47
Analisis Spasial
Analisa spasial pada penelitian ini menggunakan kriteria berdasarkan pedoman rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tahun 2011 dan
kriteria berdasarkan hasil ANP. Mengingat kondisi dan kendala yang ada maka data yang diperoleh berupa data sekunder dan keakuratannya dibandingkan
dengan kondisi secara deskripsi di lapangan.
Kriteria Ekologi a.
Kedalaman perairan
Bathymetri atau pengukuran kedalaman perairan merupakan pengukuran dan pemetaan dari topografi dasar laut dimana peta bathymetri memberikan
informasi mengenai dasar laut. Pemanfaatan peta bathymetri dalam bidang kelautan misalnya dalam penentuan alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai.
pembangunan jaringan pipa bawah laut dan sebagainya.
Batas-batas pantai yang merupakan daerah peralihan antara daratan dan lautan sering ditandai dengan adanya suatu perubahan kedalaman yang berangsur-
angsur. Bagian-bagian tersebut adalah: - Continental shelf merupakan daerah yang mempunyai lereng yang landai
dan berbatasan langsung dengan daratan - Continental slope memiliki lereng yang lebih terjal daripada continental
shelf - Continental rise merupakan daerah yang mempunyai lereng yang kemudian
perlahan-lahan menjadi datar pada dasar lautan Berdasarkan data yang diperoleh maka sebaran kedalaman di perairan
Kabupaten Pandeglang adalah seperti Gambar 9.
Gambar 9. Sebaran kedalaman perairan Selat Sunda
48
Gambar 9 menyajikan bahwa sebaran kedalaman di kecamatan Carita berkisar antara 10-15 meter di sepanjang pesisir pantai dan di atas 15 meter ke
arah laut. Pesisir kecamatan Labuan pada desa Banjarmasin dan Pejamben mempunyai kedalaman di atas 10 meter, desa Caringin dan Teluk di atas 8 meter,
desa Sukamaju dan Cigondang di atas 5 meter, sekitar pulau Popole mempunyai kedalaman di 8-10 meter dan kedalaman berkisar antar 0-5 meter hanya terdapat
di desa Labuan.
Pesisir pantai kecamatan Pagelaran dan Sukaresmi yang berbatasan dengan garis pantai mempunyai kedalaman perairan berkisar antara 0-8 meter dan
termasuk perairan dangkal. Sedangkan pada kecamatan Panimbang di desa Panimbang Jaya sebagian besar pesisirnya mempunyai kedalaman 5-8 meter dan
berbatasan dengan desa Mekarsari mempunyai kedalaman 0-5 meter. Pada desa Mekarsari, Citeureup dan sebagian desa Tanjung Jaya kedalaman perairan
berkisar 0-5 meter, sekitar pulau Liwungan mempunyai kedalaman 10-15 meter. desa Tanjung Jaya dan Banyu Asih sebagian besar wilayah perairannya
berkedalaman di atas 15 meter dan di sepanjang pesisir garis pantainya banyak terumbu karang. Sedangkan desa Tangkil sari yang termasuk dalam kecamatan
Cimanggu mempunyai kedalaman di atas 8 meter dan sebagian besar desa pesisir di kecamatan Sumur mempunyai kedalaman perairan di atas 15 meter, hanya pada
desa Taman Jaya kedalaman di atas 5 meter dan Ujung Jaya di atas 8 meter.
Sesuai hasil analisa spasial kedalaman perairan di Kabupaten Pandeglang di perairan sebelah utara memiliki topgrafi perairan yang lebih landai dengan
kedalaman berkisar antara 0-15 meter sedangkan pada perairan di bagian selatan kedalamannya cenderung lebih terjal dengan kedalaman berkisar di atas 15 meter.
Hal ini dipengaruhi oleh bentuk topografi dasar laut yang terbentuk akibat proses tektonik yang telah terjadi pada ratusan tahun yang lalu di sepanjang Selat Sunda
ini
b. Kecepatan arus
Data kecepatan arus tahun 2009 di perairan Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Data rataan bulanan kecepatan arus
No Latitude Y
Longitude X u_current ms
v_current ms
1 -6.875
105.375 0.1759
0.1457 2
-6.875 105.625
0.1397 0.1031
3 -6.875
105.875 0.1416
0.0569 4
-6.625 105.375
0.1507 0.1880
5 -6.375
105.375 0.1132
0.1776 6
-6.375 105.625
0.1556 0.1555
7 -6.125
105.375 0.0624
0.1422 8
-6.125 105.625
0.1085 0.1368
Sumber: www.erddap.com
Berdasarkan Tabel 24 nilai u current menunjukkan kecepatan arus dan nilai v current menunjukkan arah angin. Nilai u current yang diperoleh mempunyai
nilai maksimum 0.1759 ms pada lintang -6.875 bujur 105.375 yang berada di bagian perairan selatan Selat Sunda dengan kedalaman perairan kurang dari 20
meter dan nilai minimum 0.0624 ms pada lintang -6.125 bujur 105.375 yang
49
berada di perairan utara Selat Sunda yang mempunyai kedalaman laut di atas 40 meter. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai u maka ketinggian
permukaan laut semakin rendah sedangkan nilai u rendah menunjukkan kedalaman semakin tinggi.
