana struktur ruang diprioritaskan untuk kawasan lindung, dan Kecamatan Pagelaran disebabkan adanya banjir dalam setahun 1-2 kali karena meluapnya volume air sungai Cilemer dan Ciliman dan kemiringan lereng berkisar 8-15 walaupun sarana transportasi di wilayah ini banyak ditemui. Sedangkan desa di sebagian kecamatan Sumur faktor yang berperan di daerah ini adalah sulitnya transportasi dan infrastruktur jalan sangat buruk dan rencana struktur ruang diprioritaskan untuk perkebunan dan persawahan. Walaupun demikian wilayah ini mempunyai kondisi perairan yang sangat menarik untuk dijadikan wisata bahari. Faktor yang berpengaruh dalam kategori kurang sesuai di perairan kecamatan Pagelaran dan Carita adalah kondisi substrat perairan berupa pasir berlumpur dengan kedalaman perairan di atas 10 meter. Sedangkan perairan di kecamatan Sumur mempunyai kedalaman perairan di atas 10 meter dan kecepatan arusnya di atas 0.1 ms tetapi kondisi substrat perairan adalah pasir berkarang yang masih layak untuk dijadikan kawasan wisata bahari seperti selam dan snorkeling. Daerah yang termasuk dalam kategori tidak sesuai terdapat di desa Tangkilsari, Banyuasih dan sebagian desa di kecamatan Sumur yang berbatasan dengan TNUK yang diprioritaskan untuk kawasan lindung. Luas lahan dalam kategori ini sebesar 7964.48 ha atau 24.36. Wilayah laut dalam kategori tidak sesuai lebih banyak terdapat pada perairan yang mempunyai kedalaman di atas 15 meter dengan substrat lumpur atau karang. Berdasarkan analisa kesesuaian antara wilayah darat dan laut, wilayah yang sesuai untuk penetapan zonasi pariwisata adalah pesisir kecamatan Panimbang dan kecamatan Sumur di desa Taman Jaya dan Ujung Jaya karena kondisi perairan di sepanjang garis pantai sesuai untuk wisata pantai dan sekitar Pulau- pulau kecil di Kabupaten Pandeglang sangat sesuai untuk wisata bahari yang digunakan para penyelam untuk snorkeling dan diving untuk melihat keindahan di bawah laut. Kesesuaian Lahan Pelabuhan Perikanan Pantai Hasil analisa spasial kesesuaian pelabuhan perikanan pantai dapat di lihat pada Tabel 29 dan kriteria kesesuaian lahan untuk kawasan pelabuhan perikanan 76 pantai dapat dilihat pada Lampiran 12. Untuk jelasnya, peta hasil analisis kesesuaian lahan kawasan pelabuhan perikanan pantai dalam pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang dapat dilihat di Gambar 32. Wilayah darat yang masuk dalam kategori sesuai untuk pelabuhan perikanan pantai dengan luas lahan 3864.33 ha atau 11.82 dari luas total wilayah darat. Sesuai hasil analisa diperoleh pada desa Panimbang jaya, Sidamukti dan desa Teluk kecamatan Labuan. Namun untuk nilai bobot paling tinggi terdapat di desa Sidamukti sebesar 225 dan desa Teluk 218, hal ini disebabkan pada daerah ini sarana parasarana perikanan tangkap sangat lengkap dengan bahaya abrasi yang kecil selain itu diperuntukkan juga untuk kawasan perkotaan. Untuk wilayah laut kriteria yang diprioritaskan untuk pelabuhan perikanan pantai adalah kedalaman perairan di atas 9 meter, substrat perairannya lempung berpasir, tinggi gelombang kurang dari 1 meter dan kecepatan arus kurang dari 0.2 ms. Daerah yang mempunyai kriteria perairan tersebut adalah kecamatan Labuan, perairan desa Sukarame dan sekitar pulau Liwungan kecamatan Panimbang. Tabel 29. Luas kesesuaian lahan pelabuhan perikanan pantai No Kelas Kesesuaian Lahan Wilayah Darat Wilayah Laut Selang bobot Luas lahan ha Presentasi Selang bobot Luas lahan ha Presentasi 1 Sesuai 183-226 3864.33 11.82 64-71 9870.60 15.55 2 Kurang sesuai 139-182 20571.86 62.92 56-63 50110.90 78.97 3 Tidak sesuai 95-138 8259.63 25.26 48-55 3477.94 5.48 Jumlah 32695.81 100.00 63459.44 100.00 Gambar 32. Kesesuaian lahan pelabuhan perikanan pantai 77 Untuk kategori kelas kurang sesuai dengan luas lahan 20571.86 ha atau 62.92. Dalam kategori kurang sesuai desa yang mempunyai bobot paling rendah adalah Cigondang, Cigorondong, Kertajaya, Kertamukti, Taman jaya, Tanjung jaya dan Sumberjaya. Hal ini disebabkan karena aksessibiltas untuk menuju ke wilayah tersebut agak sulit dengan infrastruktur jalan masih buruk, sarana prasarana perikanan tangkap belum tersedia lengkap. Sedangkan untuk wilayah laut kategori kurang sesuai terdapat di perairan Panimbang yang disebabkan faktor substratnya pasir berlumpur namun kedalamannya hanya berkisar 5-10 meter dan di perairan selatan lebih disebabkan oleh substrat perairan didominasi dengan pasir berkarang walaupun kedalamannya di atas 10 meter. Wilayah darat dalam kategori tidak sesuai terdapat pada selang kelas 95-138 dengan luas lahan sebesar 8259.63 ha atau 25.26. Sedangkan wilayah laut kategori tidak sesuai untuk pelabuhan perikanan pantai lebih disebabkan karena faktor substrat perairan didominasi dengan pasir berkarang dan kedalaman perairan masih antara 0 sampai 5 meter sehingga akan meyulitkan lalu lintas pelayaran kapal motor yang berlabuh di perairan tersebut. Dengan mempertimbangkan semua faktor kesesuaian untuk pelabuhan perikanan pantai maka desa Caringin, Pejamben, Cigondang atau desa Teluk di kecamatan Labuan sangat sesuai untuk kawasan tersebut karena baik kesesuaian lahan di wilayah darat maupun kondisi perairannya sangat memungkinkan untuk dibangun pelabuhan perikanan pantai. Kesesuaian Lahan Perikanan Tangkap Hasil analisa kesesuaian lahan perikanan tangkap disajikan pada Tabel 30. Dan untuk lebih jelas disajikan dalam bentuk peta seperti Gambar 33. Hasil standarisasi pembobotan untuk kesesuaian lahan kawasan perikanan tangkap dapat dilihat pada Lampiran 13. Berdasarkan hasil analisis wilayah yang mempunyai kategori paling sesuai luas lahan 3314.14 ha atau 10.14. Desa yang mempunyai bobot paling tinggi adalah desa Sidamukti dan desa Teluk. Hal ini didukung dengan nelayan yang berada di wilayah ini jumlah di atas 1000 orang, sarana prasarana yang tersedia sangat lengkap dan berfungsi, sarana transportasi banyak serta didukung dengan struktur ruang. Wilayah perairan di Pandeglang, pada umumnya mempunyai kondisi fisik perairan yang relatif seragam. Berdasarkan data yang diperoleh kecepatan arus di perairan Pandeglang kurang dari 0.3 ms dan tinggi gelombang kurang dari 1 meter. Perairan di Kabupaten Pandeglang sesuai dijadikan zonasi perikanan tangkap. Faktor yang bisa dijadikan pembatas untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap dan meminimalisir penangkapan yang merusak lingkungan adalah penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dibatasi disesuaikan dengan kondisi perairan dan tidak merusak terumbu karang serta menangkap ikan pada ukuran yang layak untuk ditangkap. Hasil analisa kategori kurang sesuai dengan luas lahan 16031.28 ha atau 49.03 dari luas seluruh desa dalam penelitian ini. Kecamatan yang termasuk dalam kategori ini adalah Carita, Pagelaran, dan sebagian desa di kecamatan Panimbang. Kategori tidak sesuai mempunyai luas lahan 13350.39 ha atau 40.83. Desa yang termasuk dalam kategori ini adalah desa Banyuasih, Tangkilsari dan hampir sebagian besar desa di Kecamatan Sumur. Faktor dominan 78 di wilayah ini adalah sumberdaya manusia nelayan sedikit, transportasi sulit dan rencana struktur ruang diprioritaskan untuk kawasan lindung atau perkebunan Tabel 30. Luas kesesuaian lahan perikanan tangkap No Kelas Kesesuaian Lahan Wilayah Darat Wilayah Laut Selang bobot Luas lahan ha Presentasi Selang bobot Luas lahan ha Presentasi 1 Sesuai 196-243 3314.14 10.14 38 63459.44 100.00 2 Kurang sesuai 148-195 16031.28 49.03 0.00 3 Tidak sesuai 100-147 13350.39 40.83 0.00 Jumlah 32695.81 100.00 63459.44 100.00 Gambar 33. Kesesuaian lahan perikanan tangkap Dengan mempertimbangkan faktor kesesuaian di darat yaitu tersedianya sapras perikanan tangkap, jumlah nelayan serta aksessibiltas ke wilayah tersebut dalam zonasi perikanan tangkap maka desa Sidamukti, desa Teluk dan Panimbang Jaya sangat sesuai untuk pengembangan infrastruktur perikanan tangkap. Sintesis Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Pembangunan tata ruang wilayah pesisir agak berbeda dengan tata ruang daratan pada umumnya. Hal ini disebabkan karena wilayah daratan tidak memiliki vertikal zoning seperti halnya di perairan. Dalam perencanaan tata ruang dan pengelolaan kawasan mutlak diperlukan batasan dan deskripsi yang namun perhatian terhadap aspek geo-fisik-kimia, ekologi, teknik fungsional dan juga administratif. Berdasarkan analisis ANP yang berasal dari pembobotan para ahli bahwa kriteria rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dan tata ruang wilayah kabupaten dalam fungsi kebijakan memiliki bobot paling 79 tinggi. Sedangkan pada fungsi ekologi penggunaan lahan, kesesuaian fisik perairan, dan adanya resiko bahaya memegang peranan penting dalam menentukan pemanfaatan suatu wilayah. Dalam fungsi sosial ekonomi yang menjadi bahan pertimbangan adalah kriteria transportasi, struktur populasi penduduk dan sarana prasarana perikanan. Dengan dominansi kriteria hasil analisis kesesuaian lahan peta arahan untuk pemanfaatan ruang di wilayah laut dapat dilihat seperti pada Gambar 34 dan peta arahan untuk pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dapat dilihat di Gambar 35. Gambar 34 . Peta arahan pemanfaatan ruang wilayah laut Kabupaten Pandeglang Gambar 35. Peta arahan pemanfaatan ruang pesisir Kabupaten Pandeglang 80 Kawasan budidaya laut terdapat di desa Banjarmasin untuk budidaya lobster dan ikan kerapu, Perairan desa Cibungur sampai desa Tanjung jaya sesuai untuk budidaya bandeng kerang hijau dan kerang darah sedangkan desa Cigorondong, Kertajaya, Kertamukti, Sumberjaya, Tunggal jaya sesuai untuk budidaya rumput laut dan ikan kerapu karena memiliki kondisi perairan yang cocok untuk budidaya ini. Dan untuk mendukung pemanfaatan ruang ini pembangunan infrastruktur dan sapras budidaya laut keramba jaring apung dan kekerangan sebaiknya menjadi pusat perhatian pemerintah setempat sebagai sarana peningkatan produksi penghasil PAD. Walaupun sesuai untuk kawasan budidaya namun wilayah tersebut memiliki potensi perairan yang sesuai pula untuk perikanan tangkap. Hal ini berpotensi menimbulkan konflik kepentingan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisa parameter lebih rinci supaya konflik kepentingan dapat diminimalisir. Wilayah yang disarankan sebagai kawasan pariwisata bahari adalah perairan Panimbang dengan desa Mekarsari, Citeureup dan Tanjung Jaya sebagai wilayah penunjang pembangunan sarana transportasi dan aksess menuju ke wilayah tersebut. Sedangkan desa Caringin, Labuan merupakan wilayah penunjang untuk mencapai kawasan wisata Anyer-Carita. Pariwisata bahari harus dikembangkan karena berpotensi penghasil PAD bagi kabupaten Pandeglang dengan meningkatkan infrastruktur yang telah ada. Walaupun wilayah tersebut sesuai untuk pariwisata bahari namun aktivitas perikanan tangkap dan budidaya laut bisa dikembangkan pada perairan ini seperti budidaya keramba jaring apung dapat menjadi objek wisata yang menarik. Pemanfaatan ruang untuk konservasi perairan paling sesuai di sekitar Pulau Badul kecamatan Sumur karena masih memiliki kondisi luas tutupan karang hidup di atas 70.59 dengan kategori keanekaragaman biota dalam kategori baik. Beberapa wilayah bisa dijadikan kawasan taman wisata sebagai sarana rekreasi untuk melihat keindahan alam bawah laut. Aktual pelabuhan berada di desa Teluk yang sebenarnya tidak sesuai karena sering mengalami banjir akibat pasang surut air laut dan sering terjadi pendangkalan di muara sungai Cipunteun Agung. Sehingga disarankan alternatif wilayah pelabuhan adalah di desa Pejamben didukung pula dengan kondisi perairan sesuai untuk kawasan ini. Sedangkan desa Banjarmasin, Caringin dan Cigondang dapat dijadikan sebagai jalur lintas ke kawasan pariwisata Anyer- Carita walaupun berdasarkan analisa sesuai juga untuk kawasan pelabuhan perikanan. Pemanfaatan ruang pelabuhan perikanan pantai pada umumnya saling memberi dampak yang positif dengan perikanan tangkap. Hal ini disebabkan dalam perikanan tangkap membutuhkan pelabuhan perikanan untuk mendaratkan hasil tangkapan ikan. Namun perikanan tangkap dalam pemanfaatan ruangnya lebih membutuhkan ruang di wilayah perairan. Wilayah perairan Kabupaten Pandeglang sebagian besar sangat sesuai untuk perikanan tangkap. Wilayah pemanfaatan lainnya pada hasil penelitian ini adalah wilayah yang tidak memenuhi kriteria sesuai dari lima pemanfaatan ruang yang dianalisa. Namun jika dianalisa lebih lanjut tidak menutup kemungkinan sesuai untuk budidaya tambak, pertanian, pemukiman dan sebagainya. Hasil overlay peta pada Gambar 35 dapat dijelaskan pada matriks sintesis pemanfaatan ruang di Tabel 31. 84 Tabel 31. Matriks sintesis pemanfaatan ruang wilayah pesisir kabupaten Pandeglang Pemanfaatan Luas lahan ha Lokasi Sumberdaya JasaLingkungan Keterangan Budidaya Laut: a. Daratan b. Laut 10807.08 7330.17 Desa Banjarmasin Desa Cigorondong, Kertajaya, Kertamukti, Sumberjaya, Tunggal jaya Perairan Desa Cibungur sampai Desa Tanjung jaya Pengembangan lobster, ikan kerapu Pengembangan rumput laut, ikan kerapu, Ikan baronang Budidaya kerang hijau, kerang darah Pembangunan infrastruktur dan sapras budidaya laut keramba jaring apung dan kekerangan untuk meningkatkan produksi sebagai penghasil PAD Pariwisata Bahari a. Daratan b. Laut 5282.98 0.78 Desa Caringin, Labuan, Mekarsari, Citeureup, Tanjung jaya Perairan Panimbang Menyediakan jasa transportasi, akomodasi serta fasilitas yang menunjang untuk kawasan wisata Wisata pantai, snorkling, diving Penghasil PAD bagi Kabupaten Pandeglang dengan meningkatkan transportasi dan aksess menuju ke wilayah tersebut Membatasi aktivitas kegiatan manusia di hulu agar kualitas perairan tetap terjaga Konservasi perairan a. Darat b. Laut 4361.30 324.91 Desa Sukarame, Carita, Tamanjaya, Ujung jaya Perairan Cigorondong, tamanjaya dan sekitar P. Badul Sebagai penyangga ekosistem di darat dan juga dapat dijadikan ekowisata Terumbu karang dan ikan karang Konservasi hutan lindung dan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon Daerah kawasan inti konservasi perairan karena luas tutupan karang masih dalam kategori baik Pelabuhan Perikanan a. Darat b. Laut 311.23 1259.48 Desa Pejamben Perairan desa Pejamben dan Caringin Pusat pendaratan ikan hasil tangkapan nelayan dan industri perikanan Untuk pembangunan jetty atau tambat labuh kapal Daerah alternatif pilihan sebagai pengganti kondisi aktual yang ada saat ini desa Teluk Sumber PAD yang berassal dari hasil produksi penangkapan ikan Perikanan tangkap a. Darat b. Laut 10.69 51486.25 Desa Sidamukti, Panimbang jaya dan Teluk Seluruh perairan Pandeglang sepanjang 4 mil, Pengembangan sarana prasarana perikanan dan tempat lelang ikan Ikan tongkol, ikan kembung, ikan teri, ikan banyar, kakap, kerapu dll Pembangunan TPI, kapal motor, alat tangkap dan sapras untuk meningkatkan hasil tangkapan Pengembangan alat tangkap disesuaikan dengan jenis ikan seperti payang, gillnet, purse seine, pancing, bagan apung dll. Budidaya dan Pariwisata 182.10 Desa Mekarsari Budidaya :Ikan Bandeng atau tambak udang Pariwisata: wisata pantai Budidaya bisa dilakukan di daratan yang masih mendapat intrusi air laut sedangkan wisata bisa dilakukan untuk sarana transportasi dan aksess menuju kawasan Tanjung Lesung 85 Tabel 30 Lanjutan Budidaya, pariwisata, pelabuhan dan perikanan tangkap 933.06 Sebagian desa Sidamukti, dan sebagian desa Panimbang jaya Budidaya: Kerang, kepiting Penangkapan ikan pelagis dan demersal, kepiting, kakap Pariwisata: jalur lintas menuju kawasan wisata tanjung lesung Budidaya: untuk penghasil kekerangan, pariwisata sebagai daerah lintas menuju kawasan wisata dan pusat jajanan seafood, pelabuhan dan penangkapan sebagai sarana pusat produksi penghasil ikan bagi para wisatawan yang berkunjung Pariwisata dan pelabuhan 25.98 Sebagian Desa Cigondang Pariwisata: jalur transportasi ke Pantai Anyer-Carita Pelabuhan: tempat pendaratan hasil tangkapan ikan Pelabuhan sebagai pusat produksi ikan dan wilayah ini merupakan jalur lintas karena RTRW Kabupaten sebagai wilayah industri Pariwisata, pelabuhan dan perikanan tangkap 506.94 Desa Cigondang Pariwisata: jalur transportasi ke Pantai Anyer-Carita Pelabuhan: tempat pendaratan hasil tangkapan ikan Sebagai daerah penyangga untuk kawasan pariwisata dan pelabuhan bisa dibangun sarana transportasi terminal dan pusat oleh-oleh jajanan khas Pandeglang Pariwisata dan konservasi 76.13 Perairan Sumberjaya dan sebagian Perairan Taman jaya, P. Umang Wisata Bahari snorkling dan diving untuk melihat terumbu karang dan ikan-ikan karang Daerah konservasi yang masih dapat digunakan untuk wisata Taman Wisata Pariwisata dan perikanan tangkap 2719.06 Perairan Panimbang yang mempunyai kedalaman dibawah 8 meter Wisata pantai untuk melihat panorama laut sunset, snorkling Perikanan tangkap: ikan karang, teri Wisata selam dan wisata pantai Penangkapan ikan dengan bubu, pancing, bagan apung Konservasi dan Pariwisata 262.65 Sebagian besar perairan Taman jaya dan Ujung jaya, P. Badul Terumbu karang yang berada pada kedalaman 5-8 meter, ikan karang yang beragam Daerah ini cenderung sebagai kawasan konservasi namun aktivitas masih diperbolehkan selama tidak melakukan pengrusakan pada kawasan ini atau bsa dijadikan taman nasional Pelabuhan dan perikanan tangkap 769.75 Desa Teluk dan desa Sidamukti Ikan pelagis dan demersal, sapras perikanan tersedia lengkap dan berfungsi baik sekali Kedua kegiatan ini saling mendukung karena kondisi saat ini pengembangannya sudah berjalan dengan baik, namun sering terkena banjir akibat pasut air laut Pemanfaatan lainnya 9504.70 Desa Sukanagara, Banyuasih, Tangkilsari, Kertajaya, Kertamukti Sapras kurang lengkap, transportasi jarang, kondisi fisik tidak memenuhi dan RTRW untuk kawasan lindung atau persawahan Kondisinya kurang sesuai untuk lima pemanfaatan ruang ini namun tidak menutup kemngkinan jika dikaji lebih lanjut untuk pemanfaatan umum lainnya sesuai seperti budidaya tambak, pertanian, relokasi pemukiman nelayan 83 Hasil analisis kesesuaian lahan terhadap pemanfaatan