54
Di perairan bagian utara lebih dominan pada selang kelas 29-30°C, hal ini bisa terlihat pada Gambar 15 bahwa kecamatan Carita, Labuan, Pagelaran, pesisir
Sidamukti dan sebagian Panimbang mempunyai suhu pada selang kelas tersebut. Sedangkan kecamatan Sumur dan desa Banyuasih mempunyai suhu sekitar 28-
29°C.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Minarto et al. 2008 bahwa karakteristik temperatur di selat Sunda ditandai dengan adanya masukan massa air
yang lebih dingin dari samudera Hindia serta massa air yang lebih hangat dari Laut Jawa serta dari daratan Jawa dan Sumatera. Menurutnya bahwa tinggi
rendahnya temperatur dipengaruhi pula oleh kondisi kedalaman perairan. Pada kedalaman perairan di atas 50 meter temperatur permukaan relatif lebih dingin
dibandingkan perairan dengan kedalaman di bawah 50 meter.
g. Jumlah hari hujan
Sebaran hari hujan pada suatu daerah dipengaruhi oleh faktor iklim dan cuaca. Faktor iklim di Pandeglang lebih dipengaruhi oleh angin muson yang
cenderung mengalir ke arah tenggara Samudera Hindia dari Laut Jawa. Selain itu pula ketinggian dan kemiringan lahan dari permukaan laut akan meningkatkan
curah hujan di wilayah tersebut. Kondisi topografi wilayah yang dikelilingi oleh dataran tinggi akan lebih sering hujan seperti pada kecamatan Sumur, yang
wilayahnya sebagian besar berbentuk dataran tinggi. Sedangkan kecamatan yang terletak di bagian utara lebih cenderung landai sehingga curah hujan yang terjadi
cenderung lebih sedikit hanya berkisar 120-150 hari rata-rata dalam setahun.
Gambar 16. Sebaran hari hujan di desa pesisir Kabupaten Pandeglang
h. Bahaya abrasi
Bahaya abrasi yang terjadi pada suatu wilayah lebih cenderung disebabkan oleh arus dan gelombang serta kondisi substrat perairan tersebut. Kondisi perairan
dengan kecuraman dasar laut menyebabkan energi gelombang yang sampai ke tepi pantai besar sehingga menimbulkan abrasi yang hasilnya kemudian
diendapkan di sepanjang garis pantai berupa endapan pasir.
55
Data bahaya abrasi diperoleh dengan cara wawancara terhadap masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar wilayah penelitian. Abrasi ini dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu, kecil, sedang dan besar. Kategori abrasi kecil jika wilayah tersebut mengalami abrasi hanya pada saat gelombang besar, dan belum merubah
garis pantai di wilayah tersebut. Kategori sedang, jika abrasi yang terjadi akibat gelombang dan arus yang besar dan sudah mulai mengikis sebagian besar garis
pantai. Sedangkan kategori abrasi besar jika abrasi yang ditimbulkan oleh arus dan gelombang sudah menyebabkan terdegradasinya garis pantai sehingga garis
pantai di wilayah tersebut menjadi bertambah ke arah darat serta jika musim hujan menyebabkan air laut masuk ke arah daratan.
Sebaran abrasi pantai ini dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Bahaya abrasi di desa pesisir Kabupaten Pandeglang Pada Gambar 17 tersebut dapat dilihat abrasi besar terjadi pada desa
Sukanegara, Sukarame, Cigondang dan Margagiri merupakan perairan dengan substrat perairannya berupa pasir berkarang dan mempunyai kedalaman perairan
di atas 15 meter yang akan menyebabkan gelombang besar sedangkan terumbu karang di daerah tersebut sudah tidak ada akibat sebagian besar karang dan
bebatuan yang berfungsi sebagai peredam gelombang di sekitar wilayah tersebut sudah dieksploitasi oleh manusia. Sedangkan abrasi pada desa Mekarsari terjadi
disebabkan oleh pengkonversian ekosistem pohon bakau di daerah tersebut menjadi areal tambak.
Abrasi sedang terjadi di desa Caringin, Teluk, Tegal papak, dan Cibungur. Pada daerah ini kedalaman perairan hanya berkisar 5-10 meter sedangkan substrat
yang ada merupakan pasir berlumpur sehingga gelombang yang datang tidak terlalu besar. Desa Tanjung jaya mempunyai kedalaman di atas 15 meter namun
karena terumbu karang di wilayah ini masih dipertahankan keberadaannya
56
sehingga abrasi yang yang terjadi tidak menimbulkan dampak yang serius untuk ekosistem di wilayah pesisir tersebut.
