tanah menjadi gundul sehingga limpasan air dan pengikisan sering meningkat, terutama pada lereng bukit. Peningkatan limpasan itu berarti
pengurangan jumlah air yang menerus dan air simpanan bawah tanah. Dengan air yang berkurang maka menjadi tidak mungkin untuk
mengembalikan nabatah berkayu yang lebih banyak seperti aslinya Ewusie 1990.
Sifat-sifat kimia memberikan kepada tanah kemampuan menyekap zat hara dan menciptakan lingkungan kimia yang diinginkan untuk pertumbuhan
nabati Hamzah 1981. Perilaku kimiawi tanah dapat ditakrifkan sebagai keseluruhan reaksi fikokimia dan kimia yang berlangsung antar penyusun
tanah dan antara penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan kepada tanah in situ Bolt Bruggenwart 1978 dalam Notohadiprawiro 1998.
c. Terhadap air
Dampak kebakaran terhadap air dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu : kuantitas air dan kualitas air. Terhadap kuantitas air, kebakaran
hutan akan menghilangkan atau mengurangi vegetasi penutup tanah yang selama ini memegang peranan penting dalam siklus hidrologi.
Terhadap kualitas air, kebakaran hutan terutama berkaitan dengan endapan yang terbawa aliran permukaan. Dalam hal ini, kekeruhan akan meningkat
dan oksigen terlarut akan berkurang sehingga akan mengganggu kehidupan ekosistem perairan.
d. Terhadap udara
Proses pembakaran bahan bakar hutan menghasilkan panas serta senyawa lainnya seperti karbon monoksida, karbon dioksida, beberapa jenis
hidrokarbon, uap air dan unsur-unsur lainnya dalam bentuk gas, cair atau padatan partikel. Hasil dari pembakaran tersebut dapat menjadi polutan
yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia.
2.5.4 Kekerasan kebakaran Fire Severity
Kekerasan kebakaran Fire Severity merupakan istilah yang digunakan untuk melukiskan respon ekosistem terhadap api terhadap tanah, sistem air,
ekosistem flora, dan fauna, atmosfer dan masyarakat Simard 1991 dan DeBano et al.
Dalam Syaufina 2008. Fire severity ini dipengaruhi : sifat bahan bakar yang
tersedia dan perilaku api. Menurut DeBano 1998 dalam Syaufina 2008 mengklasifikasikan tingkat kekerasan kebakaran sebagai berikut.
1. Low fire severity terbakar ringan : pemanasan tanah rendah, pengarangan
bagian bawah yang ringan, serasah terbakar habis atau mengarang, tetapi lapisan duff tidak rusak, walaupun permukaannya hangus. Tanah mineral tidak
berubah. Permukaan hitam, abu terjadi untuk waktu singkat. Suhu permukaan pada 1 cm 50
C. Suhu lethal untuk organisma tanah terjadi sampai ke dalam 1 cm.
2. Moderate fire severity terbakar sedang : pemanasan tanah sedang,
pengarangan bawah sedang, serasah habis terbakar dan lapisan duff mengarang atau terbakar habis, lapisan mineral di bawahnya tidak berubah. Abu berwarna
terang. Sampah berkayu terbakar, kecuali log yang mengarang. Abu yang berwarna putih dan kelabu dan arang terjadi pada 1 cm lapisan atas dari tanah
mineral, tetapi soil tidak berubah. Suhu permukaan pada kedalaman 1 cm dapat mencapai 100
C – 200 C. Suhu lethal untuk organisma tanah terjadi sampai kedalaman 3 – 5 cm.
3. High fire severity terbakar berat : pemanasan tanah tinggi, pengarangan
bagian bawah berat, lapisan duff terbakar habis, bagian atas tanah mineral terlihat kemerahan atau oranye. Warna tanah di bawah 1 cm lebih gelap atau
mengarang dari bahan organik. Lapisan arang dapat meluas hingga kedalaman 10 cm atau lebih. Log terbakar atau mengarang dalam yang juga terjadi pada
tumpukan potongan limbah. Tekstur tanah di lapisan permukaan berubah. Semua batang semak terbakar dan hanya batang yang besar mengarang yang
terlihat. Suhu tanah pada kedalaman 1 cm lebih dari 250 C. Suhu lethal
untuk organisma tanah terjadi sampai kedalaman 9 – 16 cm. Berdasarkan presentase total areal yang terbakar, fire severity dapat
digolongkan menjadi 3 kelas berikut. 1.
Low-severity burn terbakar ringan : 2 areal terbakar berat, 15 terbakar sedang, dan sisanya terbakar ringan atau tidak terbakar.
2. Moderate-severity burn terbakar sedang : 10 areal terbakar berat, tetapi
15 terbakar sedang, dan sisanya terbakar ringan atau tidak terbakar.
3. High-severity burn terbakar berat : 10 mempunyai titik-titik yang
terbakar sangat parah, 80 terbakar berat atau sedang dan sisanya terbakar ringan.
Berdasarkan kerusakan pada pohon yang teramati, fire severity dapat diklasifikasikan kelas berikut :
1. Low fire severity terbakar ringan : minimal 50 pohon-pohon menunjukkan
kerusakan yang tak terlihat, dengan sisa kebakaran berupa terbakarnya tajuk, matinya tunas bagian atas mati tapi berkecambah, atau matinya akar, 80
pohon-pohon yang rusak atau terbakar dapat bertahan. 2.
Moderate fire severity terbakar sedang : 20 - 50 pohon-pohon menunjukkan kerusakan yang tak terlihat, dengan sisa kebakaran; 40 - 80
pohon-pohon yang rusak atau terbakar dapat bertahan. 3.
High fire severity terbakar berat : 20 pohon-pohon menunjukkan kerusakan yang tak terlihat, sisa kebakaran sebagian besar berupa kematian
akar, 40 pohon-pohon yang rusak atau terbakar dapat bertahan.
2.5.5 Pencegahan Kebakaran Hutan