beberapa kawasan di wilayah pesisir kabupaten Pandeglang menunjukkan terlihat adanya tumpang tindih overlapping terhadap beberapa kriteria kesesuaian lahan yang dihasilkan pada beberapa kawasan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan ruang di wilayah pesisir kabupaten Pandeglang harus benar-benar memprioritaskan wilayah dengan potensi pemanfaatan yang lebih utama dan memerlukan pertimbangan dan kebijakan serta pemahaman yang sinergis antara setiap sektor yang berkepentingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan wilayah yang tumpangtindih tersebut, sehingga konflik pemanfaatan wilayah dapat diminimalisir atau bahkan dapat dihindari. Kondisi yang terjadi saat ini adanya pemanfaatan lahan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah pesisir kabupaten Pandeglang, memberikan dampak yang dapat menurunkan kelangsungan hidup ekosistem yang ada saat ini. Misalnya pembangunan dan pengembangan pembangkit listrik tenaga uap PLTU di kecamatan Labuan, mengakibatkan adanya tingginya kekeruhan di perairan dan kerusakan terumbu karang di sekitar wilayah tersebut, pengambilan ikan dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, kegiatan penebangan hutan di hulu yang dapat mengakibatkan sedimentasi di muara sungai. Selain itu, konversi lahan hutan mangrove dan rusaknya terumbu karang di beberapa wilayah pesisir di Kabupaten Pandeglang telah memberikan perubahan terhadap kondisi wilayah pesisirnya yang berdampak pada rentannya wilayah ini terhadap bencana alam yang mungkin terjadi. Pemanfaatan ruang wilayah pesisir hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan dan mengacu pada ketersediaan dan kesesuaian lahan dari setiap sektor pembangunan yang akan dikembangkan serta daya dukung lingkungan dan sumberdaya alam yang dimiliki serta memerlukan penanganan yang mengintegrasikan berbagai pihak yang terkait, baik pemerintah, masyarakat maupun stakeholder lainnya yang berkompetensi dalam pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang. Hasil analisis tersebut jika diaplikasikan di lapangan sangat membantu pemerintah daerah dalam menetukan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir di Kabupaten Pandeglang. Dan diharapkan dapat menjadi gambaran bagi Pemerintah Daerah kabupaten Pandeglang dalam membuat rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang lebih detil untuk menetapkan kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan ruang wilayah pesisir kabupaten Pandeglang. Sehingga hasil dari penelitian ini bisa dijadikan asumsi sebagai bahan rekomendasi kebijakan pemerintah daerah untuk penetapan zonasi pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Pandeglang. Mengingat tujuan jangka panjang pembangunan wilayah pesisir adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan peningkatan pemanfaatan sumberdaya secara optimal dan lestari dalam menentukan suatu perencanaan pengelolaan berkelanjutan di wilayah pesisir. 84 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil analisa dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan: 1. Permasalahan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan di Kabupaten Pandeglang dapat dikelompokkan atas empat bagian, yaitu: berkembangnya fenomena kerusakan bio-geofisik lingkungan pesisir, konflik pemanfaatan dan konflik jurisdiksi para pemangku kepentingan, adanya kekosongan dan ketidak pastian hukum dan kurangnya efektifitas pengelolaan pesisir akibat belum adanya perencanaan mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan laut 2. Hasil wawancara dengan para responden diperoleh bobot kriteria dan parameter yang saling berpengaruh yang digambarkan dalam struktur jaringan interaksi antara fungsi ekologi, ekonomi dan sosial. Bobot yang diperoleh dalam kluster fungsi ekonomi sebesar 0.3488, fungsi ekologi 0.3399 dan fungsi sosial 0.3113. Matriks prioritas pemanfaatan ruang kriteria yang memberi dampak pengaruh paling besar adalah RZWP3K dan RTRW selanjutnya transportasi, struktur populasi penduduk, sarana prasarana perikanan, penggunaan lahan, kesesuaian fisik dan resiko bahaya. 3. Hasil analisa kesesuaian pada lima pemanfaatan ruang diperoleh bahwa lokasi pemanfaatan budidaya laut layak di perairan Pagelaran sampai Panimbang. Pemanfaatan lahan konservasi perairan sesuai pada perairan Taman jaya sekitar Pulau Badul. Wilayah yang paling menunjang untuk dijadikan kawasan pariwisata bahari adalah perairan Sukaresmi sampai Panimbang dan kawasan pulau-pulau kecil di Ujung kulon. Alternatif kawasan pelabuhan perikanan pantai analisa menunjukkan berada di desa Pejamben dan desa Teluk yang ditunjang dengan sesuainya kondisi perairan. 4. Sintesis pemanfaatan ruang di wilayah pesisir berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini baik analisis kesesuaian lahan maupun analisis struktur jaringan, maka diketahui bahwa pemanfaatan ruang wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang memerlukan penanganan yang mengintegrasikan berbagai pihak yang terkait, baik pemerintah, masyarakat maupun stakeholder lainnya yang berkompetensi dalam pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang. Saran Mengingat hasil analisis kesesuaian lahan yang telah dilakukan dalam penelitian ini bersifat general dan sebatas hanya menganalisa data yang tersedia maka diharapkan adanya penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dan secara detail menggali keterkaitan semua faktor yang berperan dalam menentukan pemanfaatan ruang di wilayah pesisir berdasarkan model ekologi, sosek dan kebijakan. Output yang dihasilkan dapat memperlihatkan hasil yang sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Penentuan kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan dan 85 mengacu pada ketersediaan dan kesesuaian lahan dari setiap sektor pembangunan yang akan dikembangkan serta daya dukung lingkungan dan potensi sumberdaya alam yang dimiliki, sehingga konflik yang mungkin timbul dapat diminimalisir. Kebijakan pemanfaatan ruang wilayah pesisir sudah seharusnya diikuti dengan penetapan peraturan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang dalam suatu RENSTRA Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Pandeglang, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan wilayah pesisir dan laut yang berkelanjutan, dengan tetap memperhatikan pada kriteria kesesuaian lahan dan daya dukung sumberdaya alam yang dimiliki daerah ini. 86 DAFTAR PUSTAKA Ahmad. 2009. Analisa Zonasi Kawasan Teluk Bungus dalam Rangka arahan Penataan Ruang Pesisir Kota Padang Provinsi Sumatra Barat [Tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Astuty P, Tiena G.A dan Herdono. 2011. Pemilihan Alternatif Pengelolaan Sampah dengan Metode ANP dan BOCR di Dinas Kebersihan Propinsi DKI Jakarta [Tesis]. Jakarta ID. Universitas Trisakti [BAPPEDA] Badan Perencana Pembangunan Daerah. 2010. Profil dan Peluang Investasi di Kabupaten Pandeglang. Pandeglang ID. BAPPEDA Barus B, Wiradisastra US. 2000. Sistem Informasi Geografis Sarana Manajemen Sumberdaya. Bogor ID. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bengen G. D. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serta Pengelolaan Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Bogor ID. PKSPL IPB. 46-50. Buyukyacizi M dan Meral S. 2003. The Analytic Hierarchy and Analytical Network Processes. Hacettepe Journal of Mathematics and Statistics. 32: 65-73 [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang, 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Kabupaten Pandeglang. Pandeglang ID. BPS [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang. 2010. Pandeglang Dalam Angka 2010. Pandeglang ID. BPS [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang. 2011. Pandeglang Dalam Angka 2011. Pandeglang ID. BPS [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang. 2012. Pandeglang Dalam Angka 2012. Pandeglang ID. BPS [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang. 2012. Potensi Desa Kabupaten Pandeglang. Pandeglang ID. BPS Dahuri R, Rais J, Ginting S.P dan Sitepu M.J. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu Edisi revisi. Jakarta ID. PT. Padnya Paramita. Diposaptono S. Agustus 2012. Quo Vadis Tata Ruang Laut. Majalah Samudra- Edisi 12- Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2011. Ketentuan Mengenai Penyusunan Rencana Zonasi wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil RZWP3K KabKota. Jakarta ID. KKP. Direktorat Kawasan Konservasi dan Jenis Ikan Dirjen KP3K Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia . 2010. Laporan Pemetaan sumberdaya Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Pandeglang. Jakarta ID. KKP. Dishidros. 2012. Peta Bathymetri No. 71 skala 1:200.000. Jakarta ID. TNI-AL RI Djuwansah M. R 2007. Pendugaan Potensi Sumberdaya Air di Wilayah Pesisir. Jakarta ID. Lipi Pr. 87 [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2002. Kepmen Kelautan dan Perikanan No. 34 tahun 2002 tentang Pedoman Umum Penataan ruang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta ID. DKP [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2003, Kepmen Kelautan dan Perikanan No. 10 tahun 2003 tentang Pedoman Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu. Jakarta ID. DKP [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2003, Modul Sosialisasi Tata Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta ID. DKP. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2008, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 16 tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta ID. DKP. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang. 2009. Statistik Perikanan Budidaya Kabupaten Pandeglang. Pandeglang ID. DKP [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang. 2012. Statistik Perikanan Tangkap dan KP3K Kabupaten Pandeglang. Pandeglang ID. DKP Elly M. J. 2006. Rencana Pengembangan Wisata Bahari Kawasan Perairan Teluk Lada, Banten Dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis [Tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Eriyatno dan Sofyar F. 2007. Riset Kebijakan Metode Penelitian untuk Pasca Sarjana. Bogor ID. IPB Pr. Gunawan I. 1998. Typical Geographic Information System GIS Aplication For Coastal Resources Management Indonesia. Jurnal Pengelolan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia. I 1:1-12. Heriawan Y. 2008. Alokasi Unit Penangkapan Ikan Pelagis Kecil Di Perairan Pandeglang, Banten: Menuju Perikanan Tangkap yang Terkendali [Tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2007. Undang- Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta ID, KKP Kurniawan R, Habibie M.N dan Suratno. 2011. Variasi Bulanan Gelombang Laut di Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. 123:221 –232 Listriana, K. 2010. Penentuan Pusat-Pusat Pengembangan di Wilayah Pesisir Pantai dan Laut. Tersedia pada http:www . bulletin.penataan ruang.net. Lombardi P.L, Isabella M.L, Marta B, Cinzia G. 2007. Application of the analytic Network Process and the Multi-modal framework to an Urban Upgrading Case Study. Proceeding International Conference on Whole Life Urban Sustainability and its Assessment M. Horner, C. Hardcastle, A. Price, J. Bebbington Eds Glasgow. Mulyawati L. S. 2008. Prospek Pengembangan Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten [Tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Nasution B. I. 2007. Kajian Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Di desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten [Tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Oktavia R, Pariwono J.I dan Manurung P. 2011. Variasi Muka Laut dan Arus Geostrofik Permukaan Perairan Selat Sunda Berdasarkan Data Pasut dan 88 Angin tahun 2008. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 32:127- 152 Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Jakarta ID, Sekretariat Negara Pemerintah Republik Indonesia. 2007, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Lembaran Negara RI Tahun 2007, No.68. Jakarta ID, Sekretariat Negara Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Permendagri No. 30 tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sumber daya Di Wilayah Laut. Jakarta ID, Sekretariat Negara Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang. 2011. Raperda Mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang Tahun 2011-2031. Pandeglang ID. Sekretariat Daerah Kabupaten Pandeglang. Pourebrahim S, Hadipor M, Mokhtar M. 2010. Analytic Network Process for Criteria Selection in Sustainable Coastal Land Use Planning. Journal Ocean and Coastal Management. 53:544-551 Pourebrahim S, Hadipor M, Mokhtar M. 2011. Integration of Spatial Suitability Analysis for Land Use Planning in Coastal Areas; case of Kuala Langat District, Selangor, Malaysia. Journal Landscape and Urban Planning.101:84-97. Prahasta E. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar Perspektif Geodesi dan Geomatika. Bandung ID. Informatika Pramudya A. 2008. Kajian Pengelolaan Daratan Pesisir Berbasis Zonasi di Provinsi Jambi [Tesis]. Semarang ID. Universitas Diponegoro Prawiranegara E. P. 2002. Kajian Hubungan Kesejahteraan Nelayan Dengan Keterlibatan Nelayan Pada Industri Pariwisata Pesisir Pantai Carita Di Kecamatan Labuan [Tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Priyandika C, Mosses L. S. 2011. Pengambilan Keputusan Multikriteria Dalam Pemilihan Vendor Alat Pelindung Diri APD dengan Pendekatan Risk Management dan Analysis Network Process ANP. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi 13. Surabaya ID. Institut Teknologi Surabaya. Rais J.B, Sulistiyo S, Diamar T, Gunawan M, Sumampouw TA, Soeprapto I, Suhardi A, Karsidi dan Widodo. 2004. Menata Ruang Laut Terpadu. Jakarta ID.PT. Pradnya Paramita. Rumagia F. 2008. Analisis Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Buru, Maluku [Tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju D.R. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta ID. Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Saaty T.L. 12-14 August 1999. Fundamentals of the Analytic Network Process, www.isahp2003.net , ISAHP 1999; Kobe, Japan. Saaty T.L. 2001. The Analytic Network Process. Pittsburgh: RWS Publications. Saaty T.L. 2005. Theory and Applications of the Analytic Network Process: Decision Making with Benefits, Opportunities, Costs, and Risks. Pittsburgh, PA: RWS Publications. Saaty T.L. The Analytic Network Process. University of Pittsburgh. www.SID.ir . Dikutip 23 April 2012. 89 Soebagio 2004. Analisis Kebijakan Pemanfaatan Ruang Pesisir dan Laut Kepulauan Seribu dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Masyarakat [Tesis]. Bogor ID. Institut Pertanian Bogor. Tahir A, Bengen D.G dan Susilo S.B. 2002. Analisis Kesesuaian Lahan Dan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Teluk Balikpapan. Jurnal Pesisir dan Lautan. 43:1-16. Vanany I. 2003. Aplikasi Analytic Network Process ANP pada Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Studi Kasus pada PT. X. Jurnal Teknik Industri 51:50-62 Yunandar 2007. Analisis Pemanfaatan Ruang di Kawasan Pembangunan Perikanan Pesisir Muara Kintap Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan [Tesis]. Semarang ID. Universitas Diponegoro 90 Lampiran 1. Kuesioner identifikasi permasalahan di wilayah pesisir A. Identitas Informan Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Diberi tanda [X] pada kotak pilihan yang tersedia. 1. Apakah BapakIbu mengetahui tentang istilah-istilah berikut : Wilayah Pesisir a. Ya b. Tidak Zonasi Pesisir a. Ya b. Tidak Sektor Perikanan dan Kelautan a. Ya b. Tidak Penataan ruang a. Ya b. Tidak Sumberdaya Kelautan dan perikanan a. Ya b. Tidak Sumberdaya sosial dan ekonomi a. Ya b. Tidak Sumberdaya Manusia a. Ya b. Tidak Sarana dan Prasarana Perikanan a. Ya b. Tidak Perikanan Tangkap a. Ya b. Tidak Perikanan Budidaya a. Ya b. Tidak Pelabuhan perikanan a. Ya b. Tidak Pariwisata bahari a. Ya b. Tidak Konservasi perairan laut a. Ya b. Tidak Industri perikanan a. Ya b. Tidak Pemukiman wilayah pesisir a. Ya b. Tidak Kebijakan di wilayah pesisir a. Ya b. Tidak 2. Apakah BapakIbu mengetahui sektor Kelautan dan Perikanan Kab. Pandeglang ? a. Tidak Tahu b. Tahu Mohon BapakIbu memberikan pejelasan singkat. 3. Apakah BapakIbu mengetahui potensi kelautan dan perikanan di Kab. Pandeglang? a. Tidak Tahu b. Tahu Mohon BapakIbu memberikan pejelasan singkat. 4. Dalam perumusan kebijakan pembangunan sektor perikanan dan Kelautan apakah memperhatikan potensi lokal yang ada? a. Tidak Tahu b. Tahu 91 Mohon BapakIbu memberikan pejelasan singkat. 5. Apakah BapakIbu mengetahui prioritas pembangunan sektor perikanan dan kelautan di Kab. Pandeglang ? a. Tidak Tahu b. Tahu Mohon BapakIbu memberikan pejelasan singkat. 6. Apakah menurut BapakIbu kebijakan pembangunan perikanan dan kelautan sudah cukup baik dan kondusif untuk mendukung pengelolaan wilayah pesisir di kabupaten Pandeglang? a. Sudah b. Belum Mohon BapakIbu memberikan pejelasan singkat B. Tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap kebijakan dan implikasi kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan 1. Menurut Bapakibu, faktor apa saja yang mempengaruhi pertimbangan penetapan kebijakan terkait dengan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan Ekologi Ekonomi Sosial 92 C. Tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap isu zonasi ruang, faktor penyebab isu dan solusi alternatif dalam rangka meresponnya. 1. Apa isu dalam implementasi kebijakan 2. Apa faktor penyebab isu tersebut 3. Apa solusi alternatif yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi isu tersebut 93 Lampiran 2. Rekapitulasi hasil pembobotan tingkat pengaruh kriteria menurut responden I Pada bagian ini, Anda diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan pengaruh antar kluster dalam pemanfaatan ruang Menurut Bapaklbu, berdasarkan pengalaman selama ini berapa kali lebih berpengaruhkah faktor yang Bapaklbu pilih tersebut dibanding yang kurang berpengaruh untuk menentukan terwujudnya pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu? Fungsi Pemanfaatan Ruang Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Ekologi 7 8 5 9 7 9 7 5 5 6 6 5 6.43 Kebijakan 7 7 7 9 5 8 7 7 8 5 7 4 6.60 Sosek 6 6 6 8 4 8 5 6 7 5 5 6 5.89 II Pada bagian ini, Anda diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan pengaruh antara kriteria dalam kaitannya dengan kriteria lain di dalam kluster dan antar kluster berbeda 1. