bahwa jenis tersebut dipusatkan pada beberapa jenis. Data menunjukkan bahwa herba pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran ringan, sedang, dan berat
sebagian besar dipusatkan pada beberapa jenis.
5.3 Indeks Keanekaragaman Jenis H’
Keanekaragaman jenis yang digunakan dalam pengamatan telah ditentukan dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon Index of General
Diversity H’. Indeks ini dapat digunakan sebagai pembanding satu kondisi
hutan dengan yang lain. Indeks ini menjadi salah satu parameter keberlangsungan suksesi atau kestabilan dalam suatu kondisi hutan. Selain itu indeks ini dapat
mengetahui gangguan biotik yang terjadi. Berdasarkan hasil INP yang telah dikemukakan sebelumnya, diperoleh hasil
indeks keanekaragaman jenis H’ pada seluruh bentuk pertumbuhan di tiap kondisi hutan tercantum dalam Tabel 7.
Tabel 7. Indeks keanekaragaman jenis H’ pada tiap kondisi hutan
No. Bentuk Pertumbuhan
Indeks Keanekaragaman Jenis TT TKR TKS TKB
1 Semai 1,90
2,20 1,99
1,99 2 Pancang
3,01 2,05
1,85 1,52
3 Tiang 2,85
1,94 1,89
0,66 4 Pohon
2,74 0,94
2,27 0,96
5 Herba 2,64
2,78 2,82
2,77 6 Semak
Belukar 1,54
1,60 1,67
1,91 7 Paku-pakuan
0,18 0,00
0,00 0,00
8 Liana 2,16
0,00 0,60
0,33 9 Pandan
0,56 -
0,00 -
10 Palem 0,65
0,00 -
- 11 Liana
Berkayu 2,07
- 0,64
- 12 Epifit
1,44 0,69
1,70 -
Keterangan: TT Tidak Terbakar; TKR Tingkat Kebakaran Ringan; TKS Tingkat Kebakaran
Sedang; TKB Tingkat Kebakaran Berat
Dari Tabel 7 menunjukkan nilai indeks keanekaragaman jenis tertinggi dan terendah dari tiap kondisi hutan. Menurut Soerianegara 1996, sering dinyatakan
tentang menurunnya indeks keanekaragaman jenis, namun sampai saat ini belum ada ukuran mengenai tinggi rendahnya indeks keanekaragaman jenis di suatu
daerah. Untuk Indonesia, dari perhitungan untuk berbagai tipe hutan, dapat dikatakan bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis 3,5 ke atas dapat dikatakan
tinggi. Dari data di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai indeks yang tergolong tinggi.
Menurut Magurran 1988, nilai keragaman antara 1,5 sampai 3,5 menunjukkan tingkat keragaman sedang. Sehingga nilai indeks dalam Tabel 7
sebagian besar tergolong sedang. Bentuk pertumbuhan herba memiliki nilai indeks keanekaragaman jenis tertinggi pada hampir seluruh kondisi hutan. Nilai
indeks keragaman jenis herba pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran ringan sebesar 2,78, pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran sedang sebesar 2,82
dan pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran berat sebesar 2,77. Sedangkan pada kondisi hutan tidak terbakar, nilai indeks keragaman jenis terbesar sebesar
3,01 pada tingkat pancang. Dari keseluruhan nilai indeks tersebut menunjukkan bahwa nilai indeks kondisi hutan tidak terbakar sebesar 3,01 merupakan nilai
indeks keragaman tertinggi. Nilai-nilai indeks tertinggi tersebut menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada seluruh tingkat dan bentuk pertumbuhan di seluruh
kondisi hutan tergolong memiliki keanekaragaman jenis sedang. Seluruh kondisi hutan memiliki nilai indeks terendah pada tingkat yang
sama, yaitu paku-pakuan. Nilai indeks terendah pada kondisi hutan tidak terbakar sebesar 0,18, sedangkan pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran ringan,
tingkat kebakaran sedang, dan dengan tingkat kebakaran berat masing-masing sebesar 0,00. Pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran ringan nilai indeks
terendah pun dimiliki oleh liana dan palem. Sedangkan, pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran sedang nilai indeks terendah dimiliki oleh pandan.
5.4 Indeks Kekayaan Jenis Margallef R