Perubahan Masyarakat Tumbuh-tumbuhan dalam Proses Suksesi

1. Zona barat, yang berada dibawah pengaruh vegetasi Asia, meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan dengan jenis-jenis kayu yang dominan dari Suku Dipterocarpaceae. 2. Zona timur, berada di bawah pengaruh vegetasi Australia meliputi pulau Maluku, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Jenis dominan adalah dari suku Araucariaceae dan Myrtaceae. 3. Zona peralihan, dimana pengaruh dari kedua benua tersebut bertemu yaitu Pulau Jawa dan Sulawesi, terdapat dari jenis Araucariacea, Myrtaceae, dan Verbenaceae. Sekalipun dapat dikatakan pemisahan demikian tidaklah berarti bahwa batas tersebut merupakan garis tegas yang dari penyebaran vegetasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa penyebaran hutan hujan tropis di Indonesia terdapat terutama di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, serta Irian.

2.2 Perubahan Masyarakat Tumbuh-tumbuhan dalam Proses Suksesi

Masyarakat hutan adalah salah satu sistem yang hidup dan tumbuh, suatu masyarakat yang dinamis dimana terbentuk secara berangsur-angsur melalui tahapan, yaitu invasi oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan, dan penguasaan serta reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilisasi. Proses ini disebut dengan suksesi atau sere Soerianegara dan Indrawan 1998. Suksesi sendiri merupakan proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap response yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi, meskipun perubahan-perubahan internal diperlukan untuk mempertahankan kehadiran komunitas berlangsung secara sinambung Resosoedarmo et al. 1988. Selama suksesi berlangsung hingga tercapai stabilisasi atau keseimbangan dinamis dengan lingkungan, terjadi pergantian-pergantian masyarakat tumbuh- tumbuhan hingga terbentuk masyarakat yang disebut vegetasi klimaks. Setiap ada perubahan, akan ada mekanisme atau proses yang mengembalikan keadaan kepada seimbang Soerianegara dan Indrawan 1998. Setelah beberapa waktu, perubahan muncul pada komponen-komponen yang tidah hidup dalam ekosistem. Perubahan lingkungan ini menjadi bagian dari aktivitas organisme itu sendiri dan bagian fenomena yang berdiri sendiri pada komunitas yang sepantasnya. Pengaruh-pengaruh awal mengarah pada autogenic, yang memproduksi suksesi autogenik Tansley 1935 dalam Chandler et al 1983, dan kemudian sebagai allogenik, memproduksi suksesi allogenik. Sebenarnya, kedua kekuatan tersebut aktif pada saat yang bersamaan tapi satu diantara yang lainnya lebih kuat. Pengaruh autogenic tergantung pada komposisi spesies dan struktur komunitas karena setiap spesies berkontribusi secara individual yang menjadi dampak keseluruhan suksesi. Daur nutrisi dapat berpengaruh besar dalam memberi simpanan nutrisi bagi beberapa spesies. Pengaruh autogenis pun berpengaruh terhadap cahaya dan suhu. Pada kekuatan allogenik pun mempengaruhi suksesi tetapi kekuatan ini tidak bergantung pada aktivitas organisme dalam komunitas. Contohnya pada kebakaran hutan, penggembalaan hewan ternak, atau tebang habis pada seluruh hutan Chandler et al 1983. Suksesi primer adalah perkembangan vegetasi mulai dari habitat yang tak bervegetasi hingga mencapai masyarakat yang stabil atau klimaks Soerianegara dan Indrawan 1988. Menurut Gopal dan Bhardwaj 1979 dalam Indriyanto 2008, suksesi primer adalah suksesi yang terjadi pada lahan yang mula-mula tak bervegetasi. Lahan yang tak bervegetasi dapat berarti bahwa lahan tersebut telah lama sekali tidak ada vegetasi apapun yang tumbuhnya diatasnya. Lahan tak bervegetasi dapat juga berarti bahwa lahan tersebut pernah bervegetasi, tetapi mengalami gangguan berat sehingga ekosistem terganggu dan komunitas tumbuhan rusak total. Suksesi sekunder di daerah tropis yang telah dikaji paling baik, berasal dari hutan hujan tropis. Pada umumnya suksesi sekunder penghancuran nabati puncak ini cenderung menuju pada pemulihan kembali hutan hujan itu sebagai puncak pengaruh iklim. Namun, jika kebakaran, penggembalaan atau penurunan sifat tanah berlanjut terus di hutan itu, maka arah suksesi berubah atau menjadi bias, menuju pada puncak biotik yang tidak lebih baik dari ekosistem sebelumnya Ewusie 1990. Ketika kawasan alami berubah menjadi sebuah luasan yang komunitasnya rusak dan suksesinya mengalami kemunduran, muncul sebuah bentuk komunitas yang baru yang disebut suksesi sekunder Chandler et al 1983. Suksesi sekunder terjadi pada saat ekosistem mengalami gangguan dan kerusakan, misalnya karena kebakaran, tetapi komposisi biotik yang sudah ada sebelumnya mempengaruhi penyebab proses Mcnaughton dan Wolf 1990. Menurut Chandler et al 1983, situasi suksesi sekunder ini muncul ketika spesies utama dalam komunitas telah hancur akibat kebakaran, penyakit parasit, tornado, banjir, atau kegiatan manusia seperti pertanian atau kehutanan.

2.3 Komposisi dan Struktur Hutan