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria kualitas perairan pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek? Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Kesesuaian fisik 8 7 7 8 7 6 7 8 6 7 8 7 7.13 Area bernilai tinggi 7 8 7 7 7 7 6 7 7 8 7 7 7.07 Resiko bahaya 6 4 6 6 6 5 6 6 7 6 6 6 5.79 Penggunaan lahan 5 6 7 6 5 6 5 6 5 6 5 5 5.55 Pengaruh iklim global 7 4 6 8 4 4 4 4 4 4 4 4 4.59 Kedekatan dengan sumber pencemar 5 6 7 5 5 4 5 5 6 5 5 6 5.28 Kriteria sosek dan kebijakan Sapras 8 6 7 6 6 6 5 5 6 5 5 5 5.77 Struktur populasi 4 7 7 6 7 6 6 7 8 7 6 5 6.24 Tekanan penduduk 4 8 6 6 8 8 8 6 7 8 7 7 6.80 RTRW 4 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6.76 RZWP3K 8 7 6 6 6 5 6 5 5 5 6 6 5.86 94 2. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria kesesuaian fisik pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek? Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Kualitas perairan 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7.00 Area bernilai tinggi 4 8 7 6 7 8 8 8 6 7 7 7 6.81 Resiko bahaya 7 6 6 5 6 7 7 7 7 6 6 6 6.30 Penggunaan lahan 4 7 7 5 6 6 6 7 6 6 5 5 5.76 Pengaruh iklim global 8 4 6 6 5 5 4 5 5 5 6 4 5.15 Kedekatan dengan sumber pencemar 5 5 6 5 5 6 5 6 4 4 4 6 5.03 Kriteria sosek dan kebijakan Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Transportasi 7 8 8 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7.24 Sapras 8 8 8 6 7 8 6 7 6 7 7 7 7.04 Struktur Penduduk 5 7 7 7 6 6 5 6 5 6 6 6 5.96 RZWP3K 5 8 7 7 7 7 7 8 8 7 8 8 7.20 RTRW 7 7 7 6 5 5 7 5 5 6 6 5 5.85 3 . Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria area bernilai tinggi pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek? Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Kualitas perairan 8 8 8 7 7 8 7 7 7 7 8 8 7.48 Kesesuaian fisik 7 8 7 7 7 7 8 8 7 7 7 7 7.24 Resiko bahaya 6 7 7 6 5 6 6 5 5 5 6 6 5.79 Penggunaan lahan 4 6 7 7 6 7 6 6 6 6 5 5 5.85 Pengaruh iklim global 6 4 5 7 4 5 5 4 4 5 5 5 4.85 Kedekatan dengan sumber pencemar 5 7 6 6 5 6 5 6 5 6 4 6 5.53 95 Kriteria sosek dan kebijakan Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Transportasi 8 8 7 6 8 7 7 8 8 7 6 7 7.21 Struktur Populasi penduduk 3 6 4 5 5 5 5 4 4 5 4 3 4.33 Tekanan penduduk 5 7 5 4 6 5 7 7 7 6 7 6 5.91 RZWP3K 5 8 5 7 7 7 7 6 7 6 6 5 6.26 RTRW 8 7 8 6 6 5 5 5 6 7 5 7 6.16 4 . Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria resiko bahaya pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek? Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Kualitas perairan 7 4 7 7 5 4 5 4 5 4 4 5 4.96 Kesesuaian fisik 7 7 6 6 8 7 8 8 7 7 7 8 7.13 Area bernilai tinggi 5 6 7 7 7 6 6 7 6 7 7 7 6.47 Penggunaan lahan 5 5 5 6 6 5 6 6 6 5 5 6 5.48 Pengaruh iklim global 8 4 5 7 6 7 7 6 7 6 6 7 6.24 Kedekatan dengan sumber pencemar 7 7 7 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5.14 Kriteria sosek dan kebijakan Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Sarana Prasarana 5 7 7 6 7 7 6 7 8 8 8 8 6.94 Transportasi 8 8 8 7 8 7 7 8 7 7 7 7 7.40 Struktur populasi penduduk 5 6 6 7 6 6 5 6 5 5 5 5 5.55 Tekanan penduduk 5 6 6 7 5 6 6 5 6 6 6 5 5.72 Kedekatan dengan sapras penting 7 7 7 7 7 7 7 7 6 6 6 6 6.65 RTRW 5 8 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7.61 RZWP3K 7 7 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7.08 5. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria penggunaan lahan pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek? 96 Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Kualitas perairan 7 7 7 8 7 8 8 7 7 8 8 7 7.40 Kesesuaian fisik 8 7 7 7 7 7 7 8 8 7 7 7 7.24 Area bernilai tinggi 5 7 7 7 7 7 7 6 6 6 7 7 6.55 Resiko bahaya 5 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6 6.72 Pengaruh iklim global 5 4 5 6 6 5 5 4 4 5 5 5 4.87 Kedekatan dengan sumber pencemar 6 6 6 6 6 6 6 5 6 6 6 6 5.91 Kriteria sosek dan kebijakan Sarana Prasarana 6 7 7 7 7 6 8 7 6 7 7 7 6.81 Transportasi 6 8 8 6 7 7 6 6 8 7 7 6 6.79 Struktur populasi penduduk 8 6 6 6 6 6 7 6 6 6 6 6 6.23 Tekanan penduduk 7 6 6 7 5 5 6 5 5 6 5 5 5.62 Kedekatan dengan sapras penting 6 7 7 7 8 8 7 7 7 7 6 7 6.98 RTRW 5 8 7 7 8 8 8 8 8 8 8 7 7.44 RZWP3K 7 7 7 5 7 6 7 7 7 7 7 7 6.72 6. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria pengaruh iklim global pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek? Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Kualitas perairan 7 8 7 8 8 6 7 7 7 6 6 7 6.96 Kesesuaian fisik 6 7 6 7 7 7 6 5 6 6 5 4 5.92 Area bernilai tinggi 8 7 7 7 6 8 7 6 8 7 7 7 7.05 Resiko bahaya 7 8 7 6 7 7 7 8 6 7 7 8 7.05 Penggunaan lahan 5 6 5 5 6 5 6 5 5 5 4 4 5.04 Kedekatan dengan sumber pencemar 5 4 5 4 5 6 5 6 5 5 5 5 4.97 97 7. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria kedekatan dengan sumber pencemar pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek? Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Kualitas perairan 6 8 8 7 6 6 5 6 7 6 5 6 6.27 Kesesuaian fisik 8 7 7 6 5 6 6 6 5 6 6 5 6.02 Area bernilai tinggi 5 8 7 6 4 5 4 5 5 4 5 5 5.13 Resiko bahaya 5 7 7 6 7 8 7 7 6 7 7 7 6.71 Penggunaan lahan 6 6 7 6 8 7 7 8 7 7 8 7 6.96 Pengaruh iklim global 7 4 6 7 5 4 5 4 4 5 4 4 4.80 Kriteria sosek dan kebijakan Transportasi 5 7 7 8 7 7 7 7 7 6 6 5 6.52 Struktur Populasi penduduk 8 6 7 6 6 7 6 6 6 7 7 7 6.55 Tekanan Penduduk 8 7 6 7 7 6 7 7 7 7 7 7 6.90 RTRW 5 7 7 7 8 6 6 7 7 5 7 7 6.52 RZWP3K 7 7 6 7 6 7 7 7 7 7 8 5 6.71 8. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria RTRW pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek? Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Penggunaan lahan 8 6 8 8 6 7 8 8 8 8 8 8 7.54 Kesesuaian fisik 6 6 6 5 7 6 7 6 6 7 6 7 6.22 Resiko bahaya 5 7 7 4 6 5 6 7 5 6 6 6 5.76 Kualitas perairan 7 7 7 7 8 7 7 8 7 8 7 7 7.24 Area bernilai tinggi 8 7 7 7 7 7 8 7 7 7 7 7 7.16 Pengaruh iklim global 5 6 7 4 5 6 4 7 5 5 5 7 5.40 Kedekatan dengan sumber pencemar 4 4 6 7 5 4 7 5 4 5 5 5 4.98 98 Kriteria sosek Transportasi 7 6 6 8 6 6 5 6 5 5 5 5 5.77 Tekanan Penduduk 5 7 7 7 7 7 8 8 7 6 7 7 6.87 Sapras perikanan 6 7 7 7 7 7 6 7 6 7 7 6 6.65 Struktur populasi penduduk 6 8 7 6 8 7 7 8 7 7 6 7 6.96 Kedekatan dengan sapras penting 5 6 6 7 5 6 5 6 5 5 5 5 5.46 9. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria RZWP3K pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek ? Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Kualitas perairan 6 8 6 8 8 7 8 8 8 8 8 8 7.54 Kesesuaian fisik 6 8 6 7 8 8 7 7 7 7 7 6 6.96 Area bernilai tinggi 7 8 7 7 8 7 7 7 7 7 7 7 7.16 Resiko bahaya 5 8 7 6 8 6 6 6 6 6 6 6 6.28 Penggunaan lahan 8 8 8 7 6 8 8 8 8 8 7 7 7.55 Pengaruh iklim global 7 4 7 7 5 5 4 5 5 5 6 6 5.40 Kedekatan dengan sumber pencemar 5 7 7 6 4 4 5 5 5 5 4 4 4.98 Kriteria sosek Sarana dan prasarana 8 6 7 8 8 7 7 8 8 8 8 8 7.55 Struktur populasi penduduk 5 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6.88 Kedekatan dengan sapras penting 6 8 7 6 6 5 6 7 7 7 6 5 6.28 Tekanan Penduduk 5 8 7 7 8 8 7 6 6 6 6 7 6.69 Transportasi 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7.00 Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria transportasi pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek? 99 10. Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Kesesuaian fisik 5 7 6 7 8 8 7 7 7 8 7 7 6.95 Penggunaan lahan 8 8 7 6 7 7 7 7 8 7 8 8 7.31 Pengaruh iklim global 7 4 7 7 4 5 6 5 6 6 5 6 5.57 Resiko bahaya 3 7 7 6 8 7 8 7 8 7 7 7 6.66 Kriteria kebijakan RZWP3K 8 7 8 8 7 7 7 7 7 7 7 7 6.22 RTRW 7 8 8 7 8 8 7 7 8 8 7 7 6.41 Kriteria sosek Struktur Populasi Penduduk 7 6 7 8 5 5 6 6 5 6 4 5 5.74 Sarana dan prasarana 5 8 7 8 8 8 7 7 8 7 8 8 7.36 Kedekatan dengan sapras penting 6 7 7 7 7 7 7 8 7 7 7 7 6.99 Tekanan Penduduk 6 6 6 6 5 5 5 5 5 6 5 4 5.30 11. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria struktur populasi penduduk pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek? Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Area bernilai tinggi 4 7 7 7 8 7 7 6 7 6 6 7 6.50 Kedekatan dengan sumber pencemar 5 7 7 6 6 6 6 7 6 7 6 6 6.22 Kesesuaian fisik 4 5 6 5 5 5 5 6 6 6 7 5 5.36 Penggunaan lahan 7 7 7 6 7 7 6 8 8 7 7 7 6.98 Resiko bahaya 6 6 6 6 7 6 7 7 8 7 6 6 6.47 Kriteria sosek dan kebijakan Sarana dan prasarana 5 7 7 7 8 8 7 7 7 7 7 7 6.96 Kedekatan dengan sapras 6 7 7 6 7 7 8 8 7 8 8 8 7.21 100 penting Transportasi 7 8 8 5 6 5 6 6 6 5 6 5 6.00 Tekanan Penduduk 8 7 8 4 7 6 7 7 6 8 7 7 6.73 RTRW 7 5 5 6 6 5 5 6 4 5 6 5 5.36 RZWP3K 7 7 4 8 7 7 6 6 7 6 7 7 6.50 12. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria kedekatan dengan sapras penting pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek? Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Kedekatan dengan sumber pencemar 7 7 7 8 7 7 6 6 6 7 7 7 6.81 Kesesuaian fisik 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 7.16 Resiko bahaya 5 7 8 6 8 7 8 7 8 7 7 7 7.03 Penggunaan lahan 8 8 8 7 8 7 7 8 7 7 7 7 7.40 Kriteria kebijakan RZWP3K 7 7 7 7 5 7 7 7 5 6 7 7 6.53 RTRW 5 8 7 8 7 7 8 8 7 7 8 8 7.28 Kriteria sosek Struktur Populasi Penduduk 7 7 7 8 7 6 6 7 7 7 6 6 6.72 Sarana dan prasarana 5 7 7 7 7 7 7 8 7 7 7 7 6.88 Transportasi 6 8 8 6 8 8 7 7 8 8 7 7 7.29 Tekanan Penduduk 8 7 7 5 6 6 6 8 5 7 5 6 6.25 13. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria sarana dan prasarana pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek? Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Kualitas perairan 4 8 8 8 8 7 8 7 7 8 8 8 7.30 Kesesuaian fisik perairan 7 8 8 7 8 7 7 7 8 7 7 7 7.32 Area bernilai tinggi 6 8 8 6 7 6 7 7 6 6 6 6 6.54 Resiko bahaya 4 7 7 5 8 8 8 8 7 7 7 7 6.79 101 Penggunaan lahan 8 7 7 6 7 6 6 6 6 6 6 6 6.39 Pengaruh iklim global 6 4 6 7 6 4 4 5 5 4 4 5 4.90 Kedekatan dengan sumber pencemar 4 7 7 6 6 5 5 4 4 5 5 5 5.16 Kriteria kebijakan RTRW 7 7 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7.08 RZWP3K 5 8 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7.61 Kriteria sosek Struktur Populasi Penduduk 6 6 7 8 8 7 8 8 7 7 7 7 7.13 Kedekatan dengan sapras penting 7 8 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7.16 Transportasi 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8.00 Tekanan Penduduk 5 7 7 7 7 8 8 8 8 7 7 7 7.12 14. Menurut BapakIbu berapa bobot yang diberikan untuk memenuhi besarnya pengaruh dalam kriteria tekanan penduduk pada kriteria dalam kluster ekologi, kebijakan dan sosek? Kriteria ekologi Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Area bernilai tinggi 5 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 7.69 Kualitas Perairan 5 7 8 6 7 7 6 7 6 7 7 7 6.62 Kesesuaian fisik 7 7 7 7 6 6 6 6 7 7 7 6 6.56 Penggunaan lahan 8 8 7 6 8 7 7 6 7 6 6 7 6.88 Resiko bahaya 6 7 7 5 5 5 5 5 6 6 6 6 5.71 Kriteria kebijakan Muhadi Ali Iik Budi Adi Ririn Mae Yudi Wahyul Hasym Agus Mahyudin Rataan geometrik Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot RZWP3K 7 7 8 8 7 7 7 7 7 7 7 7 7.16 RTRW 5 8 7 7 8 8 8 8 8 8 8 8 7.52 Kriteria sosek Struktur Populasi Penduduk 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8.00 102 Sarana dan prasarana 6 8 8 7 7 8 6 7 7 7 6 5 6.77 Kedekatan dengan sapras penting 5 7 7 6 6 6 7 7 7 7 6 6 6.38 Transportasi 7 8 7 5 7 7 7 8 7 6 7 7 6.87 Sumber : Hasil wawancara dan analisis, 2012 Lampiran 3. Matriks tak terboboti unnweighted supermatrix Kluster Kriteria Ekologi Kebijakan Sosek 1 2 3 4 5 6 7 1 2 1 2 3 4 5 Ekologi 1 0.0000 0.1429 0.1889 0.1997 0.1906 0.1693 0.1827 0.1616 0.1802 0.0000 0.1473 0.0000 0.2062 0.2298 2 0.1505 0.0000 0.1395 0.1491 0.1344 0.1528 0.1451 0.1124 0.1253 0.2398 0.1162 0.0000 0.1973 0.0000 3 0.1971 0.1677 0.0000 0.2014 0.1600 0.1871 0.2013 0.1404 0.1752 0.2521 0.1649 0.2624 0.1700 0.1961 4 0.2036 0.1747 0.1942 0.0000 0.1882 0.1913 0.1400 0.1634 0.1898 0.0000 0.1644 0.0000 0.0000 0.1978 5 0.1320 0.1337 0.1429 0.1296 0.0000 0.1259 0.1762 0.1219 0.1359 0.0000 0.1104 0.2103 0.0000 0.0000 6 0.1592 0.1939 0.1598 0.1567 0.1363 0.0000 0.1547 0.1702 0.1900 0.2606 0.1439 0.2760 0.2214 0.2056 7 0.1576 0.1870 0.1748 0.1635 0.1906 0.1737 0.0000 0.1300 0.0036 0.2475 0.1529 0.2514 0.2052 0.1707 Kebijakan 1 0.4960 0.4928 0.4483 0.5356 0.0000 0.5254 0.5180 0.0000 1.0000 0.5272 0.4819 0.5075 0.4519 0.5122 2 0.5040 0.5072 0.5517 0.4644 0.0000 0.4746 0.4820 1.0000 0.0000 0.4728 0.5181 0.4925 0.5481 0.4878 Sosek 1 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.2152 0.2061 0.1722 0.1826 0.0000 0.2435 0.2753 0.2680 0.2277 2 0.0000 0.0000 0.3478 0.3067 0.0000 0.2100 0.2151 0.2097 0.2195 0.2535 0.0000 0.2899 0.2587 0.2416 3 0.4132 0.3265 0.3577 0.0000 0.0000 0.2094 0.2294 0.1820 0.2035 0.2686 0.2720 0.0000 0.2230 0.2452 4 0.2481 0.3280 0.2945 0.3317 0.0000 0.1921 0.1720 0.2195 0.2000 0.2476 0.2424 0.2261 0.0000 0.2855 5 0.3387 0.3455 0.0000 0.3615 0.0000 0.1733 0.1773 0.2167 0.1945 0.2303 0.2421 0.2087 0.2502 0.0000 JUMLAH 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 1.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000 Keterangan: Objek Ekologi : 1. Area bernilai tinggi, 2. Kedekatan dengan sumber pencemar, 3 Kesesuaian fisik, 4. Kualitas Perairan, 5. Pengaruh iklim global, 6. Penggunaan Lahan , 7. Resiko bahaya Objek Kebijakan : 1. RTRW Kabupaten Pandeglang, 2. RZWP3K Provinsi Banten Objek Sosial ekonomi : 1. Kedekatan dengan sapras penting, 2. Sapras Perikanan, 3. Sarana transportasi, 4. Struktur populasi penduduk, 5. Tekanan penduduk 103 Lampiran 4. Matriks terboboti weighted supermatrix Kluster Kriteria Ekologi Kebijakan Sosek 1 2 3 4 5 6 7 1 2 1 2 3 4 5 Ekologi 1 0.0000 0.0486 0.0642 0.0679 0.1906 0.0575 0.0621 0.0549 0.0612 0.0000 0.0501 0.0000 0.0701 0.0781 2 0.0512 0.0000 0.0474 0.0507 0.1344 0.0519 0.0493 0.0382 0.0426 0.0815 0.0395 0.0000 0.0670 0.0000 3 0.0670 0.0570 0.0000 0.0684 0.1600 0.0636 0.0684 0.0477 0.0595 0.0857 0.0560 0.0892 0.0578 0.0666 4 0.0692 0.0594 0.0660 0.0000 0.1882 0.0650 0.0476 0.0555 0.0645 0.0000 0.0559 0.0000 0.0000 0.0672 5 0.0449 0.0455 0.0486 0.0441 0.0000 0.0428 0.0599 0.0414 0.0462 0.0000 0.0375 0.0715 0.0000 0.0000 6 0.0541 0.0659 0.0543 0.0533 0.1363 0.0000 0.0526 0.0578 0.0646 0.0886 0.0489 0.0938 0.0752 0.0699 7 0.0536 0.0635 0.0594 0.0556 0.1906 0.0590 0.0000 0.0442 0.0012 0.0841 0.0520 0.0854 0.0697 0.0580 Kebijakan 1 0.1730 0.1719 0.1564 0.1868 0.0000 0.1833 0.1807 0.0000 0.3488 0.1839 0.1681 0.1770 0.1576 0.1787 2 0.1758 0.1769 0.1925 0.1620 0.0000 0.1656 0.1681 0.3488 0.0000 0.1649 0.1807 0.1718 0.1912 0.1701 Sosek 1 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0670 0.0642 0.0536 0.0568 0.0000 0.0758 0.0857 0.0834 0.0709 2 0.0000 0.0000 0.1083 0.0955 0.0000 0.0654 0.0670 0.0653 0.0683 0.0789 0.0000 0.0902 0.0805 0.0752 3 0.1286 0.1016 0.1114 0.0000 0.0000 0.0652 0.0714 0.0566 0.0633 0.0836 0.0847 0.0000 0.0694 0.0763 4 0.0772 0.1021 0.0917 0.1033 0.0000 0.0598 0.0536 0.0683 0.0623 0.0771 0.0755 0.0704 0.0000 0.0889 5 0.1054 0.1076 0.0000 0.1125 0.0000 0.0539 0.0552 0.0674 0.0605 0.0717 0.0754 0.0650 0.0779 0.0000 JUMLAH 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 Keterangan: Objek Ekologi : 1. Area bernilai tinggi, 2. Kedekatan dengan sumber pencemar, 3 Kesesuaian fisik, 4. Kualitas Perairan, 5. Pengaruh iklim global, 6. Penggunaan Lahan , 7. Resiko bahaya Objek Kebijakan : 1. RTRW Kabupaten Pandeglang, 2. RZWP3K Provinsi Banten Objek Sosial ekonomi : 1. Kedekatan dengan sapras penting, 2. Sapras Perikanan, 3. Sarana transportasi, 4. Struktur populasi penduduk, 5. Tekanan penduduk 104 Lampiran 5. Matriks pembatas limiting matrix Kluster Kriteria Ekologi Kebijakan Sosek 1 2 3 4 5 6 7 1 2 1 2 3 4 5 Ekologi 1 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 0.0555 2 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 0.0434 3 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 0.0623 4 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 0.0518 5 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 0.0372 6 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 0.0628 7 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 0.0515 Kebijakan 1 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 0.1676 2 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 0.1682 Sosek 1 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 0.0461 2 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 0.0611 3 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 0.0647 4 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 0.0664 5 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 0.0614 JUMLAH 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 Keterangan: Objek Ekologi : 1. Area bernilai tinggi, 2. Kedekatan dengan sumber pencemar, 3 Kesesuaian fisik, 4. Kualitas Perairan, 5. Pengaruh iklim global, 6. Penggunaan Lahan , 7. Resiko bahaya Objek Kebijakan : 1. RTRW Kabupaten Pandeglang, 2. RZWP3K Provinsi Banten Objek Sosial ekonomi : 1. Kedekatan dengan sapras penting, 2. Sapras Perikanan, 3. Sarana transportasi, 4. Struktur populasi penduduk, 5. Tekanan penduduk 105 Lampiran 6. Luas lahan kesesuaian pemanfaatan ruang wilayah darat NO DESA LUAS m2 Luas ha BOBOT BUDIDAYA BOBOT KONSERVASI BOBOT PARIWISATA BOBOT PELABUHAN BOBOT TANGKAP ZONASI 1 Banjarmasin 28362.390 2.84 121 Kurang sesuai 126 Kurang Sesuai 123 Tidak sesuai 171 Kurang sesuai 161 Kurang sesuai 2 Banjarmasin 148464.231 14.85 127 Kurang sesuai 135 Kurang Sesuai 130 Tidak sesuai 171 Kurang sesuai 168 Kurang sesuai 3 Banjarmasin 2232194.169 223.22 127 Kurang sesuai 135 Kurang Sesuai 130 Tidak sesuai 171 Kurang sesuai 168 