Nilai arus u dan v dibuat dalam bentuk peta sebaran dengan menggunakan perangkat lunak Surfer dan hasil yang dapat diperlihatkan seperti Gambar 10 dan
Gambar 11 tentang sebaran kecepatan arus di Kabupaten Pandeglang.
Gambar 10. Peta pola arus dan arah angin permukaan perairan Selat Sunda
Gambar 11. Peta sebaran arus permukaan perairan
50
Pada nilai v current, mempunyai nilai maksimum sebesar 0.1889 ms pada lintang -6.625 bujur 105.375 yang terletak pada teluk taman nasional Ujung
Kulon dan nilai v minimum sebesar 0.0569 ms pada lintang -6.875 bujur 105.875 terletak pada daerah daratan. Hal ini menunjukkan bahwa angin yang bergerak
menuju daratan mempunyai nilai paling tinggi sedangkan angin yang bergerak dari daratan mempunyai nilai yang paling rendah. Secara umum kondisi angin
yang terjadi di perairan Selat Sunda dipengaruhi oleh sistem angin muson, yang mengalami perubahan arah dua kali dalam setahun, yaitu angin muson barat laut
yang bertiup dari barat laut menuju tenggara dan angin muson tenggara yang bertiup dari tenggara menuju barat laut.
Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa kecepatan arus permukaan di Kabupaten Pandeglang relatif seragam. Namun perairan bagian utara nilainya
lebih besar sekitar 0.15-0.25 ms dibandingkan dengan perairan di selatan sekitar 0.05-0.15 ms. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Oktavia 2011 bahwa variasi beda tinggi muka laut yang dipengaruhi oleh perubahan arah dan kecepatan angin di perairan Selat Sunda menimbulkan
kemiringan slope permukaan laut. Menurut Oktavia 2011 di perairan selat Sunda arus geostrofik yang timbul menyebabkan massa air mengalir ke arah barat
apabila bernilai negatif dan mengalir ke arah timur jika bernilai positif.
Hasil penelitian Oktavia 2011 yang dilakukan pada bulan maret 2008 sampai Februari 2009 menunjukkan bahwa selama musim timur Juni-Agustus
kecepatan rata-rata arus geostrofik berkisar antara 0.14-0.16 ms yang mengalir ke barat daya menuju Samudera Hindia, sedangkan pada musim barat Desember-
Februari kecepatan rata-rata arus geostrofik permukaan berkisar antara 0.14-0.17 ms dan mengalir ke timur laut menuju laut Jawa. Berdasarkan asumsi tersebut,
bahwa data yang diperoleh pada penelitian ini diambil pada saat musim timur dimana arah angin bernilai positif dan bergerak dari barat daya menuju Samudera
Hindia dengan rata-rata kecepatan arus berkisar 0.1309 ms. c.
Tinggi gelombang
Data tinggi gelombang yang diperoleh pada penelitian ini adalah tinggi gelombang signifikan significant wave height yaitu rata-rata tinggi gelombang
dari puncak ke lembah dari sepertiga gelombang laut tertinggi. Kuat lemahnya
gelombang ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kecepatan angin, lamanya angin berhembus duration, dan jarak dari tiupan angin pada perairan terbuka fetch
sedangkan ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal
pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Semakin panjang jarak fetch-nya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar.
Sehingga perairan terbuka tinggi gelombangnya dibandingkan dengan perairan yang lebih tertutup yang dikelilingi oleh daratan dan pulau yang mengelilinginya.
Dari hasil analisa spasial bahwa untuk perairan utara kabupaten Pandeglang yang lebih dekat ke Laut Jawa mempunyai kisaran gelombang yang lebih rendah
dibandingkan dengan perairan di bagian selatan yang lebih dekat ke Samudera Hindia.
Berdasarkan penelitian Kurniawan 2011 bahwa rata-rata tinggi gelombang di wilayah yang berbatasan dengan laut lepas baik Samudera Hindia,
Samudera Pasifik dan Laut Cina Selatan, mempunyai rata-rata tinggi gelombang