Pada desa pesisir yang lain abrasi yang terjadi masih tergolong cukup kecil dan masih dapat di tanggulangi dengan mempertahankan keberadaan ekosistem
alami di daerah tersebut dan meminimalisir aktivitas manusia yang dapat merusak karang dan bebatuan di sepanjang garis pantai. Kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan abrasi antara lain: pengambilan terumbu karang secara besar- besaran dan pengkonversian lahan mangrove untuk peruntukkan lain tanpa
memperdulikan keberlanjutan ekosistemnya, pembangunan gedung di sepanjang sempadan pantai yang akan merusak struktur tanah di pantai tersebut, pengerukan
pasir pantai dan sebagainya.
i. Bahaya banjir
Data bahaya banjir diperoleh dari data potensi desa tahun 2012 dan wawancara dari para masyarakat di sekitar wilayah penelitian. Bahaya banjir
dibagi menjadi tiga kelas yaitu tidak pernah terjadi, terjadi 1-2 kali dalam setahun atau jarang, dan terjadi lebih dari 2 kali dalam setahun atau dalam kategori sering.
Sebaran bahaya banjir yang terjadi di desa pesisir Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Bahaya banjir di desa pesisir Kabupaten Pandeglang Bahaya banjir yang sering terjadi dan frekuensinya lebih dari 2 kali dalam
setahun terjadi di desa Carita dan Banjarmasin. Hal ini lebih disebabkan oleh pasang air laut yang naik ke darat sedangkan Kecamatan Pagelaran, Sukaresmi
dan sebagian Kecamatan Panimbang penyebab banjir disebabkan oleh beberapa faktor antara lain banyaknya volume air sungai yang meluap jika hujan datang
dan menyebabkan banjir bandang, daya serap air hujan ke permukaan tanah di
57
daerah ini lambat karena didominasi dengan lumpur berlempung, kondisi topografi wilayah ini bersifat landai sehingga jika air laut pasang sampai ke
daratan, dan terjadinya abrasi seperti yang terjadi pada desa Mekarsari.
Bahaya banjir yang jarang terjadi dengan frekuensi 1-2 kali dalam setahun terjadi di desa Teluk dan Pejamben lebih disebabkan oleh tingginya curah hujan di
wilayah tersebut berdasarkan data tahun 2010 sebesar 4392 mmHg yang mengakibatkan meluapnya sungai Cipunteun Agung sedangkan banjir di desa
Sumberjaya dan Kertajaya terjadi pada saat musim penghujan dimana curah hujan di wilayah tersebut cukup tinggi berdasarkan data tahun 2010 sebesar 4707
mmHg. j.
Luas tutupan terumbu karang
Terumbu karang adalah bangunan kapur besar yang dibentuk dan dihasilkan oleh binatang karang dan organisme berkapur lainnya, sehingga membentuk
ekosistem yang kompak sebagai habitat bagi biota-biota laut Tuwo 2011. Terumbu karang merupakan suatu ekosistem khas yang terdapat di wilayah pesisir
tropis dan mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting di dalam ekosistem laut.
Hasil dari data survei pemetaan tersebut bisa dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Data luas tutupan karang, CFDI, Estimasi kekayaan jenis dan Jumlah
spesies
Lokasi Kec.
Luas ∑ karang
hidup CFDI
Estimasi Kekayaan
Jenis Jumlah
Spesies Kategori
Karang Kabua
Labuan ±2 ha, radius ±1000
m 25
24 60,765
35 Sangat
buruk Pulau
Popole Labuan
±12 ha, radius ±1000 m
- Karang
Gundul Panimbang
± 2 ha, radius ±1000 m
42,48 -
Pulau Liwungan
Panimbang ±50 ha, radius ±
1000 m 70,59
54 162,465
80 Buruk
Batu Hideung
Cigeulis Panjang pantai ±4
km,lebar perairan ±2 mil laut
45 27
70,935 34
Sangat buruk
Camara Cigeulis
Panjang pantai ± 5 km,lebar perairan ±
2 mil laut 55
32 87,885
39 Sangat
buruk Kalapa
Koneng Cigeulis
Panjang pantai ± 3 km,lebar perairan ±
3 mil laut -
Cigorondo ng
Sumur Panjang pantai ± 3
km,lebar perairan ± 3 mil laut
65,36 -
Pulau Badul
Sumur ± 3 ha, radius ±
1000 m 69,28
77 240,435
121 Sedang
Mantiung Cibitung
Panjang pantai ± 2 km,lebar perairan ±
2 mil laut -
Ket: CFDI = Coral Fish Diversity Index Sumber : Lampiran SK Bupati No.660Kep.369-Huk2007 dan Laporan Survey Pemetaan
Terumbu Karang, KKP 2010