Kurang sesuai 4 Banjarmasin 4155.678 0.42 134 Kurang sesuai 144 Kurang Sesuai 137 Kurang sesuai 171 Kurang sesuai 176 Kurang sesuai 5 Banjarmasin 31270.983 3.13 134 Kurang sesuai 144 Kurang Sesuai 137 Kurang sesuai 171 Kurang sesuai 176 Kurang sesuai 6 Banjarmasin 44967.166 4.50 164 Sesuai 110 Tidak Sesuai 149 Kurang sesuai 191 Sesuai 190 Kurang sesuai BUDIDAYA 7 Banyuasih 2500735.134 250.07 106 Tidak sesuai 137 Kurang Sesuai 107 Tidak sesuai 115 Tidak sesuai 121 Tidak sesuai 8 Banyuasih 3908658.118 390.87 106 Tidak sesuai 137 Kurang Sesuai 114 Tidak sesuai 122 Tidak sesuai 121 Tidak sesuai 9 Banyuasih 297844.616 29.78 106 Tidak sesuai 137 Kurang Sesuai 121 Tidak sesuai 129 Tidak sesuai 121 Tidak sesuai 10 Banyuasih 545212.840 54.52 112 Tidak sesuai 162 Kurang Sesuai 128 Tidak sesuai 129 Tidak sesuai 128 Tidak sesuai 11 Banyuasih 2988801.648 298.88 143 Kurang sesuai 137 Kurang Sesuai 133 Tidak sesuai 142 Tidak sesuai 143 Tidak sesuai 12 Banyuasih 18391195.669 1839.12 143 Kurang sesuai 137 Kurang Sesuai 140 Kurang sesuai 149 Kurang sesuai 143 Tidak sesuai 13 Caringin 111368.595 11.14 113 Tidak sesuai 150 Kurang Sesuai 156 Kurang sesuai 145 Kurang sesuai 139 Tidak sesuai 14 Caringin 1090794.476 109.08 131 Kurang sesuai 101 Tidak Sesuai 195 Sesuai 184 Sesuai 182 Kurang sesuai PARIWISATA 15 Caringin 34021.519 3.40 144 Kurang sesuai 119 Tidak Sesuai 209 Sesuai 184 Sesuai 197 Sesuai PARIWISATA 16 Caringin 2575616.486 257.56 150 Kurang sesuai 125 Kurang Sesuai 175 Sesuai 165 Kurang sesuai 161 Kurang sesuai PARIWISATA 17 Carita 54183.117 5.42 119 Kurang sesuai 159 Kurang Sesuai 150 Kurang sesuai 159 Kurang sesuai 162 Kurang sesuai 18 Carita 139185.659 13.92 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 150 Kurang sesuai 152 Kurang sesuai 170 Kurang sesuai KONSERVASI 19 Carita 212942.230 21.29 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 150 Kurang sesuai 152 Kurang sesuai 170 Kurang sesuai KONSERVASI 20 Carita 242453.898 24.25 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 157 Kurang sesuai 159 Kurang sesuai 170 Kurang sesuai KONSERVASI 21 Carita 1584546.415 158.45 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 157 Kurang sesuai 159 Kurang sesuai 170 Kurang sesuai KONSERVASI 22 Carita 2301024.990 230.10 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 157 Kurang sesuai 159 Kurang sesuai 170 Kurang sesuai KONSERVASI 23 Cibungur 108568.865 10.86 132 Kurang sesuai 134 Kurang Sesuai 123 Tidak sesuai 145 Kurang sesuai 130 Tidak sesuai 24 Cibungur 5950122.978 595.01 169 Sesuai 109 Tidak Sesuai 142 Kurang sesuai 165 Kurang sesuai 152 Kurang sesuai BUDIDAYA 25 Cigondang 2913.315 0.29 111 Tidak sesuai 161 Kurang Sesuai 135 Kurang sesuai 148 Kurang sesuai 150 Kurang sesuai 26 Cigondang 29602.592 2.96 111 Tidak sesuai 161 Kurang Sesuai 135 Kurang sesuai 148 Kurang sesuai 150 Kurang sesuai 27 Cigondang 4501.573 0.45 111 Tidak sesuai 161 Kurang Sesuai 151 Kurang sesuai 148 Kurang sesuai 150 Kurang sesuai 28 Cigondang 904.574 0.09 113 Tidak sesuai 126 Kurang Sesuai 136 Kurang sesuai 158 Kurang sesuai 161 Kurang sesuai 29 Cigondang 70639.223 7.06 119 Kurang sesuai 135 Kurang Sesuai 143 Kurang sesuai 158 Kurang sesuai 168 Kurang sesuai 30 Cigondang 17533.003 1.75 131 Kurang sesuai 77 Tidak Sesuai 175 Sesuai 197 Sesuai 204 Sesuai Pariwisata, Pelabuhan, Penangkapan 31 Cigondang 5051876.270 505.19 137 Kurang sesuai 86 Tidak Sesuai 182 Sesuai 197 Sesuai 211 Sesuai Pariwisata, Pelabuhan, Penangkapan 32 Cigondang 30196.534 3.02 150 Kurang sesuai 101 Tidak Sesuai 155 Kurang sesuai 178 Kurang sesuai 183 Kurang sesuai 33 Cigondang 317496.265 31.75 156 Kurang sesuai 110 Tidak Sesuai 162 Kurang sesuai 178 Kurang sesuai 190 Kurang sesuai 34 Cigorondong 3858700.280 385.87 158 Sesuai 162 Kurang Sesuai 115 Tidak sesuai 122 Tidak sesuai 126 Tidak sesuai BUDIDAYA 35 Cigorondong 4839277.015 483.93 158 Sesuai 162 Kurang Sesuai 115 Tidak sesuai 122 Tidak sesuai 126 Tidak sesuai BUDIDAYA 36 Cigorondong 3618017.189 361.80 158 Sesuai 162 Kurang Sesuai 122 Tidak sesuai 129 Tidak sesuai 126 Tidak sesuai BUDIDAYA 37 Cigorondong 201911.351 20.19 158 Sesuai 162 Kurang Sesuai 129 Tidak sesuai 136 Tidak sesuai 126 Tidak sesuai BUDIDAYA 38 Cigorondong 62577.536 6.26 166 Sesuai 162 Kurang Sesuai 136 Kurang sesuai 136 Tidak sesuai 135 Tidak sesuai BUDIDAYA 39 Cigorondong 354474.053 35.45 170 Sesuai 162 Kurang Sesuai 136 Kurang sesuai 136 Tidak sesuai 140 Tidak sesuai BUDIDAYA 40 Cigorondong 218723.446 21.87 191 Sesuai 137 Kurang Sesuai 141 Kurang sesuai 149 Kurang sesuai 143 Tidak sesuai BUDIDAYA 41 Cigorondong 1088813.034 108.88 191 Sesuai 137 Kurang Sesuai 148 Kurang sesuai 156 Kurang sesuai 143 Tidak sesuai BUDIDAYA 42 Cigorondong 1973481.214 197.35 195 Sesuai 137 Kurang Sesuai 141 Kurang sesuai 149 Kurang sesuai 148 Kurang sesuai BUDIDAYA 43 Cigorondong 3788408.046 378.84 195 Sesuai 137 Kurang Sesuai 148 Kurang sesuai 156 Kurang sesuai 148 Kurang sesuai BUDIDAYA 44 Citeureup 4562387.702 456.24 121 Kurang sesuai 133 Kurang Sesuai 129 Tidak sesuai 145 Kurang sesuai 163 Kurang sesuai 45 Citeureup 1543128.605 154.31 121 Kurang sesuai 133 Kurang Sesuai 136 Kurang sesuai 152 Kurang sesuai 163 Kurang sesuai 46 Citeureup 390832.280 39.08 127 Kurang sesuai 158 Kurang Sesuai 150 Kurang sesuai 159 Kurang sesuai 170 Kurang sesuai 47 Citeureup 130692.428 13.07 139 Kurang sesuai 109 Tidak Sesuai 175 Sesuai 191 Sesuai 206 Sesuai PARIWISATA 106 48 Citeureup 10753093.972 1075.31 139 Kurang sesuai 109 Tidak Sesuai 182 Sesuai 198 Sesuai 206 Sesuai PARIWISATA 49 Citeureup 4770.234 0.48 140 Kurang sesuai 176 Sesuai 164 Kurang sesuai 159 Kurang sesuai 185 Kurang sesuai KONSERVASI 50 Citeureup 25062.128 2.51 152 Kurang sesuai 127 Kurang Sesuai 196 Sesuai 198 Sesuai 221 Sesuai PENANGKAPAN 51 Citeureup 5063877.273 506.39 158 Sesuai 133 Kurang Sesuai 148 Kurang sesuai 165 Kurang sesuai 185 Kurang sesuai BUDIDAYA 52 Citeureup 5155441.057 515.54 158 Sesuai 133 Kurang Sesuai 155 Kurang sesuai 172 Kurang sesuai 185 Kurang sesuai BUDIDAYA 53 Citeureup 2921725.714 292.17 158 Sesuai 133 Kurang Sesuai 162 Kurang sesuai 179 Kurang sesuai 185 Kurang sesuai BUDIDAYA 54 Kertajaya 54095.821 5.41 125 Kurang sesuai 162 Kurang Sesuai 116 Tidak sesuai 129 Tidak sesuai 121 Tidak sesuai 55 Kertajaya 108404.680 10.84 125 Kurang sesuai 162 Kurang Sesuai 123 Tidak sesuai 136 Tidak sesuai 121 Tidak sesuai 56 Kertajaya 79336.874 7.93 129 Kurang sesuai 162 Kurang Sesuai 109 Tidak sesuai 122 Tidak sesuai 126 Tidak sesuai 57 Kertajaya 826154.404 82.62 129 Kurang sesuai 162 Kurang Sesuai 116 Tidak sesuai 129 Tidak sesuai 126 Tidak sesuai 58 Kertajaya 228842.582 22.88 129 Kurang sesuai 162 Kurang Sesuai 123 Tidak sesuai 136 Tidak sesuai 126 Tidak sesuai 59 Kertajaya 3491950.628 349.20 162 Sesuai 137 Kurang Sesuai 135 Kurang sesuai 149 Kurang sesuai 143 Tidak sesuai BUDIDAYA 60 Kertajaya 3647474.231 364.75 162 Sesuai 137 Kurang Sesuai 142 Kurang sesuai 156 Kurang sesuai 143 Tidak sesuai BUDIDAYA 61 Kertajaya 714383.933 71.44 166 Sesuai 137 Kurang Sesuai 128 Tidak sesuai 142 Kurang sesuai 148 Kurang sesuai BUDIDAYA 62 Kertajaya 3219528.384 321.95 166 Sesuai 137 Kurang Sesuai 135 Kurang sesuai 149 Kurang sesuai 148 Kurang sesuai BUDIDAYA 63 Kertajaya 1565580.064 156.56 166 Sesuai 137 Kurang Sesuai 142 Kurang sesuai 156 Kurang sesuai 148 Kurang sesuai BUDIDAYA 64 Kertamukti 65859.557 6.59 136 Kurang sesuai 162 Kurang Sesuai 130 Tidak sesuai 123 Tidak sesuai 126 Tidak sesuai 65 Kertamukti 1683240.403 168.32 137 Kurang sesuai 162 Kurang Sesuai 116 Tidak sesuai 109 Tidak sesuai 126 Tidak sesuai 66 Kertamukti 4988674.988 498.87 137 Kurang sesuai 162 Kurang Sesuai 116 Tidak sesuai 109 Tidak sesuai 126 Tidak sesuai 67 Kertamukti 1492283.348 149.23 137 Kurang sesuai 162 Kurang Sesuai 123 Tidak sesuai 116 Tidak sesuai 126 Tidak sesuai 68 Kertamukti 279823.992 27.98 174 Sesuai 137 Kurang Sesuai 135 Kurang sesuai 129 Tidak sesuai 148 Kurang sesuai BUDIDAYA 69 Kertamukti 555402.316 55.54 174 Sesuai 137 Kurang Sesuai 142 Kurang sesuai 136 Tidak sesuai 148 Kurang sesuai BUDIDAYA 70 Kertamukti 463423.956 46.34 174 Sesuai 137 Kurang Sesuai 149 Kurang sesuai 143 Kurang sesuai 148 Kurang sesuai BUDIDAYA 71 Margagiri 255170.891 25.52 132 Kurang sesuai 126 Kurang Sesuai 123 Tidak sesuai 131 Tidak sesuai 130 Tidak sesuai 72 Margagiri 5832210.449 583.22 169 Sesuai 101 Tidak Sesuai 142 Kurang sesuai 151 Kurang sesuai 152 Kurang sesuai BUDIDAYA 73 Margasana 142083.735 14.21 132 Kurang sesuai 126 Kurang Sesuai 137 Kurang sesuai 152 Kurang sesuai 130 Tidak sesuai 74 Margasana 218894.737 21.89 149 Kurang sesuai 77 Tidak Sesuai 176 Sesuai 191 Sesuai 173 Kurang sesuai Pariwisata, Pelabuhan 75 Margasana 3167.299 0.32 150 Kurang sesuai 77 Tidak Sesuai 176 Sesuai 191 Sesuai 173 Kurang sesuai Pariwisata, Pelabuhan 76 Margasana 37732.897 3.77 155 Kurang sesuai 86 Tidak Sesuai 183 Sesuai 191 Sesuai 180 Kurang sesuai Pariwisata, Pelabuhan 77 Margasana 5330031.429 533.00 169 Sesuai 101 Tidak Sesuai 156 Kurang sesuai 172 Kurang sesuai 152 Kurang sesuai BUDIDAYA 78 Margasana 737.722 0.07 175 Sesuai 110 Tidak Sesuai 163 Kurang sesuai 172 Kurang sesuai 159 Kurang sesuai BUDIDAYA 79 Mekarsari 591219.277 59.12 134 Kurang sesuai 185 Sesuai 157 Kurang sesuai 139 Kurang sesuai 145 Tidak sesuai KONSERVASI 80 Mekarsari 71132.315 7.11 139 Kurang sesuai 118 Tidak Sesuai 182 Sesuai 178 Kurang sesuai 173 Kurang sesuai PARIWISATA 81 Mekarsari 24137415.041 2413.74 152 Kurang sesuai 136 Kurang Sesuai 196 Sesuai 178 Kurang sesuai 188 Kurang sesuai PARIWISATA 82 Mekarsari 1821045.339 182.10 171 Sesuai 160 Kurang Sesuai 176 Sesuai 159 Kurang sesuai 167 Kurang sesuai Budidaya, Pariwisata 83 Panimbang jaya 3339.784 0.33 161 Sesuai 126 Kurang Sesuai 143 Kurang sesuai 167 Kurang sesuai 163 Kurang sesuai 84 Panimbang jaya 388877.156 38.89 174 Sesuai 144 Kurang Sesuai 157 Kurang sesuai 167 Kurang sesuai 178 Kurang sesuai 85 Panimbang jaya 19134.138 1.91 179 Sesuai 77 Tidak Sesuai 182 Sesuai 206 Sesuai 206 Sesuai PELABUHAN 86 Panimbang jaya 9330629.218 933.06 192 Sesuai 95 Tidak Sesuai 196 Sesuai 206 Sesuai 221 Sesuai Budidaya, Pariwisata, Pelabuhan, Penangkapan 87 Pejamben 91729.787 9.17 113 Tidak sesuai 126 Kurang Sesuai 130 Tidak sesuai 171 Kurang sesuai 161 Kurang sesuai 88 Pejamben 425939.095 42.59 113 Tidak sesuai 126 Kurang Sesuai 130 Tidak sesuai 171 Kurang sesuai 161 Kurang sesuai 89 Pejamben 7216.238 0.72 119 Kurang sesuai 135 Kurang Sesuai 137 Kurang sesuai 171 Kurang sesuai 168 Kurang sesuai 90 Pejamben 6146.698 0.61 119 Kurang sesuai 135 Kurang Sesuai 137 Kurang sesuai 171 Kurang sesuai 168 Kurang sesuai 91 Pejamben 2929762.458 292.98 150 Kurang sesuai 101 Tidak Sesuai 149 Kurang sesuai 191 Sesuai 183 Kurang sesuai PELABUHAN 92 Pejamben 11540.733 1.15 156 Kurang sesuai 110 Tidak Sesuai 156 Kurang sesuai 191 Sesuai 190 Kurang sesuai PELABUHAN 93 Sidamukti 151839.062 15.18 121 Kurang sesuai 126 Kurang Sesuai 123 Tidak sesuai 186 Sesuai 177 Kurang sesuai PELABUHAN 94 Sidamukti 829987.026 83.00 139 Kurang sesuai 77 Tidak Sesuai 162 Kurang sesuai 225 Sesuai 220 Sesuai PELABUHAN, PENANGKAPAN 107 95 Sidamukti 17946.967 1.79 152 Kurang sesuai 95 Tidak Sesuai 176 Sesuai 225 Sesuai 235 Sesuai PELABUHAN, PENANGKAPAN 96 Sidamukti 4373212.707 437.32 158 Sesuai 101 Tidak Sesuai 142 Kurang sesuai 206 Sesuai 199 Sesuai PELABUHAN, PENANGKAPAN 97 Sukajadi 58167.510 5.82 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 164 Kurang sesuai 145 Kurang sesuai 154 Kurang sesuai KONSERVASI 98 Sukajadi 1519367.141 151.94 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 164 Kurang sesuai 145 Kurang sesuai 154 Kurang sesuai KONSERVASI 99 Sukajadi 37538.915 3.75 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 171 Kurang sesuai 152 Kurang sesuai 154 Kurang sesuai KONSERVASI 100 Sukajadi 245098.853 24.51 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 171 Kurang sesuai 152 Kurang sesuai 154 Kurang sesuai KONSERVASI 101 Sukajadi 627019.243 62.70 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 171 Kurang sesuai 152 Kurang sesuai 154 Kurang sesuai KONSERVASI 102 Sukajadi 950336.387 95.03 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 171 Kurang sesuai 152 Kurang sesuai 154 Kurang sesuai KONSERVASI 103 Sukamaju 1083524.559 108.35 131 Kurang sesuai 101 Tidak Sesuai 196 Sesuai 191 Sesuai 173 Kurang sesuai PARIWISATA 104 Sukamaju 11539.713 1.15 137 Kurang sesuai 110 Tidak Sesuai 203 Sesuai 191 Sesuai 180 Kurang sesuai PARIWISATA 105 Sukanagara 577259.670 57.73 113 Tidak sesuai 158 Kurang Sesuai 150 Kurang sesuai 139 Kurang sesuai 147 Tidak sesuai 106 Sukanagara 4535157.267 453.52 113 Tidak sesuai 158 Kurang Sesuai 150 Kurang sesuai 139 Kurang sesuai 147 Tidak sesuai 107 Sukanagara 10635944.939 1063.59 113 Tidak sesuai 158 Kurang Sesuai 150 Kurang sesuai 139 Kurang sesuai 147 Tidak sesuai 108 Sukanagara 0.039 0.00 113 Tidak sesuai 158 Kurang Sesuai 157 Kurang sesuai 146 Kurang sesuai 147 Tidak sesuai 109 Sukanagara 144848.200 14.48 113 Tidak sesuai 158 Kurang Sesuai 157 Kurang sesuai 146 Kurang sesuai 147 Tidak sesuai 110 Sukanagara 196000.157 19.60 113 Tidak sesuai 158 Kurang Sesuai 157 Kurang sesuai 146 Kurang sesuai 147 Tidak sesuai 111 Sukanagara 360435.693 36.04 113 Tidak sesuai 158 Kurang Sesuai 157 Kurang sesuai 146 Kurang sesuai 147 Tidak sesuai 112 Sukanagara 653165.258 65.32 113 Tidak sesuai 158 Kurang Sesuai 157 Kurang sesuai 146 Kurang sesuai 147 Tidak sesuai 113 Sukanagara 977670.815 97.77 113 Tidak sesuai 158 Kurang Sesuai 157 Kurang sesuai 146 Kurang sesuai 147 Tidak sesuai 114 Sukanagara 2362105.464 236.21 113 Tidak sesuai 158 Kurang Sesuai 157 Kurang sesuai 146 Kurang sesuai 147 Tidak sesuai 115 Sukanagara 46188.546 4.62 126 Kurang sesuai 176 Sesuai 164 Kurang sesuai 139 Kurang sesuai 162 Kurang sesuai KONSERVASI 116 Sukanagara 17308.750 1.73 126 Kurang sesuai 176 Sesuai 171 Kurang sesuai 146 Kurang sesuai 162 Kurang sesuai KONSERVASI 117 Sukarame 46244.492 4.62 113 Tidak sesuai 150 Kurang Sesuai 150 Kurang sesuai 132 Tidak sesuai 139 Tidak sesuai 118 Sukarame 5815.335 0.58 113 Tidak sesuai 150 Kurang Sesuai 157 Kurang sesuai 139 Kurang sesuai 139 Tidak sesuai 119 Sukarame 6191.409 0.62 113 Tidak sesuai 150 Kurang Sesuai 157 Kurang sesuai 139 Kurang sesuai 139 Tidak sesuai 120 Sukarame 17530.225 1.75 113 Tidak sesuai 150 Kurang Sesuai 157 Kurang sesuai 139 Kurang sesuai 139 Tidak sesuai 121 Sukarame 6118241.212 611.82 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 164 Kurang sesuai 132 Tidak sesuai 154 Kurang sesuai KONSERVASI 122 Sukarame 153085.704 15.31 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 171 Kurang sesuai 139 Kurang sesuai 154 Kurang sesuai KONSERVASI 123 Sukarame 1099692.028 109.97 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 171 Kurang sesuai 139 Kurang sesuai 154 Kurang sesuai KONSERVASI 124 Sukarame 1782373.532 178.24 126 Kurang sesuai 168 Sesuai 171 Kurang sesuai 139 Kurang sesuai 154 Kurang sesuai KONSERVASI 125 Sumberjaya 74196.425 7.42 133 Kurang sesuai 152 Kurang Sesuai 123 Tidak sesuai 130 Tidak sesuai 137 Tidak sesuai 126 Sumberjaya 3113286.244 311.33 170 Sesuai 127 Kurang Sesuai 135 Kurang sesuai 143 Kurang sesuai 159 Kurang sesuai BUDIDAYA 127 Sumberjaya 5166901.367 516.69 170 Sesuai 127 Kurang Sesuai 142 Kurang sesuai 150 Kurang sesuai 159 Kurang sesuai BUDIDAYA 128 Sumberjaya 210282.863 21.03 174 Sesuai 127 Kurang Sesuai 135 Kurang sesuai 143 Kurang sesuai 164 Kurang sesuai BUDIDAYA 129 Tamanjaya 12452.892 1.25 100 Tidak sesuai 211 Sesuai 104 Tidak sesuai 109 Tidak sesuai 121 Tidak sesuai KONSERVASI 130 Tamanjaya 23524.959 2.35 100 Tidak sesuai 211 Sesuai 104 Tidak sesuai 109 Tidak sesuai 121 Tidak sesuai KONSERVASI 131 Tamanjaya 27538.653 2.75 100 Tidak sesuai 211 Sesuai 97 Tidak sesuai 102 Tidak sesuai 121 Tidak sesuai KONSERVASI 132 Tamanjaya 2956603.748 295.66 100 Tidak sesuai 211 Sesuai 97 Tidak sesuai 102 Tidak sesuai 121 Tidak sesuai KONSERVASI 133 Tamanjaya 4280463.673 428.05 100 Tidak sesuai 211 Sesuai 97 Tidak sesuai 102 Tidak sesuai 121 Tidak sesuai KONSERVASI 134 Tamanjaya 236542.980 23.65 108 Tidak sesuai 211 Sesuai 118 Tidak sesuai 116 Tidak sesuai 130 Tidak sesuai KONSERVASI 135 Tamanjaya 234175.781 23.42 133 Kurang sesuai 186 Sesuai 116 Tidak sesuai 122 Tidak sesuai 138 Tidak sesuai KONSERVASI 136 Tamanjaya 1445486.385 144.55 133 Kurang sesuai 186 Sesuai 123 Tidak sesuai 129 Tidak sesuai 138 Tidak sesuai KONSERVASI 137 Tamanjaya 2872236.432 287.22 133 Kurang sesuai 186 Sesuai 130 Tidak sesuai 136 Tidak sesuai 138 Tidak sesuai KONSERVASI 138 Tamanjaya 41974.273 4.20 137 Kurang sesuai 186 Sesuai 116 Tidak sesuai 122 Tidak sesuai 143 Tidak sesuai KONSERVASI 139 Tamanjaya 174168.035 17.42 137 Kurang sesuai 186 Sesuai 123 Tidak sesuai 129 Tidak sesuai 143 Tidak sesuai KONSERVASI 140 Tamanjaya 61837.529 6.18 96 Tidak sesuai 211 Sesuai 104 Tidak sesuai 109 Tidak sesuai 116 Tidak sesuai KONSERVASI 141 Tamanjaya 317984.715 31.80 96 Tidak sesuai 211 Sesuai 97 Tidak sesuai 102 Tidak sesuai 116 Tidak sesuai KONSERVASI 142 Tangkilsari 1942430.013 194.24 117 Tidak sesuai 137 Kurang Sesuai 134 Tidak sesuai 135 Tidak sesuai 135 Tidak sesuai 143 Tangkilsari 8482433.014 848.24 117 Tidak sesuai 137 Kurang Sesuai 141 Kurang sesuai 142 Kurang sesuai 135 Tidak sesuai 144 Tangkilsari 1136983.238 113.70 121 Kurang sesuai 137 Kurang Sesuai 127 Tidak sesuai 128 Tidak sesuai 140 Tidak sesuai 108 145 Tangkilsari 638714.104 63.87 121 Kurang sesuai 137 Kurang Sesuai 134 Tidak sesuai 135 Tidak sesuai 140 Tidak sesuai 146 Tangkilsari 42748.247 4.27 80 Tidak sesuai 162 Kurang Sesuai 122 Tidak sesuai 122 Tidak sesuai 113 Tidak sesuai 147 Tangkilsari 405583.923 40.56 84 Tidak sesuai 162 Kurang Sesuai 108 Tidak sesuai 108 Tidak sesuai 118 Tidak sesuai 148 Tanjungjaya 1557703.367 155.77 121 Kurang sesuai 133 Kurang Sesuai 143 Kurang sesuai 123 Tidak sesuai 139 Tidak sesuai 149 Tanjungjaya 1409625.301 140.96 121 Kurang sesuai 133 Kurang Sesuai 150 Kurang sesuai 130 Tidak sesuai 139 Tidak