cukup lebar tapi lebih baik pada tanah yang bertekstur ringan dan sedikit asam, sedangkan Gmelina lebih menyukai tanah lembab, subur, agak kering, masam
berkapur dan laterit. Selain itu perbedaan jenis pun dapat disebabkan kecocokan suatu jenis dengan keadaan abiotik sekitarnya, salah satunya adalah pengaruh pH
tanah. Jenis Cemara gunung Casuarina junghuhniana merupakan salah satu jenis yang dominan di kondisi hutan dengan tingkat kebakaran berat. Hal ini
disebabkan syarat tumbuh Cemara gunung Casuarina junghuhniana yang toleran pada rentang pH yang lebar, dari pH 2,8 pada tanah liat masam sampai pH
8 pada tanah berkapur WAC 2010. Kandungan C-organik atau bahan organik pada tiap kondisi hutan memiliki
nilai yang berbeda-beda dan tergolong tinggi hingga sangat tinggi. Nilai C- organik kondisi hutan tidak terbakar, tingkat kebakaran ringan, dan tingkat
kebakaran berat tergolong tinggi Lampiran 51. Sedangkan pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran berat menunjukkan bahwa nilai C-organik tergolong
sangat tinggi karena memiliki nilai 2,96 – 7,90. Bahan organik mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap
kesuburan tanah Perdana 2009. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kebakaran cukup mempengaruhi kandungan C-organik tanah yang berkorelasi
terhadap kesuburan tanah tersebut. Sehingga kebakaran mempengaruhi kesuburan tanah menjadi semakin subur. Selain itu, dekomposisi bahan organik juga
menghasilkan humus, dimana humus mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi Perdana 2009.
5.8.2 Kapasitas Tukar Kation KTK dan Kejenuhan Basa KB
Unsur-unsur hara esensial yang terkandung dalam tanah berbentuk ion-ion positif kation. Sehingga kemampuan tanah dalam menjerap ion-ion tersebut
sangatlah penting untuk menunjang pertumbuhan tumbuhan yang ada. Menurut Hardjowigeno 2003, penjerapan ion-ion positif kation dalam besaran
miliekivalen oleh koloid-koloid tanah tersebut dikenal dengan nama kapasitas tukar kation KTK. Sedangkan, kejenuhan basa KB menunjukkan
perbandingan antar jumlah kation-kation basa dengan semua kation basa kation basa dan kation asam yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah
maksimum kation yang dijerap tanah menunjukkan besarnya nilai KTK tanah
tersebut. Pada Tabel 15 menunjukkan hasil dari nilai KTK, KB maupun tekstur tanah pada tiap kondisi hutan.
Tabel 15. Nilai Kapasitas Tukar Kation Tanah KTK, Kejenuhan Basa KB dan tekstur tanah pada tiap kondisi hutan
Kondisi Hutan
KTK KB Tekstur
Pasir Debu Liat me100g
TT 22,15 - 27,15
18,9 - 27,5 13,45 - 21,35
39,96 - 56,74 29,81 -39,83
TKR 29,81 - 31,71
22,5 - 29,1 19,07 - 20,88
43,9 - 44,53 35,22 - 36,4
TKS 25,80 - 32,47
22,4 - 35,4 18,11 - 18,9
43,28 - 49,26 32,63 - 37,82
TKB 25,8 - 26,35
19,2 - 25,9 15,02 - 22,03
38,94 - 53,16 31,82 - 39,03
Keterangan: TT TT; TKR Tingkat Kebakaran Ringan; TKS Tingkat Kebakaran Sedang;
TKB Tingkat Kebakaran Berat
Pada data hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai KTK tiap kondisi hutan. Menurut PPT 1983 dalam Perdana 2009, kondisi hutan tidak terbakar yang
memiliki nilai kisaran antara 22,15 – 27,15 me100 g tergolong rendah, sedangkan seluruh kondisi hutan terbakar memiliki nilai dengan kisaran antara 25,00 – 40,00
me100 g tergolong tinggi. Data ini dapat menunjukkan bahwa kejadian kebakaran meningkatkan nilai KTK tanah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi nilai KTK berarti semakin tinggi pula daya jerap ion-ion positif dalam tanah. Semakin besarnya penjerapan ion-ion dalam tanah menyebabkan
semakin besar unsur hara yang tersimpan dalam tanah. Menurut Foth 1995, kapasitas tukar kation bahan organik meningkat sesuai dengan humifikasi.
Sedangkan liat mempunyai variasi kapasitas tukar kation yang tinggi. Namun, pada data hasil presentase liat tidak lebih besar dari debu. Hal ini menunjukkan
bahwa liat tidak terpengaruh terhadap KTK pada seluruh kondisi hutan. Nilai KTK ini menunjukkan kemampuan dari masing-masing kondisi hutan dalam
menjerap kation unsur hara esensial. Pada kondisi hutan terbakar dengan tingkat kebakaran berat menunjukkan
nilai C-organik sangat tinggi dan nilai KTK yang tinggi menunjukkan bahwa dalam kondisi hutan tersebut memiliki nilai indeks kekayaan jenis R
1
tertinggi pada bentuk pertumbuhan semak belukar. Walaupun nilai indeks kekayaan jenis
kondisi hutan dengan tingkat kebakaran berat tergolong rendah sebesar 1,70, namun nilai indeks ini terbesar dibandingkan nilai indeks kondisi hutan lainnya.
Kejenuhan basa tertinggi berada pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran sedang memiliki kisaran nilai antara 22,4 - 35,4 . Walaupun nilai
KB kondisi hutan dengan tingkat kebakaran sedang merupakan nilai tertinggi dibanding seluruh kondisi hutan namun nilai ini masih tergolong rendah
Lampiran 51. Pada data pun menunjukkan bahwa nilai KB pada kondisi hutan tidak terbakar dan tingkat kebakaran berat tergolong sangat rendah hingga rendah,
karena memiliki nilai KB masing-masing berkisar antara 18,9 - 27,5 dan 19,2 - 25,9. Presentase KB berbanding lurus dengan pH tanah, semakin
rendah pH tanah maka semakin rendah pula presentase kejenuhan basa Hardjowigeno 2003. Dari data sebelumnya menunjukkan bahwa hubungan erat
antara pH tanah dan KB terbukti, kecuali pada kondisi hutan tidak terbakar. Presentase nilai KB kondisi hutan tidak terbakar termasuk rendah dibandingkan
presentase kejenuhan basa pada kondisi hutan lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan unsur-unsur hara yang mempengaruhi perhitungan dari KB.
5.8.3 Analisis Unsur-unsur Hara Tanah