Indeks Kemerataan Jenis E

Sedangkan, nilai indeks kekayaan jenis terendah dari tiap kondisi hutan berbeda-beda. Kondisi hutan tidak terbakar memiliki nilai indeks terendah sebesar 0,19 pada bentuk pertumbuhan pandan dan palem. Kondisi hutan dengan tingkat kebakaran ringan, sedang dan berat memiliki nilai indeks terendah sebesar 0,00 pada bentuk pertumbuhan berbeda antara lain paku-pakuan, liana, pandan dan palem.

5.5 Indeks Kemerataan Jenis E

Selain indeks dominansi jenis C, nilai indeks kemerataan jenis E pun digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran suatu jenis dalam suatu komunitas. Menurut Magurran 1988, besaran nilai E 0,3 menunjukkan kemerataan jenis rendah, nilai E antara 0,3 sampai dengan 0,6 menunjukkan kemerataan jenis sedang, dan E 0,6 menunjukkan kemerataan jenis tinggi. Berdasarkan hasil analisis vegetasi didapat nilai indeks kemerataan jenis E pada tiap kondisi hutan. Adapun nilai indeks tersebut tercantum dalam Tabel 9. Tabel 9. Indeks Kemerataan Jenis E pada tiap kondisi hutan No. Bentuk Pertumbuhan Indeks Kemerataan Jenis TT TKR TKS TKB 1 Semai 0,56 0,86 0,67 0,86 2 Pancang 0,84 0,82 0,70 0,85 3 Tiang 0,95 0,84 0,97 0,96 4 Pohon 0,78 0,58 0,86 0,70 5 Herba 0,71 0,75 0,75 0,75 6 Semak Belukar 0,74 0,82 0,86 0,83 7 Paku-pakuan 0,17 - - - 8 Liana 0,76 - 0,87 0,48 9 Pandan 0,81 - - - 10 Palem 0,93 - - - 11 Liana Berkayu 0,83 - 0,92 - 12 Epifit 0,56 0,99 0,87 - Keterangan: TT Tidak Terbakar; TKR Tingkat Kebakaran Ringan; TKS Tingkat Kebakaran Sedang; TKB Tingkat Kebakaran Berat Berdasarkan Tabel 11 nilai indeks tertinggi dari tiap kondisi hutan berbeda- beda. Pada kondisi hutan tidak terbakar nilai indeks tertinggi sebesar 0,95 pada tingkat tiang tergolong dalam kemerataan jenis tinggi. Sedangkan, nilai indeks terendah sebesar 0,17 pada paku-pakuan yang tergolong dalam kemerataan jenis rendah. Pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran ringan, epifit dengan nilai indeks sebesar 0,99 merupakan nilai indeks kemerataan jenis tertinggi pada kondisi hutan ini dan juga tergolong dalam kemerataan jenis tinggi. Sedangkan, nilai indeks terendah sebesar 0,58 pada tingkat pohon tergolong dalam kemerataan jenis sedang. Pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran sedang, nilai indeks tertinggi sebesar 0,97 pada tingkat tiang tergolong dalam kemerataan jenis tinggi. Sedangkan, nilai indeks terendah sebesar 0,67 pada tingkat semai8 yang tergolong dalam kemerataan jenis tinggi. Pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran berat, nilai indeks tertinggi sebesar 0,96 pada tingkat tiang tergolong dalam kemerataan jenis tinggi. Sedangkan, liana dengan nilai indeks sebesar 0,48 merupakan nilai indeks terendah yang tergolong dalam kemerataan jenis sedang. Dari data tersebut menunjukkan bahwa epifit pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran ringan memiliki nilai indeks tertinggi dibandingkan seluruh kondisi hutan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bentuk pertumbuhan epifit memiliki penyebaran yang paling merata. Sedangkan untuk bentuk pertumbuhan paku-pakuan pada kondisi hutan tidak terbakar memiliki nilai indeks terendah menunjukkan bahwa penyebaran jenis ini tidak merata atau cenderung mengelompok. Dalam Tabel 9 pun menunjukkan bahwa beberapa tingkat pertumbuhan pada hampir seluruh kondisi hutan yang sebelumnya memiliki nilai indeks dominansi, keragaman, dan kekayaan jenis, namun pada tabel indeks kekayaan jenis tidak menunjukkan nilai dari tingkat pertumbuhan tersebut. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan yang tidak teridentifikasi.

5.6 Koefisien Kesamaan Komunitas IS