sesuai 150 Tanjungjaya 1940872.952 194.09 127 Kurang sesuai 158 Kurang Sesuai 164 Kurang sesuai 137 Tidak sesuai 146 Tidak sesuai 151 Tanjungjaya 127777.444 12.78 139 Kurang sesuai 109 Tidak Sesuai 189 Sesuai 169 Kurang sesuai 182 Kurang sesuai PARIWISATA 152 Tanjungjaya 12814204.895 1281.42 139 Kurang sesuai 109 Tidak Sesuai 196 Sesuai 176 Kurang sesuai 182 Kurang sesuai PARIWISATA 153 Tanjungjaya 5803422.115 580.34 158 Sesuai 133 Kurang Sesuai 162 Kurang sesuai 143 Kurang sesuai 161 Kurang sesuai BUDIDAYA 154 Tanjungjaya 12059078.480 1205.91 158 Sesuai 133 Kurang Sesuai 169 Kurang sesuai 150 Kurang sesuai 161 Kurang sesuai BUDIDAYA 155 Tanjungjaya 12339504.788 1233.95 158 Sesuai 133 Kurang Sesuai 176 Sesuai 157 Kurang sesuai 161 Kurang sesuai BUDIDAYA 156 Tegalpapak 130846.812 13.08 132 Kurang sesuai 126 Kurang Sesuai 123 Tidak sesuai 145 Kurang sesuai 130 Tidak sesuai 157 Tegalpapak 4152918.046 415.29 170 Sesuai 101 Tidak Sesuai 142 Kurang sesuai 165 Kurang sesuai 152 Kurang sesuai BUDIDAYA 158 Teluk 1978.814 0.20 113 Tidak sesuai 126 Kurang Sesuai 130 Tidak sesuai 179 Kurang sesuai 185 Kurang sesuai 159 Teluk 81862.887 8.19 126 Kurang sesuai 144 Kurang Sesuai 144 Kurang sesuai 179 Kurang sesuai 200 Sesuai PENANGKAPAN 160 Teluk 43053.071 4.31 131 Kurang sesuai 77 Tidak Sesuai 169 Kurang sesuai 218 Sesuai 228 Sesuai PELABUHAN, PENANGKAPAN 161 Teluk 2433273.731 243.33 144 Kurang sesuai 95 Tidak Sesuai 183 Sesuai 218 Sesuai 243 Sesuai PELABUHAN, PENANGKAPAN 162 Tunggal jaya 1609261.580 160.93 129 Tidak sesuai 162 Kurang Sesuai 108 Tidak sesuai 115 Tidak sesuai 118 Tidak sesuai 163 Tunggal jaya 4918540.652 491.85 129 Tidak sesuai 162 Kurang Sesuai 108 Tidak sesuai 115 Tidak sesuai 118 Tidak sesuai 164 Tunggal jaya 975234.840 97.52 129 Tidak sesuai 162 Kurang Sesuai 115 Tidak sesuai 122 Tidak sesuai 118 Tidak sesuai 165 Tunggal jaya 97094.935 9.71 129 Tidak sesuai 162 Kurang Sesuai 122 Tidak sesuai 129 Tidak sesuai 118 Tidak sesuai 166 Tunggal jaya 776745.360 77.67 166 Sesuai 137 Kurang Sesuai 134 Tidak sesuai 142 Kurang sesuai 140 Tidak sesuai BUDIDAYA 167 Tunggal jaya 207566.447 20.76 166 Sesuai 137 Kurang Sesuai 141 Kurang sesuai 149 Kurang sesuai 140 Tidak sesuai BUDIDAYA 168 Ujungjaya 25607.780 2.56 100 Tidak sesuai 211 Sesuai 104 Tidak sesuai 102 Tidak sesuai 105 Tidak sesuai KONSERVASI 169 Ujungjaya 491728.059 49.17 100 Tidak sesuai 211 Sesuai 97 Tidak sesuai 95 Tidak sesuai 105 Tidak sesuai KONSERVASI 170 Ujungjaya 11451881.591 1145.19 100 Tidak sesuai 211 Sesuai 97 Tidak sesuai 95 Tidak sesuai 105 Tidak sesuai KONSERVASI 171 Ujungjaya 271525.644 27.15 133 Kurang sesuai 211 Sesuai 123 Tidak sesuai 122 Tidak sesuai 122 Tidak sesuai KONSERVASI 172 Ujungjaya 419516.023 41.95 133 Kurang sesuai 211 Sesuai 130 Tidak sesuai 129 Tidak sesuai 122 Tidak sesuai KONSERVASI 173 Ujungjaya 325455.130 32.55 96 Tidak sesuai 211 Sesuai 104 Tidak sesuai 102 Tidak sesuai 100 Tidak sesuai KONSERVASI 174 Ujungjaya 860.443 0.09 96 Tidak sesuai 211 Sesuai 111 Tidak sesuai 109 Tidak sesuai 100 Tidak sesuai KONSERVASI 175 Ujungjaya 64629.943 6.46 96 Tidak sesuai 211 Sesuai 111 Tidak sesuai 109 Tidak sesuai 100 Tidak sesuai KONSERVASI 176 Ujungjaya 146239.277 14.62 96 Tidak sesuai 211 Sesuai 97 Tidak sesuai 95 Tidak sesuai 100 Tidak sesuai KONSERVASI 177 Banyuasih 23.486 0.00 117 Tidak sesuai 162 Kurang Sesuai 122 Tidak sesuai 129 Tidak sesuai 121 Tidak sesuai 178 Cigorondong 11.270 0.00 170 Sesuai 162 Kurang Sesuai 137 Kurang sesuai 136 Tidak sesuai 140 Tidak sesuai 179 Margagiri 6842.976 0.68 132 Kurang sesuai 126 Kurang Sesuai 123 Tidak sesuai 131 Tidak sesuai 130 Tidak sesuai 180 Margagiri 6493.082 0.65 169 Sesuai 101 Tidak Sesuai 142 Kurang sesuai 151 Kurang sesuai 152 Kurang sesuai 181 Mekarsari 4.496 0.00 134 Kurang sesuai 185 Sesuai 157 Kurang sesuai 139 Kurang sesuai 145 Tidak sesuai 182 Mekarsari 11.187 0.00 152 Kurang sesuai 136 Kurang Sesuai 196 Sesuai 178 Kurang sesuai 188 Kurang sesuai JUMLAH 326958149.59 32695.81 Lampiran 7. Luas lahan kesesuaian pemanfaatan ruang wilayah laut O Luas m2 Luas ha Bobot Budidaya Bobot Konservasi Bobot Pariwisata Bobot Pelabuhan Bobot Tangkap ZONASI 1 735329.68 73.53 48 Tidak sesuai 57 Sesuai 56 Kurang sesuai 56 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 2 377652.68 37.77 54 Tidak sesuai 24 Tidak sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 3 174820245.29 17482.02 54 Tidak sesuai 32 Tidak sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 4 2466829.49 246.68 54 Tidak sesuai 39 Kurang sesuai 42 Tidak sesuai 70 Sesuai 38 Sesuai PELABUHAN 5 6941954.23 694.20 54 Tidak sesuai 39 Kurang sesuai 56 Kurang sesuai 56 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 109 6 66643808.83 6664.38 54 Tidak sesuai 39 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 7 4553344.64 455.33 54 Tidak sesuai 40 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 8 7802.44 0.78 54 Tidak sesuai 42 Kurang sesuai 76 Sesuai 48 Tidak sesuai 38 Sesuai PARIWISATA 9 463759.19 46.38 54 Tidak sesuai 47 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 10 2133908.07 213.39 54 Tidak sesuai 48 Sesuai 49 Tidak sesuai 63 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 11 105176.50 10.52 54 Tidak sesuai 50 Sesuai 76 Sesuai 48 Tidak sesuai 38 Sesuai Pariwisata, Konservasi 12 218094.06 21.81 54 Tidak sesuai 56 Sesuai 69 Sesuai 55 Tidak sesuai 38 Sesuai Pariwisata, Konservasi 13 438053.72 43.81 54 Tidak sesuai 58 Sesuai 76 Sesuai 48 Tidak sesuai 38 Sesuai Pariwisata, Konservasi 14 4071408.10 407.14 60 Kurang sesuai 32 Tidak sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 15 133838.69 13.38 60 Kurang sesuai 39 Kurang sesuai 56 Kurang sesuai 56 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 16 3760941.55 376.09 60 Kurang sesuai 39 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 17 24722.43 2.47 60 Kurang sesuai 40 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 18 3249139.30 324.91 60 Kurang sesuai 48 Sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai KONSERVASI 19 273395.96 27.34 60 Kurang sesuai 49 Sesuai 69 Sesuai 55 Tidak sesuai 38 Sesuai Konservasi, Pariwisata 20 1141459.53 114.15 60 Kurang sesuai 57 Sesuai 69 Sesuai 55 Tidak sesuai 38 Sesuai Konservasi, Pariwisata 21 72967587.68 7296.76 61 Kurang sesuai 32 Tidak sesuai 49 Tidak sesuai 63 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 22 458758.80 45.88 61 Kurang sesuai 32 Tidak sesuai 55 Kurang sesuai 69 Sesuai 38 Sesuai PELABUHAN 23 105924313.15 10592.43 61 Kurang sesuai 39 Kurang sesuai 49 Tidak sesuai 63 Kurang sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 24 8024265.87 802.43 61 Kurang sesuai 39 Kurang sesuai 55 Kurang sesuai 69 Sesuai 38 Sesuai PELABUHAN 25 2500.00 0.25 61 Kurang sesuai 40 Kurang sesuai 55 Kurang sesuai 69 Sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 26 1644972.06 164.50 61 Kurang sesuai 48 Sesuai 49 Tidak sesuai 63 Kurang sesuai 38 Sesuai PELABUHAN 27 259448.60 25.94 61 Kurang sesuai 50 Sesuai 63 Kurang sesuai 49 Tidak sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 28 8696216.49 869.62 61 Kurang sesuai 50 Sesuai 69 Sesuai 55 Tidak sesuai 38 Sesuai Pariwisata, Penangkapan 29 3093051.40 309.31 61 Kurang sesuai 57 Sesuai 63 Kurang sesuai 49 Tidak sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 30 18494391.92 1849.44 61 Kurang sesuai 57 Sesuai 69 Sesuai 55 Tidak sesuai 38 Sesuai Pariwisata, Penangkapan 31 1711.69 0.17 61 Kurang sesuai 58 Sesuai 76 Sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai Konservasi, Pariwisata 32 33894260.82 3389.43 61 Tidak sesuai 32 Tidak sesuai 55 Kurang sesuai 69 Sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 33 33941365.38 3394.14 61 Tidak sesuai 39 Kurang sesuai 55 Kurang sesuai 69 Sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 34 1522819.44 152.28 67 Sesuai 32 Tidak sesuai 49 Tidak sesuai 63 Kurang sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 35 11383655.45 1138.37 67 Sesuai 32 Tidak sesuai 55 Kurang sesuai 69 Sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 36 7805408.75 780.54 67 Sesuai 39 Kurang sesuai 49 Tidak sesuai 63 Kurang sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 37 119103.58 11.91 67 Sesuai 39 Kurang sesuai 55 Kurang sesuai 68 Sesuai 38 Sesuai PENANGKAPAN 38 3967892.69 396.79 67 Sesuai 39 Kurang sesuai 55 Kurang sesuai 69 Sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 39 250593.99 25.06 67 Sesuai 41 Kurang sesuai 69 Sesuai 55 Tidak sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 40 276518.09 27.65 67 Sesuai 47 Kurang sesuai 55 Kurang sesuai 69 Sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 41 4170815.20 417.08 67 Sesuai 48 Sesuai 55 Kurang sesuai 69 Sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 42 3104582.16 310.46 67 Sesuai 48 Sesuai 56 Kurang sesuai 56 Kurang sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 43 14497235.75 1449.72 67 Sesuai 48 Sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 44 590158.83 59.02 67 Sesuai 48 Sesuai 69 Sesuai 55 Tidak sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 45 6784360.69 678.44 67 Sesuai 49 Sesuai 56 Kurang sesuai 56 Kurang sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 46 6916844.16 691.68 67 Sesuai 49 Sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 47 1711.69 0.17 67 Sesuai 56 Sesuai 69 Sesuai 55 Tidak sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 48 39236.53 3.92 67 Sesuai 57 Sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 49 1209889.13 120.99 67 Sesuai 57 Sesuai 69 Sesuai 55 Tidak sesuai 38 Sesuai Konservasi, Pariwisata 50 841244.01 84.12 74 Sesuai 41 Kurang sesuai 56 Kurang sesuai 56 Kurang sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 51 4396291.07 439.63 74 Sesuai 41 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 110 52 1796162.20 179.62 74 Sesuai 48 Sesuai 56 Kurang sesuai 56 Kurang sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 53 4550776.10 455.08 74 Sesuai 48 Sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 54 405429.58 40.54 74 Sesuai 56 Sesuai 62 Kurang sesuai 62 Kurang sesuai 38 Sesuai Budidaya, Penangkapan 634594437.33 63459.44 Lampiran 8. Kriteria kesesuaian pemanfaatan ruang Fungsi Zona N Kriteria Satuan Skor Kawasan Pemanfaatan Ruang Budidaya Pariwisata Bahari Konservasi Pelabuhan Perikanan Perikanan Tangkap Ekologi Laut 1 Kedalaman Perairan meter 3 8-10 9 0-5 10 2 4-7 dan 11-14 4-9 5-10 5-10 1 4 dan =15 4 10 5 2 Tinggi gelombang meter 3 1 1 1 1 2 1-2 1-2 1-2 1-2 1 =3 =3 =3 =3 3 Kecepatan Arus ms 3 0.1-0.3 0-0.1 0-0.15 0.1-0.3 2 0.3-0.4 0.1-1 0.15-0.3 0.3-0.4 1 0.4 =1 0.31 =0.4 4 Substrat dasar 3 pasir Pasir putih lempung berpasir 2 pasir berlumpur Karang berpasir pasir berlumpur 1 lumpur Lumpur pasir berkarang 5 Suhu °C 3 29-30 2 30-33 1 29 dan 33 6 Penutupan terumbu karang 3 60-80 75 60-80 60-80 2 40-60 40-75 40-60 40-60 1 40 40 40 40 Darat 7 Jumlah hari hujan harithn 3 150-180 150-180 2 110-150 120-150 1 110 110 8 Jarak dari Pantai km 3 0-10 0-10 0-10 0-10 2 10-20 10-20 10-20 10-20 1 20 20 20 20 9 Kemiringan lahan 3 0-8 0-8 2 8-15 8-15 1 15 15 10 Abrasi 3 Kecil 111 2 Sedang 1 besar 11 Bahaya banjir 3 tidak ada 2 1-2 kali 1 2 kali Sosek 12 Sumber daya manusia orang 3 Banyak 500 2 Sedikit 100-500 1 Tidak ada 100 13 Sapras perikanan 3 ada ada, fungsi lengkap ada, fungsi lengkap 2 ada, kurang berfungsi ada, kurang berfungsi 1 tidak ada tidak ada tidak ada 14 Transportasi 3 banyak banyak banyak banyak 2 jarang jarang jarang jarang 1 tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada 15 Aksessibilitas 3 Sulit Mudah 2 Agak sulit Agak sulit 1 Mudah Sulit 16 Tekanan penduduk 3 Tidak serius 2 kurang serius 1 Serius Kebijakan 17 RZWP3K 3 Budidaya Pariwisata Konservasi Pelabuhan, industri, penangkapan Penangkapan, pelabuhan, industri 2 Pemanfaatan umum lainnya Pemanfaatan umum lainnya Pariwisata Pariwisata, budidaya Budidaya, pariwisata 1 Konservasi Konservasi Pemanfaatan umum Konservasi Konservasi 18 RTRW 3 Sawah, perkebunan perkotaan lindung, sempadan pantai perkotaan perkotaan 2 perkotaan Sawah, perkebunan sawah, kebun, hutan produksi Sawah, perkebunan Sawah, perkebunan 1 hutan lindung, sempadan pantai hutan lindung, sempadan pantai pemukiman hutan lindung, sempadan pantai hutan lindung, sempadan pantai Sumber : diadaptasi dari Pedum RZWP3K, KKP 2011 Keterangan : 3 = Kriteria sesuai 2 = Kriteria kurang sesuai 1 = Kriteria tidak sesuai 112 Lampiran 9. Pembobotan pemanfaatan budidaya laut N o Kriteria Kesesuaian Satuan Kriteria Skor Bobot ANP Standarisa si Bobot 1 Kedalaman meter 8-10 3 0.0605 6.68 20 4-7 dan 11-14 2 13 4 dan =15 1 7 2 Tinggi gelombang meter 1 3 0.0499 5.51 17 1-2 2 11 =3 1 6 3 Jumlah hari hujan harithn 150-180 3 0.0371 4.10 12 110-150 2 8 110 1 4 4 Kecepatan Arus ms 0.1-0.3 3 0.0499 5.51 17 0.3-0.4 2 11 0.4 1 6 5 Substrat dasar pasir 3 0.0605 6.68 20 pasir berlumpur 2 13 lumpur 1 7 6 Penutupan terumbu karang 60-80 3 0.0538 5.94 18 40-60 2 12 40 1 6 7 Jarak dari Pantai km 0-10 3 0.0605 6.68 20 10-20 2 13 20 1 7 8 Nelayan Pembudidaya orang Banyak 3 0.0665 7.34 22 Sedikit 2 15 Tidak ada 1 7 9 Sapras budidaya ada 3 0.0632 6.97 21 2 14 tidak ada 1 7 10 Transportasi banyak 3 0.0667 7.37 22 jarang 2 15 tidak ada 1 7 11 RZWP3K Kawasan Budidaya 3 0.1689 18.65 56 Kawasan pemanfaatan umum lainnya 2 37 Kawasan konservasi 1 19 12 RTRW Sawah, perkebunan 3 0.1681 18.56 56 perkotaan 2 37 hutan lindung, sempadan pantai 1 19 JUMLAH 0.9055 100 Sumber : Diadaptasi dari Pedum RZWP3K, KKP 2011 113 Lampiran 10. Pembobotan pemanfaatan konservasi perairan No Kriteria Kesesuaian Satuan Kriteria Skor Bobot ANP Standarisasi Bobot 1 Suhu °C 29-30 3 0.0499 7.29 22 30-33 2 15 29 dan 33 1 7 2 Kedalaman meter 0-5 3 0.0605 8.84 27 5-10 2 18 10 1 9 3 Penutupan terumbu karang 60-80 3 0.0538 7.85 24 40-60 2 16 40 1 8 4 Jarak dari Pantai km 0-10 3 0.0605 8.84 27 10-20 2 18 20 1 9 5 Tekanan penduduk Tidak serius 3 0.0565 8.24 25 kurang serius 2 16 Serius 1 8 6 Aksessibilitas Sulit 3 0.0667 9.74 29 Agak sulit 2 19 Mudah 1 10 7 RZWP3K Kawasan konservasi 3 0.1689 24.66 74 Kawasan pariwisata 2 49 Kawasan pemanfaatan umum lainnya 1 25 8 RTRW lindung, sempadan pantai 3 0.1681 24.54 74 sawah, kebun, hutan produksi 2 49 pemukiman 1 25 JUMLAH 0.6848 100 Sumber : Diadaptasi dari Rumagia, 2008 114 Lampiran 11. Pembobotan pemanfaatan pariwisata bahari No Kriteria Kesesuaian Satuan Kriteria Sk or Bobot ANP Standarisasi Bobot 1 Kedalaman meter 9 3 0.0605 7.06 21 4-9 2 14 4 1 7 2 Substrat dasar Pasir putih 3 0.0605 7.06 21 Karang berpasir 2 14 Lumpur 1 7 3 Kecepatan arus ms 0-0.1 3 0.0499 5.82 17 0.1-1 2 12 =1 1 6 4 Kemiringan lahan 0-8 3 0.0605 7.06 21 8-15 2 14 15 1 7 5 Penutupan terumbu karang 75 3 0.0538 6.27 19 40-75 2 13 40 1 6 6 Jarak dari Pantai km 0-10 3 0.0605 7.06 21 10-20 2 14 20 1 7 7 Bahaya banjir tidak ada 3 0.0580 6.76 20 1-2 kali 2 14 2 kali 1 7 8 Transportasi banyak 3 0.0667 7.78 23 jarang 2 16 tidak ada 1 8 9 Tinggi gelombang meter 1 3 0.0499 5.82 17 1-2 2 12 =3 1 6 10 RZWP3K Pariwisata 3 0.1689 19.70 59 Pemanfaatan umum lainnya 2 39 Konservasi 1 20 11 RTRW perkotaan 3 0.1681 19.60 59 Sawah, perkebunan 2 39 hutan lindung, sempadan pantai 1 20 JUMLAH 0.8573 100 Sumber : Diadaptasi dari Pedum RZWP3K, KKP 2011 115 Lampiran 12. Pembobotan pemanfaatan pelabuhan perikanan pantai No Kriteria Kesesuaian Satuan Kriteria Skor Bobot ANP Standarisasi Bobot 1 Kecepatan arus ms 0-0.15 3 0.0499 5.72 17 0.15-0.3 2 11 0.31 1 6 2 Substrat dasar lempung berpasir 3 0.0605 6.93 21 pasir berlumpur 2 14 pasir berkarang 1 7 3 Kemiringan lahan 0-8 3 0.0605 6.93 21 8-15 2 14 15 1 7 4 Kedalaman meter 10 3 0.0605 6.93 21 5-10 2 14 5 1 7 5 Abrasi Kecil 3 0.0580 6.64 20 Sedang 2 13 besar 1 7 6 Transportasi banyak 3 0.0667 7.64 23 jarang 2 15 tidak ada 1 8 7 Sapras ada, fungsi lengkap 3 0.0632 7.24 22 ada, kurang berfungsi 2 14 tidak ada 1 7 8 Aksessibilitas Mudah 3 0.0667 7.64 23 Agak sulit 2 15 Sulit 1 8 9 Tinggi gelombang meter 1 3 0.0499 5.72 17 1-2 2 11 =3 1 6 10 RZWP3K Pelabuhan, industri, penangkapan 3 0.1689 19.35 58 Pariwisata, budidaya 2 39 Konservasi 1 19 11 RTRW perkotaan 3 0.1681 19.26 58 Sawah, perkebunan 2 39 hutan lindung, sempadan pantai 1 19 JUMLAH 0.8728 100 Sumber : Diadaptasi dari Pedum RZWP3K, KKP 2011 116 Lampiran 13. Pembobotan pemanfaatan perikanan tangkap No Kriteria Kesesuaian Satuan Kriteria Skor Bobot ANP Standarisasi Bobot 1 Kecepatan arus ms 0.1-0.3 3 0.0499 6.36 19 0.3-0.4 2 13 =0.4 1 6 2 Jumlah hari hujan harith n 150-180 3 0.0371 4.73 14 120-150 2 9 110 1 5 3 Penutupan terumbu karang 60-80 3 0.0538 6.86 21 40-60 2 14 40 1 7 4 Jarak dari Pantai km 0-10 3 0.0605 7.71 23 10-20 2 15 20 1 8 5 SDM nelayan orang 500 3 0.0665 8.47 25 100-500 2 17 100 1 8 6 Sapras ada, fungsi lengkap 3 0.0632 8.05 24 ada, kurang berfungsi 2 16 tidak ada 1 8 7 Transportasi banyak 3 0.0667 8.50 26 jarang 2 17 tidak ada 1 9 8 Tinggi gelombang meter 1 3 0.0499 6.36 19 1-2 2 13 =3 1 6 9 RZWP3K Penangkapan, pelabuhan, industri 3 0.1689 21.53 65 Budidaya, pariwisata 2 43 Konservasi 1 22 10 RTRW perkotaan 3 0.1681 21.42 64 Sawah, perkebunan 2 43 hutan lindungn sempadan pantai 1 21 JUMLAH 0.7845 100 Sumber : Diadaptasi dari Pedum RZWP3K, KKP 2011 117 Lampiran 14. Foto pemanfaatan ruang di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang Gedung tempat pelelangan ikan Ikan hasil tangkapan akan dilelang Permasalahan sampah di pesisir pantai Docking Kapal Bahaya abrasi Banjir di desa Teluk Budidaya kerapu di desa Banyuasih Muara sungai Ciliman 118 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Januari 1981 sebagai sulung dari empat bersaudara pasangan Rosidi dan Rumiah Alm. Seluruh pendidikan dasar dan menengah penulis diselesaikan di kota Jakarta. Lulus dari Sekolah Menengah Umum tahun 1999 penulis diterima pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB USMI dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2005 penulis di terima bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang dan ditempatkan pada instansi Dinas Kelautan dan Perikanan Bidang Kelautan sampai sekarang. Pada tahun 2011, penulis mendapat beasiswa pendidikan pascasarjana program 13 bulan dari Pusat Pembinaan Pendididkan dan Latihan Perencanaan Badan Perencana Pembangunan Nasional Pusbindiklatern, Bappenas pada Program Ilmu Perencanaan Wilayah Fakultas Pertanian IPB. 119 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang UU No. 262007 tentang penataan ruang dan UU No. 272007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan tonggak sejarah bagi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia. Hal ini disebabkan kedua produk hukum tersebut menjadi payung hukum yang mengatur tentang tata ruang baik di darat maupun di laut Diposaptono 2012. Penataan ruang sesuai nomenklatur dalam UU Tata Ruang dalah upaya untuk mengatur segala aktivitas dan kegiatan manusia dalam hubungannya dengan keseimbangan ekosistem mencakup penggunaan lahan dan sumberdaya alam agar bisa terkendali dan berkelanjutan sesuai dengan tujuan pembangunan. Sedangkan menurut UU No. 27 tahun 2007 bahwa ruang lingkup pengaturan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, serta cakupannya ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil diukur dari garis pantai. Karakteristik wilayah pesisir yang produktif dengan potensi pembangunan yang tinggi, memiliki permasalahannya yang kompleks karena bentuk wilayahnya merupakan hasil keseimbangan dinamis dari proses pembangunan. Kabupaten Pandeglang memiliki luas wilayah sebesar 4448.89 km 2 yang terbagi oleh luas daratan sebesar 2746.89 km 2 dan luas perairan laut sebesar 1702 km 2 dan garis pantai sebesar 230 km mempunyai potensi alam wilayah pesisir yang beraneka ragam dan telah berkembang menjadi aset daerah sebagai wilayah kedaulatan, ekosistem, sumber energi, sumber bahan makanan, sumber bahan farmasi serta media lintas laut antar pulau, media pertukaran sosial budaya, kawasan perdagangan serta wilayah pertahanan dan keamanan. Sehingga mengakibatkan tingginya aktivitas manusia yang terjadi pada wilayah pesisir kabupaten Pandeglang meliputi pariwisata, pertanian, perikanan tangkap dan budidaya, pelabuhan perikanan pantai dan lain-lain. Dampak aktivitas tersebut menyebabkan berbagai permasalahan yang terjadi seperti 1 Pencemaran bahan organik sepanjang pesisir pantai; Hal ini terjadi karena tidak tersedianya sarana dan fasilitas pembuangan limbah tersebut serta kurangnya kesadaran lingkungan dan kesehatan dari masyarakat nelayan di sepanjang pesisir pantai, 2 Kegiatan pariwisata yang tak terkendali; Kawasan Pantai Carita bahwa sebagian masyarakatnya mendapat penghasilan tambahan dari sektor pariwisata Prawiranegara 2002. Hal ini memberi dampak dengan semakin maraknya pembangunan hotel dan pedagang kaki lima di sepanjang sempadan pantai yang menyebabkan estetika keindahan menjadi berkurang, 3 Alih fungsi lahan mangrove yang dikonversi menjadi lahan untuk peruntukkan lainnya seperti tambak. Mangrove merupakan vegetasi yang mempunyai fungsi sebagai peredam gelombang dan tempat biota laut untuk memijah dan mencari makan karena kaya dengan nutrien makanan yang dibutuhkan oleh biota laut, 4 Terdegradasinya garis pantai; Konversi lahan mangrove menyebabkan terkikisnya garis pantai dan menimbulkan abrasi, 5 Sedimentasi di muara sungai akibat kegiatan penebangan hutan dan konversi lahan hutan menjadi peruntukkan 2 lainnya; Akibat sedimentasi yang terjadi di hilir sungai menyebabkan rusaknya habitat ikan untuk memijah spawning, nursery ground dan feeding ground para biota laut, 6 Tingginya kekeruhan sepanjang perairan laut; Asumsi itu didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2010 yang bertujuan untuk melakukan pemetaan terumbu karang di perairan laut Kabupaten Pandeglang dan menyimpulkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas perairan yang terindikasi dengan rendahnya presentasi luas tutupan karang yang masih hidup, dan 7 Tekanan pencemaran yang bersumber dari limbah PLTU. Dengan kompleksitas permasalahan yang timbul mengakibatkan lingkungan akan rusak dan hanya akan menyengsarakan biota laut. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap keberlanjutan biota yang hidup di dalamnya. Pada dasarnya hampir seluruh wilayah pesisir di Indonesia terjadi beragam konflik antara berbagai kepentingan. Penyebab utamanya adalah tidak adanya aturan yang jelas tentang tata ruang laut dan alokasi sumberdaya yang terdapat di kawasan laut. Setiap pihak yang berkepentingan mempunyai tujuan target dan rencana untuk mengeksploitasi sumberdaya laut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan suatu strategi penataan ruang laut yang bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Oleh karena itu penataan ruang laut menjadi penting untuk menjaga lingkungan pesisir dan laut tetap lestari Diposaptono 2012. Undang- undang No. 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tercantum penataan ruang wilayah laut berbasis zonasi yaitu suatu bentuk konsep perencanaan dengan rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung dalam satu kesatuan dalam ekosistem pesisir. Penataan ruang laut berfungsi untuk mengatur dan mengelola segala macam kegiatan yang dilakukan di wilayah pesisir agar terarah dan sesuai dengan fungsi peruntukkannya. Strategi penataan ruang dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut memerlukan metode yang dapat memecahkan persoalan mengenai peruntukkan penggunaan lahan yang kompleks di wilayah pesisir. Metode ini membantu para pembuat keputusan untuk mencari kesesuaian lahan yang tepat dan seimbang secara ekologi, ekonomi dan sosial yang terintegrasi dengan mempertimbangkan dampak serta pengaruh yang terjadi pada suatu kebijakan. Analytic Network Process merupakan suatu metode multikriteria analisis yang mengintegrasikan, menganalisa dan menggambarkan informasi yang terdapat di wilayah pesisir yang berfungsi untuk menemukan kriteria yang mempunyai peranan paling besar pengaruhnya dengan mempertimbangkan pendapat dan pengetahuan dari para ahli yang berkompeten di bidang wilayah pesisir. Perumusan Masalah Mengingat besarnya potensi wilayah pesisir dan laut di kabupaten Pandeglang yang memiliki 10 kecamatan pesisir dengan 2 kecamatan diantaranya yaitu Panimbang dan Labuan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pandeglang 2011-2031 telah ditetapkan menjadi kawasan strategis pertumbuhan 3 ekonomi. Hal ini mendorong perlu adanya penetapan prioritas pemanfaatan suatu kawasan perairan laut yang dilakukan berdasarkan tiga fungsi pemanfaatan antara lain: a. Fungsi ekonomi dimaksudkan dalam tatanan kebijakan makro kawasan perairan sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi; b. Fungsi konservasi dimaksudkan sebagai upaya mempertahankan kelangsungan fisik alami dan kondisi sosial serta budayakearifan lokal di kawasan perairan; c. Fungsi pertahanan dan keamanan dimaksudkan sebagai upaya menempatkan fungsi pulau-pulau kecil di suatu kawasan perairan laut sebagai titik pangkal teritorial dan basis pangkalan pertahanan negara guna menjaga kedaulatan wilayah. Ketiga fungsi di atas perlu adanya suatu penataan ruang kawasan laut dan pesisir untuk meminimalisir dampak yang mungkin timbul akibat konflik pemanfaatan ruang dari aktivitas manusia dan pembangunan yang tak terkendali. Dengan mempertimbangkan fungsi-fungsi tersebut di atas maka rumusan masalah yang diketahui adalah : a. Tingginya aktivitas dan pembangunan yang dilakukan di wilayah pesisir menimbulkan dampak kerusakan ekosistem pesisir dan penurunan kualitas perairan KKP, 2010 sehingga perlu dilakukan analisa pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kesesuaian lahannya; b. Pemanfaatan ruang aktual belum sepenuhnya mempertimbangkan keterkaitan antara fungsi ekologi, ekonomi dan sosial di suatu wilayah, terdapat kecenderungan adanya area yang sebaiknya dilindungi menjadi rusak akibat kegiatan manusia. Hal ini terlihat dengan semakin sedikitnya kawasan mangrove dan terumbu karang di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang; c. Belum adanya perencanaan dan pengelolaan pesisir secara terpadu sehingga banyak terjadi alih fungsi pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Penelitian Sebelumnya Penelitian terdahulu di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang dominan membahas sektor pariwisata seperti yang dilakukan oleh Prawiranegara 2002, Mulyawati 2008 dan Elly 2006. Sedangkan penelitian Heriawan 2008 mengenai alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil di perairan Pandeglang dan pemberdayaan nelayan di Labuan oleh Nasution 2007. Atas dasar penelitian sebelumnya, maka dasar pemikiran dari penelitian ini dimana penataan ruang wilayah pesisir perlu dilakukan di Kabupaten Pandeglang, RTRW yang ada saat ini telah berkekuatan hukum dasar acuan untuk melakukan rencana pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. 4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penataan ruang wilayah pesisir di Kabupaten Pandeglang sesuai dengan fungsi peruntukan secara ekologi, sosial ekonomi dan kebijakan. Tujuan penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi masalah yang terjadi akibat pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut yang ada saat ini; b. Menganalisa faktor utama yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang wilayah pesisir dengan mempertimbangkan fungsi ekologi, sosial ekonomi dan kebijakan berdasarkan pendapat dari para ahli di bidang perikanan dan kelautan dengan menggunakan metode Analytic Network Process; c. Menganalisa secara spasial kriteria yang berpengaruh dalam pemanfaatan ruang di wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang berdasarkan ekologi, sosial ekonomi dan kebijakan; d. Menganalisa kesesuaian lahan dan menyusun peta arahan kawasan pemanfaatan ruang yang terbagi atas kawasan perikanan tangkap, kawasan budidaya laut, kawasan pariwisata bahari, kawasan pelabuhan perikanan serta kawasan konservasi perairan berdasarkan nilai bobot yang telah distandarisasi berdasarkan persepsi para ahli; e. Mensintesiskan pemanfaatan ruang wilayah pesisir berdasarkan pengintegrasian fungsi ekologi, sosial ekonomi dan kebijakan bagi keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir Kab. Pandeglang. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai salah satu bahan pertimbangan masukan untuk menentukan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.bagi pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang. Selain itu dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan di bidang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Batasan Penelitian Batasan ruang lingkup penelitian ini mencakup ke arah laut sepanjang 4 mil sesuai dengan wilayah kewenangan tingkat kabupatenkota serta ke arah darat dibatasi oleh beberapa desa yang memiliki garis pantai di sepanjang pesisir perairan Selat Sunda yaitu kecamatan Carita, Labuan, Pagelaran, Sukaresmi. Panimbang, Cimanggu, Cigeulis dan Sumur serta disesuaikan dengan arahan zonasi pesisir dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten 2011-2031 dan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tingkat provinsi. Penelitian ini hanya menganalisa pemanfaatan ruang pesisir untuk kawasan perikanan tangkap, budidaya laut, pariwisata bahari, pelabuhan perikanan dan kawasan konservasi perairan dengan mempertimbangkan beberapa faktor kriteria yang berperan dalam fungsi ekologi, sosial ekonomi dan kebijakan. 5 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Wilayah Pesisir Wilayah pesisir dan laut memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah daratan. Karakteristik khusus wilayah laut menyangkut sifat dinamis sumber yang relatif sukar untuk diprediksi eksistensinya, apalagi jika dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya keberadaan ikan, mangrove, terumbu karang, dll. Secara ekologis wilayah pesisir dan laut juga tidak bisa dibatasi secara administratif Diposaptono 2012 Menurut UU No. 27 tahun 2007 definisi wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Kawasan adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya sedangkan kawasan pemanfaatan umum adalah bagian dari wilayah pesisir yang ditetapkan peruntukkannya bagi berbagai sektor kegiatan. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.10Men2003 tentang Pedoman Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu bahwa wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai dan sepertiga dari wilayah laut untuk KabupatenKota dan ke arah darat hingga batas administrasi KabupatenKota. Penelitian yang dilakukan Dahuri et al. 2001 bahwasuatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan ekosistem dan sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami atau buatan. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir meliputi terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, pantai berpasir, formasi pes-caprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan agroindustri dan kawasan pemukiman. Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut Undang-undang No 26 tahun 2007 mendefinisikan ruang sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Penataan ruang didefinisikan sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Menurut Rustiadi et a.l 2011 struktur ruang dibentuk dari susunan prasarana jaringan jalan raya, sarana angkutan umum, objek yang dialirkan, besaran aliran, aspek tujuan dan yang dituju yang dibangun dalam suatu jaringan yang terstruktur untuk mempermudah dalam mengakses dan mengelola 6 sumberdaya tersebut. Sedangkan pola ruang berkaitan dengan aspek-aspek penyebaran sumberdaya dan aktivitas pemanfaatannya secara spasial. Secara keseluruhan berbagai bentuk konfigurasi spasial membentuk suatu keseimbangan pola dan struktur spasial yang disebut dengan tata ruang Rustiadi et al. 2011. Pendekatan penataan ruang dalam rangka pengembangan wilayah menurut Rustiadi et al. 2011 terdiri atas tiga proses yang saling berkaitan, yaitu: a. Proses perencanaan tata ruang wilayah, yang menghasilkan rencana tata ruang wilayah. Disamping sebagai “guidance of future actions” rencana tata ruang wilayah pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar interaksi manusia makhluk hidup dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan manusia makhluk hidup serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan; b. Proses pemanfaatan ruang, yang merupakan wujud operasionaliasi rencana tata ruang atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri, dan c. Proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanisme pengawasan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan RTRW dan tujuan penataan ruang wilayahnya. Perencanaan tata ruang dimulai dari kegiatan evaluasi ruang yang mengidentifikasikan karakteristik dan menilainya untuk keperluan tipe wilayah tertentu secara spasial, perencanaan pemusatan kegiatan tertentu juga pengelompokkan wilayah tertentu untuk tujuan yang ditetapkan Branch 1998 dalam Pramudya 2008. Evaluasi sumberdaya pesisir dan laut dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi terkait dengan penataan ruang. Informasi yang diperlukan adalah : 1 kondisi dan daya dukung lingkungan fisik dasar dan pesisir laut, 2 Kondisi dan daya dukung ekosistem pesisir dan laut, 3 Kecenderungan dan tingkat kerusakan ekosistem dan jasa lingkungan pesisir dan laut Dahuri et al. 2001. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No: Kep.34Men2002 tentang Pedoman Umum Penataan ruang Pesisir dan Pulau- pulau Kecil, sumberdaya wilayah pesisir yang harus dievaluasi dengan mempertimbangkan: a. Sumberdaya fisik non-hayati yang paling tidak meliputi : morfologi pantai geomorfologi, geologi, abrasi, sedimentasi, erosi, tanah dan air tanah; perairan hidrooseanografi pasang surut, gelombang dan arus; b. Sumberdaya hayati meliputi: biota darat vegetasi dan satwa liar; biota perairan ikan, mamalia laut dan biota perairan lainnya; c. Ekosistem yang perlu dilindungi, yang meliputi: terumbu karang, mangrove, padang lamun, gumuk pasir, laguna, terumbu karang atoll, dan alur tertentu; d. Mitigasi bencana antara lain mencakup: karakteristik bencana, sifat dan karakteristik faktor-faktor aktivitas manusia pemicu bencana; e. Jalur potensi penangkapan ikan; f. Jasa lingkungan pesisir dan laut, yang meliputi potensi pengembangan pariwisata, budidaya perikanan, pertambangan, pemukiman dan industri; g. Kaitan aspek-aspek sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap sumberdaya biofisik wilayah pesisir dan laut. Konflik pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dan laut merupakan salah satu isu negatif yang sering muncul akibat banyaknya sektor dan pihak yang saling 7 memprioritaskan kepentingannya, seperti pariwisata, perhubungan laut, perikanan, pertambangan, masyarakat umum maupun swasta. Oleh karena itu, penataan ruang wilayah pesisir dan laut mutlak diperlukan Listriana 2010. Prinsip dasar penyusunan tata ruang pesisir terpadu adalah bagaimana mendapatkan manfaat dari sumberdaya yang tersedia seoptimal mungkin dengan tidak mengabaikan kelestarian lingkungan ekologi, disamping memperhatikan aspek ekonomi, sosial, kelembagaan, dan pertahanan keamanan Dahuri et al. 2001. Menurut Diposaptono 2012 setidaknya ada tiga prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana tata ruang laut, yaitu : a. Kegiatan yang berlangsung pada ruang laut bersifat statis dan dinamis. Kegiatan pelayaran alur migrasi serta aktivitas wisata bahari tergolong dalam aktivitas dinamis, sedangkan yang bersifat statis antara lain pemukiman atas air, bagan tancap dan bagan apung. b. Ruang laut memiliki tiga dimensi yaitu permukaan, kolom dan dasar laut. Setiap dimensi memiliki aktivitas berbeda dalam suatu zona yang sama dan bisa dilakukan pada waktu yang sama pula. c. Penetapan jangka waktu perencanaan. Prediksi jangka waktu perencanaan ruang laut dipengaruhi oleh sumberdaya yang dikembangkan oleh masing- masing kegiatan. Berdasarkan hal tersebut, maka penyusunan tata ruang mengacu kepada: 1. Kelestarian sumberdaya pesisir Tujuan utama dari pengelolaan pesisir terpadu adalah untuk dapat dimanfaatkannya sumberdaya pesisir dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pelaksanaan pembangunan nasional, dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya pesisir di dalam memenuhi kebutuhan baik untuk generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. Untuk menjaga keseimbangan ekologi, pemanfaatan lahan untuk kawasan lindung dan konservasi harus mendapat perhatian khusus, setelah kawasan ini terpenuhi baru ditentukan kawasan budidaya Dahuri et al. 2001; 2. Kesesuaian lahan Aktivitas yang akan ditempatkan pada suatu ruang di kawasan pesisir harus memperhatikan kesesuaian antara kebutuhan dengan kemampuan lingkungan menyediakan sumberdaya. Dengan mengacu kepada keseimbangan antara demand dan supply, maka akan dicapai suatu optimasi pemanfaatan ruang antara kepentingan masa kini, masa datang serta menghindari terjadinya konflik pemanfaatan ruang. Kesesuaian lahan tidak saja mengacu kepada kriteria biofisik semata, tetapi juga meliputi kesesuaian secara sosial ekonomi Rayes 2006 dalam Yunandar 2007; 3. Keterkaitan kawasan Interaksi antar beberapa aktivitas pada kawasan pesisir dengan kawasan daratan akan tercipta dan memungkinkan terjadinya perkembangan yang optimal antar unit-unit kawasan maupun dengan kawasan sekitarnya. Untuk itu penyusunan pemanfaatan kawasan pesisir dan laut dibuat sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan antar kawasan dapat saling menunjang dan memiliki keterkaitan dengan kawasan yang berbatasan. Agar dapat menempatkan berbagai kegiatan pembangunan di lokasi sesuai secara ekologis, maka kelayakan biofisik di wilayah pesisir harus diidentifikasi lebih 8 dahulu. Pendugaan kelayakan biofisik ini dilakukan dengan cara mendefinisikan persyaratan biofisik setiap kegiatan pembangunan, kemudian dipetakan. Dengan cara ini, dapat ditentukan kesesuaian penggunaan setiap unit lokasiregion kawasan pesisir Sulasdi 2001 dalam Yunandar 2007. Pemanfaatan Ruang Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Penataan perairan laut diperlukan untuk mengatur pemanfaatan laut secara optimal dengan mengakomodasi semua kepentingan agar konflik dapat dihindari. Sehingga dalam memanfaatkan suatu sumberdaya laut harus mempunyai batas yang jelas antara zona pemanfaatan yang satu dengan yang lainnya Diposaptono 2012. Empat aspek yang perlu diperhatikan dalam menetapkan zonasi suatu kawasan antaralain: 1 Sifat dinamis laut, 2 Penafsiran nilai ekonomi dan beban lingkungan, 3 Aspek sosial budaya masyarakat pesisir dan pulau, 4 Aspek kepastian hukum dan pemanfaatan perairan laut Berdasarkan UU No. 272007 disebutkan bahwa rencana zonasi pada dasarnya merupakan rencana untuk menentukan arah penggunaan sumber daya pada setiap satuan perencanaan yang disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin. Zona adalah ruang yang penggunaannya disepakati bersama antara berbagai pemangku kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses- proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil RZWP-3-K Provinsi mencakup wilayah perencanaan daratan dari kecamatan pesisir sampai wilayah perairan paling jauh 12 dua belas mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau ke arah perairan kepulauan dalam satu hamparan ruang yang saling terkait antara ekosistem daratan dan perairan lautnya. Untuk suatu kabupatenkota, kewenangannya yang mencakup hingga 13 mil dari garis pantai berdasarkan kewenangan Provinsi dan umumnya merupakan luasan dari wilayah pesisir. Dengan demikian, pengaturan ruang laut daerah dapat dicakup dalam suatu kesatuan penataan ruang pesisir. Rencana zonasi ini dijelaskan oleh Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 16MEN2008 berisi arahan tentang pengalokasian ruang dalam wilayah pesisir ke dalam empat kawasan yaitu : a. Kawasan pemanfaatan umum Kawasan pemanfaatan umum dapat dimanfaatkan untuk zona pariwisata, pemukiman, pelabuhan, pertanian, hutan, pertambangan, perikanan budidaya, perikanan tangkap, industri, infrastruktur umum dan zona pemanfaatan terbatas sesuai dengan karakteristik biogeofisik lingkungannya. b. Kawasan konservasi Kawasan konservasi dengan fungsi utama melindungi kelestarian sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dapat dimanfaatkan untuk zona konservasi 9 perairan, konservasi pesisir dan pulau pulau kecil, konservasi maritim, danatau sempadan pantai. c. Kawasan strategis nasional tertentu Kawasan Strategis Nasional Tertentu dapat dimanfaatkan untuk zona pertahanan keamanan, situs warisan dunia, perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar. d. Alur laut Alur laut merupakan perairan dapat dimanfaatkan untuk alur pelayaran, alur sarana umum, dan alur migrasi ikan, serta pipa dan kabel bawah laut. Keseluruhan konsep pemanfaatan ruang di atas lebih fleksibel dalam membagi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kedalam zona-zona tersebut sesuai dengan karakterisik wilayahnya dan tujuan perencanaan berdasarkan kesepakatan pemangku kepentingan di wilayah pesisir tersebut. Proses penyusunan tata ruang pesisir dan konfigurasi zonasi dapat dilakukan dengan teknik overlay tumpang susun peta-peta tematik yang memuat karakteristik biofisik wilayah pesisir dari setiap kegiatan pembangunan yang direncanakan dan peta penggunaan ruang pesisir saat ini Tahir et al. 2002 dalam Pramudya 2008. Analytic Network Process ANP Analytic Hierarchy Process AHP adalah teori pengukuran relatif dengan skala absolut dari kriteria yang tamapk mata dan tidak tampak mata berdasarkan penilaian berpengetahuan dan para ahli. Metode Analytic Network Process ANP merupakan pengembangan metode Analytical Hierarchy Process AHP. Metode ANP mampu memperbaiki kelemahan AHP berupa kemampuan mengakomodasi keterkaitan antar kriteria atau alternatif Saaty 1999. Dan menurutnya pula bahwa keterkaitan pada metode ANP ada 2 jenis yaitu keterkaitan dalam satu set elemen inner dependence dan keterkaitan antar elemen yang berbeda outer dependence. Adanya keterkaitan tersebut menyebabkan metode ANP lebih kompleks dibanding metode AHP. Banyak masalah keputusan tidak dapat disusun secara hirarki karena melibatkan banyak interaksi dan ketergantungan tingkat tinggi antar elemen dalam hirarki pada level terendah dari tiap elemen. Oleh karena itu, ANP diwakili oleh suatu jaringan, bukan penghirarkian atau tingkatan. Struktur umpan balik tidak memiliki bentuk dari atas ke bawah secara hirarki, tapi lebih mirip sebuah jaringan, dengan siklus menghubungkan komponen elemen, yang kita tidak bisa lagi menyebut tingkat, dan dengan loop yang menghubungkan komponen ke dirinya sendiri. Menurut Lombardi et al. 2007 Analytic Network Process ANP merupakan teori pengukuran secara umum diterapkan pada pengaruh dominasi dominance of influence di antara stakeholder atau alternatif dalam hubungannya dengan atribut atau kriteria. Dominasi merupakan konsep yang digunakan dalam membuat sesuatu perbandingan diantara elemen-elemen yang berhubungan dengan atribut yang dimiliki atau pemenuhan terhadap suatu kriteria. Suatu elemen dikatakan melakukan dominasi terhadap elemen yang lain, apabila elemen tersebut lebih penting, lebih disukai ataupun lebih mungkin terjadi Saaty 2001. Metode ini merupakan pengembangan dari metode AHP, yaitu memungkinkan 10 adanya dependensi baik antar kriteria maupun alternatif yang tidak ada pada metode AHP. Dengan umpan balik feedback, semua alternatif bisa tergantung pada kriteria, maupun saling bergantung diantara alternatif tersebut Vanany 2003 Perbedaan antara ANP dan AHP bisa terlihat pada Gambar 1 dan 2. Gambar 1. Struktur jaringan pada ANP Gambar 2. Struktur hirarki pada AHP Menurut Astuty 2011 bahwa pembobotan dengan ANP membutuhkan model yang merepresentasikan saling keterkaitan antar kriteria dan subkriteria yang dimilikinya. Ada 2 kontrol yang perlu diperhatikan didalam memodelkan sistem yang hendak diketahui bobotnya yaitu: a. Kontrol pertama adalah kontrol hierarki yang menunjukkan keterkaitan kriteria dan sub kriterianya. Pada kontrol ini tidak membutuhkan struktur hierarki seperti pada metode AHP. b. Kontrol lainnya adalah kontrol keterkaitan yang menunjukkan adanya saling keterkaitan antar kriteria atau cluster. Prinsip dasar ANP adalah berpikir analitis, pengambilan keputusan dalam metodologi ANP berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut Saaty 2005: 1. Penyusunan struktur jaringan Penyusunan jaringan adalah langkah untuk mendefinisikan permasalahan yang kompleks ke dalam kluster dan elemennya, serta identifikasi hubungan interaksi ketergantungan yang ada di dalamnya sehingga menjadi lebih jelas dan rinci. Struktur ini disusun berdasarkan pandangan pihak-pihak yang memiliki keahlian dan pengetahuan di bidang yang bersangkutan. 2. Penentuan prioritas Penentuan prioritas terdiri dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai bobot atau kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. ANP melakukan analisa prioritas elemen dengan metode perbandingan berpasangan antar dua elemen menggunakan skala 1-9 hingga semua elemen yang ada tercakup. 3. Konsistensi logis Konsistensi jawaban para responden dalam menentukan prioritas elemen merupakan prinsip pokok yang akan menentukan validitas data dan hasil pengambilan keputusan. Secara umum, responden harus memiliki konsistensi dalam perbandingan elemen. Hasil penilaian yang dapat diterima adalah yang mempunyai rasio inkonsistensi lebih kecil atau sama dengan 10, jika lebih besar dari itu berarti penilaian yang telah dilakukan ada yang random, dengan Hubungan kriteria di luar kluster yang keterkaitan C1… C3 …. C2 …. Hubungan kriteria dalam kluster Hierarki Kriteria C1… C3…. C2… Tujuan Subkriteria Alternatif Komponen kluster element 11 demikian perlu diperbaiki. Konsistensi dilakukan untuk setiap perbandingan berpasangan lokal yang dilakukan. Rumus perhitungan konsistensi adalah: Consistensi Index CI = Consistency Ratio CR = dimana : n = ukuran matriks RI = random indeks λ max = eigen value maksimum Penelitian yang dilakukan oleh Saaty 2005 bahwa metodologi ANP memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut : 1. Melakukan strukturisasi pada kompleksitas Dalam penelitian tersebut ditemukan adanya pola-pola yang sama dalam sejumlah contoh tentang bagaimana manusia memecahkan sebuah kompleksitas dari masa ke masa. Kompleksitas distrukturkan secara hierarkis ke dalam kluster-kluster yang homogen dari faktor-faktor; 2. Pengukuran ke dalam skala rasio Metodologi ANP menggunakan pengukuran skala rasio yang diyakini paling akurat dalam mengukur faktor-faktor yang membentuk hierarki. Level pengukuran dari terendah ke tertinggi adalah nominal, ordinal, interval, dan rasio. Setiap level pengukuran memiliki semua arti yang dimiliki level yang lebih rendah dengan tambahan arti yang baru. Pengukuran interval tidak memiliki arti rasio, namun memiliki arti interval, ordinal, dan nominal. Pengukuran rasio diperlukan untuk mencerminkan proporsi. Setiap metodologi dengan struktur hieraki harus menggunakan prioritas skala rasio untuk elemen diatas level terendah dari hierarki. Hal ini penting karena prioritas bobot dari elemen di level manapun dari hierarki ditentukan dengan mengalikan prioritas dari elemen pada level dengan prioritas dari elemen induknya. Karena hasil perkalian dari dua pengukuran level interval secara matematis tidak memiliki arti, skala rasio diperlukan untuk perkalian ini. AHPANP menggunakan skala rasio pada semua level terendah dari hierarkijaringan, termasuk level terendah alternatif dalam model pilihan. Skala rasio ini menjadi semakin penting jika prioritas tidak hanya digunakan untuk aplikasi pilihan, namun untuk aplikasi- aplikasi lain, seperti untuk aplikasi alokasi sumber daya; 3. Sintesis Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis berarti mengurai entitas material atau abstrak ke dalam elemen-elemennya, maka sintesis berarti menyatukan semua bagian menjadi satu kesatuan. Karena kompleksitas, situasi keputusan penting, prakiraan, alokasi sumber daya, sering melibatkan terlalu banyak dimensi bagi manusia untuk dapat melakukan sintesis secara intuitif, kita memerlukan suatu cara untuk melakukan sintesis dari banyak dimensi. Meskipun ANP memfasilitasi analisis, fungsi yang lebih penting lagi dalam ANP adalah kemampuannya untuk membantu kita dalam melakukan pengukuran dan sintesis sejumlah faktor-faktor dalam hierarki atau jaringan. Menurut Buyukyacizi and Meral 2003 meskipun ANP dan AHP serupa dalam tahap penilaian perbandingan, ada perbedaan dalam fase sintesis. Pada ANP, vektor skala rasio prioritas berasal dari matriks perbandingan berpasangan 12 tidak disintesis linear seperti pada AHP. Fase sintesis ini dengan menggunakan supermatriks yaitu teknik untuk mensintesis skala rasio. Setiap skala rasio secara tepat diperkenalkan sebagai kolom dalam matriks untuk menampilkan pengaruh dari elemen dalam kluster pada elemen lain dalam kluster outer dependence atau bagian dari kluster itu sendiri inner dependence. Menurut Pourebrahim et al. 2010 bahwa metode multikriteria analisis dapat membantu untuk mengoptimalkan kekuatan kriteria dan indikator dalam memahami penggunaan lahan di wilayah pesisir, karena wilayah ini sangat kompleks dengan berbagai macam konflik kepentingan secara kualitatif dan kuantitatif sehingga membutuhkan metode untuk mengambil keputusan yang terstruktur. Analytic network process adalah salah satu metode dari analisis MCA yang sangat berguna dan secara potensial serta relevan sebagai alat untuk mencari kesesuaian lahan di wilayah pesisir karena mempertimbangkan semua aspek yang berpengaruh di dalamnya. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis SIG adalah sistem komputer yang mempunyai kemampuan pemasukan, pengambilan, analisis data, dan tampilan data geografis yang sangat berguna bagi pengambil keputusan. Sistem computer ini terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak dan manusia personal yang dirancang untuk efisien memasukkan, menyimpan, memperbaharui, memanipulasi, menganalisa, dan menyajikan semua jenis informasi yang berorientasi geografis Prahasta 2009. SIG mempunyai 4 kelompok utama yaitu: perangkat keras, perangkat lunak, organisasi manajemen dan pemakai. Kombinasi yang paling tepat antara keempat komponen utama akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan SIG dalam suatu organisasi Barus et al. 2000 Aplikasi GIS digunakan pada bidang kartografi, penginderaan jauh, survei pertanahan, pengelolaan fasilitas umum, pengelolaan sumberdaya alam, geografi, perencanaan perkotaan, navigasi, bidang perikanan dan kelautan khususnya pada sistem informasi perikanan telah banyak dilakukan di banyak negara termasuk di Indonesia Prahasta 2009. Sistem Informasi Geografis SIG mempunyai kemampuan analisis keruangan spatial analysis maupun waktu temporal analysis. Dengan kemampuan tersebut SIG dapat dimanfaatkan dalam perencanaan apapun karena pada dasarnya semua perencanaan akan terkait dengan dimensi ruang dan waktu. Dengan demikian setiap perubahan, baik sumberdaya, kondisi maupun jasa-jasa yang ada di wilayah perencanaan akan terpadu dan terkontrol secara baik Rais et al. 2004. Pemanfaatan teknologi Sistem Informasi Geografis untuk perikanan diharapkan dapat mampu memberikan gambaran dan tampilan spasial alokasi pemanfaatan ruang. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad 2009 dan Pramudya 2008 mengkaji pengelolaan wilayah pesisir berbasis zonasi di Kota Padang dan Provinsi Jambi. Kajian penelitian oleh Elly 2006 tentang rencana pengembangan wisata bahari di Teluk Lada Pandeglang dan pemetaan terumbu karang yang 13 dilakukan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2010 di Kabupaten Pandeglang Sistem Informasi Geografis secara umum dipahami memiliki kontribusi besar dalam pengelolaan wilayah pesisir, yakni 1 membantu memfasilitasi berbagai pihak sektoral, swasta dan Pemda yang merencanakan sesuatu, dapat dipetakan dan diintegrasikan untuk mengetahui pilihan-pilihan manajemen dan alternatif perencanaan yang paling optimal, 2 merupakan alat yang digunakan untuk menunjang pengelolaan sumberdaya pesisir yang berwawasan lingkungan. Dengan menggunakan SIG dengan mudah dan cepat dapat melakukan analisis keruangan dan pemantauan terhadap perubahan lingkungan pesisir Gunawan 1998. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2012 bertempat di kawasan pesisir Kabupaten Pandeglang yang meliputi 8 kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Carita, Labuan, Pagelaran, Sukaresmi, Panimbang, Cimanggu, Cigeulis dan Sumur. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena kesamaan letak di sepanjang perairan Selat Sunda dan memiliki potensi pengembangan sumberdaya alam pesisir yang sangat besar untuk dikelola dan diperhatikan. Pengumpulan Data 1. Data Primer Pengumpulan data primer merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan melalui: - Observasi, wawancara, kuesioner atau diskusi langsung dengan instansi pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, Dinas Tata ruang, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Pandeglang, tokoh masyarakat, dan Dosen Universitas Tirtayasa - Survei lapang ke tempat wilayah penelitian untuk identifikasi dan evaluasi pemanfaatan ruang yang ada saat ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dalam survei lapang meliputi kebijakan, kondisi fisik wilayah, kondisi sosial budaya, kondisi ekonomi, kondisi pemanfaatan ruang aktual, kondisi ekologi serta rencanastudi terkait lainnya. Pengambilan data sekunder ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 1. Studi Pustaka Studi pustaka diperoleh dari referensi jurnal, seminar, prosiding dan situs internet untuk mengunduh data fisik dan oseanografi serta buku terkait 13 dilakukan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2010 di Kabupaten Pandeglang Sistem Informasi Geografis secara umum dipahami memiliki kontribusi besar dalam pengelolaan wilayah pesisir, yakni 1 membantu memfasilitasi berbagai pihak sektoral, swasta dan Pemda yang merencanakan sesuatu, dapat dipetakan dan diintegrasikan untuk mengetahui pilihan-pilihan manajemen dan alternatif perencanaan yang paling optimal, 2 merupakan alat yang digunakan untuk menunjang pengelolaan sumberdaya pesisir yang berwawasan lingkungan. Dengan menggunakan SIG dengan mudah dan cepat dapat melakukan analisis keruangan dan pemantauan terhadap perubahan lingkungan pesisir Gunawan 1998. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2012 bertempat di kawasan pesisir Kabupaten Pandeglang yang meliputi 8 kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Carita, Labuan, Pagelaran, Sukaresmi, Panimbang, Cimanggu, Cigeulis dan Sumur. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena kesamaan letak di sepanjang perairan Selat Sunda dan memiliki potensi pengembangan sumberdaya alam pesisir yang sangat besar untuk dikelola dan diperhatikan. Pengumpulan Data 1. Data Primer Pengumpulan data primer merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan melalui: - Observasi, wawancara, kuesioner atau diskusi langsung dengan instansi pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, Dinas Tata ruang, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Pandeglang, tokoh masyarakat, dan Dosen Universitas Tirtayasa - Survei lapang ke tempat wilayah penelitian untuk identifikasi dan evaluasi pemanfaatan ruang yang ada saat ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dalam survei lapang meliputi kebijakan, kondisi fisik wilayah, kondisi sosial budaya, kondisi ekonomi, kondisi pemanfaatan ruang aktual, kondisi ekologi serta rencanastudi terkait lainnya. Pengambilan data sekunder ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 1. Studi Pustaka Studi pustaka diperoleh dari referensi jurnal, seminar, prosiding dan situs internet untuk mengunduh data fisik dan oseanografi serta buku terkait 14 penunjang penelitian ini dan dijadikan bahan pengembangan teori dasar yang relevan. 2. Instansi Pemerintah Data sekunder diperoleh dari instansi dari para satuan kerja pemerintah daerah atau pusat yang telah mempunyai data tahunan dan dipublikasikan. Jenis dan sumber data yang diperoleh bisa dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi jenis data dalam survei lapangan Komponen data Jenis data Sumber data Teknik pengambilan data Kebijakan : a. RTRW, RPJM dan Renstra b. Isu dan masalah c. Studi terkait Primer dan Sekunder Bappeda, Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pandeglang dan DKP Provinsi Banten Observasi, wawancara dan Studi Pustaka Kondisi fisik wilayah: a. Geografis dan administratif b. Geologi, morfologi dan Topografi c. Iklim dan Cuaca Sekunder Bappeda Kab. Pandeglang Studi Pustaka Hidro oseanografi: a. Kedalaman laut, arus laut, gelombang b. Kualitas perairan Sekunder Dishidros TNI AL Website: http:www.erddap.com, Penelitian terdahulu Studi Pustaka Bio-ekologi: a. Sebaran biota dan kondisi ekosistem mangrove, terumbu karang, lamun Primer dan Sekunder Responden dan DKP Kab. Pandeglang Wawancara, observasi dan studi pustaka Statistik tangkap dan KP3K Sosial ekonomi dan budaya: a. Kependudukan, perekonomian, sarana dan prasarana b. Pemanfaatan ruang aktual Primer dan Sekunder Responden, Badan Pusat Statistik dan Bappeda Kab. Pandeglang Wawancara, observasi dan Studi Pustaka Peta yang terkait penelitian: a. Peta wilayah administrasi b. Peta Kemiringan lahan c. Peta sebaran terumbu karang d. Peta kepadatan penduduk e. Peta Bathymetri No. 71 skala 1:200.000 f. Peta Pola ruang berdasarkan RTRW Kab. Pandeglang Sekunder Bappeda Kab. Pandeglang Studi Pustaka Metode penentuan responden dalam menggali informasipendapat stakeholders melalui pendekatan expert judgement pendapat para ahli. Para ahli ditentukan secara purposive sampling dengan kriteria memiliki pengetahuan serta wawasan yang luas serta terlibat langsung maupun tak langsung dalam pemanfaatan ruang di wilayah pesisir. Responden berjumlah 12 orang, yang merupakan tokoh kunci yang mewakili kelompok-kelompok stakeholders yang diperoleh pada saat pengidentifikasian. Kelompok ini meliputi setiap unsur yang 15 terkait dengan pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Pandeglang yaitu dari unsur birokrasi yang diwakili oleh Sekretaris Bappeda Kabupaten Pandeglang, Kepala Bidang Penangkapan dan Bidang Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten dan Kabupaten Pandeglang, Kepala Bidang Tata Ruang dan Pertamanan Kab. Pandeglang, akademisi yang diwakili oleh Universitas Tirtayasa Serang Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan serta tokoh masyarakat di wilayah penelitian. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ini dibagi empat tahapan seperti yang diuraikan diagram alir pada Gambar 3. Gambar 3. Diagram alir penelitian Mengidentifikasi dan Mengevaluasi Pemanfaaatan Ruang Pesisir Mengidentifikasi dan mengevaluasi isu serta permasalahan di wilayah peisisir dilakukan dengan wawancara dari para ahli yang berkompeten di bidang perikanan dan kelautan. Wawancara dilakukan dalam dua tahap, yaitu Tahapan analisis ANP dengan software Super Decision 9.0 : a. Membuat struktur jaringan berdasarkan pengelompokkan kriteria sosial, ekonomi dan ekologi b. Masukkan rataan geometrik pembobotan kriteria yang diperoleh dari wawancara para ahli c. Pengklasifikasian indikator diberi penilaian berdasarkan tingkat kepentingannya dengan skala 1-9 d. Hasil dari ANP berupa matriks prioritas Isu dan masalah kondisi SD Teknik overlay PETA ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG ANALISA SPASIA L ANALISIS KESESUAIAN DENGAN STANDARISASI PEMBOBOTAN DAN SKORING Pengumpulan Peta dasar: Peta wilayah administrasi, Peta kepadatan penduduk, Peta kemiringan lahan, Peta bathymetri - Renstra - RZWP3K Kabkota dan Provinsi - Wawancara para ahli 1. Fungsi ekologi 2. Fungsi ekonomi 3. Fungsi sosial SINTESIS PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PESISIR PEMANFAATAN RUANG: 1. Budidaya Laut 2. Konservasi perairan 3. Pariwisata bahari 4. Pelabuhan perikanan pantai 5. Perikanan tangkap 16 a. Tahap pertama responden diminta untuk menjabarkan isu dan permasalahan yang terjadi di wilayah pesisir berdasarkan kriteria ekologi, sosial, ekonomi dan terkait dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1; b. Wawancara ke dua, seperangkat kriteria dan faktor yang mempengaruhi kesesuaian pemanfaatan ruang di wilayah pesisir disajikan kepada para ahli untuk diberi bobot penilaian dengan menggunakan matriks perbandingan berpasangan. Pembobotan ini dilakukan untuk menentukan tingkat kepentingan pengaruh dan seberapa besar pentingnya suatu indikator dengan pertimbangan kondisi dan kenyataannya di lapangan Lampiran 2. Kriteria atau indikator yang telah dipilih oleh para ahli diberi penilaian skala menurut Saaty 2005 terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Skala penilaian dalam ANP Skala Penilaian Keterangan 1 Sama pentingnya Kedua aktivitas berkontribusi sama terhadap objek 2 Sedikit kepentingannya 3 Cukup penting Berdasarkan pengalaman dinilai sedikit disukai diantara kegiatan lainnya 4 Cukup plus kepentingannya 5 Kuat kepentingannya Berdasarkan pengalaman dinilai sangat disukai diantara kegiatan lainnya 6 Kuat plus kepentingannya 7 Sangat kuat kepentingannya Berdasarkan pengalaman dinilai sangat kuat disukai dan menunjukkan dominasi diantara kegiatan lainnya 8 Sangat kuat sekali kepentingannya 9 Kepentingannya ekstrem Telah terbukti mendukung dan memiliki urutan tertinggi di antara yang lainnya Menggunakan kebalikan untuk invers perbandingan Sumber : Saaty 2005 Penentuan Tingkat Pengaruh Suatu Kriteria dengan ANP Dalam penelitian ini untuk menentukan tingkat pengaruh suatu kriteria dalam Analytic Network Process dibantu oleh perangkat lunak komputer super decision 9.0. Analisa data terdiri atas perhitungan consistency ratio, penyusunan supermatriks, dan sintesis untuk memperoleh hasil akhir berupa tingkat prioritas setiap faktor. Tahapan yang dilakukan dalam teknik ANP adalah sebagai berikut: a. Penyusunan struktur jaringan Susun struktur jaringan yang menggambarkan besarnya pengaruh setiap kriteria dalam kluster fungsi ekologi, sosial ekonomi dan kebijakan yang berperan dalam pemanfaatan ruang di wilayah pesisir. Struktur jaringan ini dibuat dengan mempertimbangkan keterkaitan besarnya pengaruh antar kriteria di dalam klusternya dan keterkaitan dengan kriteria yang berada di luar kluster. b. Pembobotan para ahli Kriteria yang sudah disusun dalam jaringan dibuat perbandingannya dalam supermatrik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat 17 kepentingan suatu kriteria bila dibandingkan dengan kriteria lain dengan metode pembobotan dari para ahli. c. Consistency Ratio CR Hasil pembobotan para ahli diuji kekonsistenannya dengan uji Consistency Ratio CR. Consistency Ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan konsisten atau tidak. Untuk menghitung Consistency Ratio diperlukan nilai Random Index RI yaitu indeks acak yang didapat dari tabel Oak Ridge Laboratory dari matriks berorde 1 sampai 15 yang menggunakan sampel berukuran 100. Tabel RI dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai random index Orde n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Random Index RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59 Sumber : Oak Ridge Laboratory dalam Saaty 1996 Rumus perhitungan vektor prioritas atau eigen vector VP adalah sebagai berikut: VP= dimana : aij = elemen baris ke-i kolom ke-j dari matriks ke-k m = jumlah matriks pendapat individu yang memenuhi persyaratan = perkalian dari elemen k=1 sampai dengan k=m Perhitungan Weight Sum Vector VA, dengan mengalikan matriks pendapat hasil perbandingan berpasangan dengan eigen vector menggunakan rumus : VA = aij x VP dengan VA = vai Kemudian dihitung Consistency Vector VB dengan cara menentukan nilai rata-rata dari Weight Sum Vector VA atau dengan kata lain : VB = dengan VB = vbi Nilai rata-rata dari elemen Consistency Vector VB disebut nilai eigen maksimum λ max dengan rumus : λ max = untuk i = 1, 2, ... , n Nilai eigen maksimum λ max tersebut digunakan untuk menghitung Consistency Index CI yang dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang berpengaruh terhadap keabsahan hasil. Rumus Consistency Index CI yaitu : CI = Dengan diketahuinya nilai Consistency Index CI dan Random Index RI maka dapat dihitung nilai Consistency Ratio CR menggunakan rumus: 18 CR = Nilai Consistency Ratio CR ≤ 0.1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian nilai CR merupakan tolak ukur bagi konsisten atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan. Setelah diuji kekonsistenannya perhitungan dilanjutkan dengan mencari bobot rataan geometrik dari semua persepsi responden. Menurut Marimin 2004, pada dasarnya AHP maupun ANP dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden ahli. Namun dalam aplikasinya penilaian dilakukan oleh beberapa ahli multidisiplioner. Konsekuensinya pendapat beberapa ahli tersebut perlu dicek konsistensinya satu per satu. Pendapat yang konsisten kemudian digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometrik. Rumus rata- rata geometrik adalah sebagai berikut : Gij= dimana: aij = elemen baris ke-i kolom ke-j dari matriks pendapat individu ke-k m = jumlah matriks pendapat individu yang memenuhi persyaratan perkalian dari elemen k=1 sampai dengan k=m d. Supermatriks Angka-angka yang diperoleh dari hasil kuesioner masing-masing responden berupa pendapat mengenai interaksi saling ketergantungan antar elemen pada masing-masing cluster diturunkan menjadi suatu supermatriks. Jika diasumsikan suatu sistem memiliki N cluster dimana elemen-elemen dalam tiap cluster saling berinteraksi atau memiliki pengaruh terhadap beberapa atau seluruh cluster yang ada. Jika cluster dinotasikan dengan Ch, dimana h = 1, 2, …, N, dengan elemen sebanyak nh yang dinotasikan dengan eh1, eh2, …, ehnh. Pengaruh dari satu set elemen dalam suatu cluster pada elemen yang lain dalam suatu sistem dapat direpresentasikan melalui vektor prioritas berskala rasio yang diambil dari perbandingan berpasangan pairwise comparison yang membentuk matriks W yang berukuran hxh. Misalkan apabila Ci dibandingkan dengan Cj, maka aij merupakan nilai matriks pendapat berpasangan yang mencerminkan nilai tingkat kepentingan Ci terhadap Cj. Sedangkan nilai untuk wji = 1wij, yaitu nilai kebalikan dari nilai matriks wij. Untuk i = j menunjukkan nilai matriks wij = wji = 1, perbandingan elemen terhadap elemen itu sendiri adalah 1. Secara umum hubungan kepentingan antar elemen di dalam jaringan dengan elemen lain di dalam jaringan dapat digambarkan mengikuti supermatriks sebagai berikut: 19 Gambar 4. Supermatrix dalam ANP Tahapan supermatriks untuk mencari kriteria prioritas sebagai berikut :

1. Unweighted Supermatrix supermatriks tak terbobot

Unweighted supermatrix adalah supermatriks yang masih belum terboboti yang berasal dari masing-masing kolom dalam Wij dan disebut juga dengan eigen vector yang menunjukkan kepentingan dari elemen pada komponen ke-i dari jaringan pada sebuah elemen pada komponen ke-j. Nilai eigen vector untuk setiap matriks hasil perbandingan berpasangan dalam setiap kluster dimasukkan ke dalam sebuah supermatriks dan menghasilkan sebuah kombinasi saling ketergantungan antar elemen. Oleh karena itu diperlukan perbandingan antara matriks itu sendiri untuk disesuaikan dengan pengaruhnya pada masing-masing elemen dalam supermatriks. Beberapa masukan yang menunjukkan hubungan nol pada elemen mengartikan tidak terdapat kepentingan pada elemen tersebut. Jika hal tersebut terjadi maka elemen tersebut tidak digunakan dalam perbandingan berpasangan untuk menurunkan eigen vector. Jadi yang digunakan adalah elemen yang menghasilkan nilai kepentingan bukan nol Saaty 1999.

2. Weighted Supermatrix supermatriks terboboti

Supermatriks terbobot weighted supermatrix berasal dari pemberian bobot pada masing-masing kolom supermatriks. Perbandingan nilai unweighted supermatrix yang meningkatkan pengaruh prioritas pada vektor turunan dari semua komponen yang dibandingkan pada supermatriks kolom sebelah kiri dengan baris sebelah atas. Masing-masing vektor hasil memberikan bobot pada blok matriks yang akan berpengaruh pada komponen lain. Masukan pertama dari vektor dikalikan dengan semua elemen pada kolom blok pertama, kemudian dilanjutkan pada semua elemen kedua dan seterusnya. Hasil yang diperoleh disebut sebagai yang kemudian dikenal sebagai matriks bersifat stokastik.

3. Limited supermatrix supermatriks batas

Supermatriks terbatas limited supermatrix adalah nilai akhir dari bentuk saling mempengaruhi yang diperoleh dengan membuat turunan prioritas yang diinginkan dengan mentransformasikan supermatriks stokastik Saaty 2004. 20 Transformasi supermatriks ini diperoleh dari supermatriks terbobot yang dinormalisasi yaitu jika semua elemen dari komponen mempunyai pengaruh nol pada semua elemen dari komponen yang kedua, pengaruh prioritas dari komponen pertama itu sendiri terhadap komponen kedua harus sama dengan nol. Matriks batas ini disebabkan karena supermatriks yang diperoleh tidak harus dipengaruhi oleh elemen dari semua komponen atau tidak ada elemen dari suatu komponen yang mempengaruhi elemen pada komponen lain sehingga memberikan nilai nol pada semua prioritas vektor. Hal ini merupakan alasan untuk melakukan normalisasi dari beberapa kolom untuk membuat sebuah stokastik supermatriks terbobot. Hasil akhir dari supermatriks batas ini berupa besarnya bobot dari setiap faktor dan elemen yang digunakan sebagai dasar untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang sesuai yaitu faktor yang paling mempengaruhi dalam pemanfaatan ruang di wilayah pesisir. Analisis Spasial Analisis spasial dilakukan melalui model prosedur analisis keruangan dengan cara mengumpulkan peta-peta dasar yang ada meliputi peta administrasi, peta penggunaan lahan, peta kemiringan lahan, peta RTRW dan peta bathymetri untuk dijadikan sebagai data base dalam GIS agar mudah untuk melakukan proses analisis untuk tahap selanjutnya. Basis data dibentuk berdasarkan data spasial dan data atribut wilayah darat dan wilayah laut, kemudian dibuat dalam bentuk layers dimana akan dihasilkan peta-peta tematik dalam format dijital sesuai kebutuhanparameter untuk masing- masing jenis kesesuaian lahan. Data parameter yang diperoleh dalam bentuk titik dibuat interpolasi dengan metode inverse distance weighted IDW untuk merubahnya menjadi bentuk area polygon. Metode ini dilakukan dengan asumsi bahwa nilai titik yang paling dekat lebih mempengaruhi dibandingkan dengan nilai titik yang terjauh Chang 2004 atau tiap titik input mempunyai pengaruh yang bersifat lokal yang berkurang terhadap jarak. Metoda ini memberi bobot lebih tinggi pada sel yang terdekat dengan titik data dibandingkan sel yang lebih jauh. Hasil dari IDW berbentuk raster dengan ukuran sel 10x10 selanjutnya untuk wilayah laut dilakukan extraction by mask sepanjang 4 mil ke arah laut dari garis pantai dan wilayah darat berdasarkan batas administrasi desa. Setelah itu dilakukan proses reclassify untuk membagi kisaran kriteria menjadi tiga sampai lima kelas tergantung dari kisaran yang dibutuhkan untuk analisa kesesuaian lahan. Proses selanjutnya adalah melakukan convert ke dalam bentuk vektor. Bentuk vektor dari masing-masing kriteria penyusun pemanfaatan ruang disusun dalam bentuk layer- layer yang dapat menggambarkan tema-tema tertentu sesuai dengan karakteristik wilayah tersebut. Setelah basis data terbentuk dari seluruh variabel dalam bentuk peta, analisis spasial dilakukan dengan metode tumpang susun terhadap parameter yang berbentuk poligon. Proses overlay dilakukan dengan dua cara yaitu intersect dan union untuk masing-masing layers tiap jenis kesesuaian pemanfaatan ruang di