Kejenuhan basa tertinggi berada pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran sedang memiliki kisaran nilai antara 22,4 - 35,4 . Walaupun nilai
KB kondisi hutan dengan tingkat kebakaran sedang merupakan nilai tertinggi dibanding seluruh kondisi hutan namun nilai ini masih tergolong rendah
Lampiran 51. Pada data pun menunjukkan bahwa nilai KB pada kondisi hutan tidak terbakar dan tingkat kebakaran berat tergolong sangat rendah hingga rendah,
karena memiliki nilai KB masing-masing berkisar antara 18,9 - 27,5 dan 19,2 - 25,9. Presentase KB berbanding lurus dengan pH tanah, semakin
rendah pH tanah maka semakin rendah pula presentase kejenuhan basa Hardjowigeno 2003. Dari data sebelumnya menunjukkan bahwa hubungan erat
antara pH tanah dan KB terbukti, kecuali pada kondisi hutan tidak terbakar. Presentase nilai KB kondisi hutan tidak terbakar termasuk rendah dibandingkan
presentase kejenuhan basa pada kondisi hutan lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan unsur-unsur hara yang mempengaruhi perhitungan dari KB.
5.8.3 Analisis Unsur-unsur Hara Tanah
Analisis unsur hara tanah dilakukan untuk menunjang hasil penelitian. Unsur hara tanah termasuk dalam unsur hara esensial. Dalam unsur hara esensial
terbagi dalam dua kategori, yaitu unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah banyak. Sedangkan unsur mikro
dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah sedikit. Menurut Hardjowigeno 2003, unsur makro terdiri atas C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S. Berikut merupakan data
hasil dari unsur hara makro yang tersaji dalam Tabel 16. Tabel 16. Analisis kimia unsur hara makro tanah pada tiap kondisi hutan.
Kondisi Hutan
Kjeidhal Bray l
NNH4OAc pH 7,0 N-total
P Ca
Mg K
Na ppm
me100g
TT 0,24 - 0,32
5,4 - 5,9 2,89 - 3,42
1,31 - 2,08 0,46 - 0,54
0,31 - 0,34 TKR
0,24 - 0,25 4,6 - 6,5
4,11 - 5,17 2,15 - 2,69
0,48 - 0,59 0,28 - 0,34
TKS 0,23
5,7 - 6,3 1,41 - 4,26
3,10 - 3,48 0,43 - 0,62
0,26 - 0,46 TKB
0,23 - 0,34 6,3 - 6,8
1,41 - 3,14 1,54 - 3,48
0,39 - 0,48 0,28 - 0,46
Keterangan: TT TT; TKR Tingkat Kebakaran Ringan; TKS Tingkat Kebakaran Sedang;
TKB Tingkat Kebakaran Berat
Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa presentase N-total tertinggi berada pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran berat memiliki kisaran nilai
antara 0,23 - 0,34 . Dari keseluruhan presentase N-total memiliki kisaran
yang tidak berbeda jauh antar kondisi hutan. Selain itu presentase N-total pada seluruh kondisi hutan termasuk sangat rendah. Menurut Hamzah 1981, nitrogen
merupakan bagian vital dari protoplasma. Protoplasma adalah tempat dimana berlangsung pembelahan sel dan karena proses inilah terjadi pertumbuhan
tumbuh-tumbuhan. Kemudian kandungan fosfor P tertinggi dimiliki oleh kondisi hutan dengan tingkat kebakaran berat memiliki kisaran nilai sebesar 6,3 –
6,8 ppm. Tingginya nilai fosfor dalam suatu kondisi hutan belum tentu diserap dalam jumlah yang tinggi pula. Menurut Hamzah 1981, di kebanyakan tanah
fosfor asli terikat atau difikasi dalam bentuk-bentuk tidak larut sehingga hanya sebagian kecil saja dari seluruh persediaan dapat dijamah dalam suatu musim
tanam. Pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat difiksasi oleh Al Hardjowigeno 2003.
Dari Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai sebagian besar unsur hara makro pada kondisi hutan setelah terbakar meningkat. Pada kondisi hutan dengan
tingkat kebakaran ringan memiliki nilai unsur P 4,6 – 6,5 ppm, Ca 4,11 – 5,17 me100g, Mg 2,15 – 2,69 me100g, dan K 0,48 – 0,59 me100g yang lebih
besar dibandingkan nilai unsur hara tersebut pada kondisi hutan tidak terbakar. Pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran sedang memiliki nilai unsur P 5,7 –
6,3 ppm, Ca 1,41 – 4,26 me100g, Mg 3,10 – 3,48 me100g, K 0,43 – 0,62 me100g, dan Na 0,26 – 0,46 me100g yang lebih besar dibandingkan nilai
unsur hara tersebut pada kondisi hutan tidak terbakar. Kemudian, pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran berat memiliki nilai unsur Na 0,23 - 2,24, P
6,3 – 6,8 ppm, Mg 1,54 – 3,48 me100g, dan Na 0,28 – 0,46 me100g yang lebih besar dibandingkan nilai unsur hara tersebut pada kondisi hutan tidak
terbakar. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kondisi hutan dengan tingkat kebakaran sedang memiliki lima nilai unsur hara makro yang lebih tinggi
dibandingkan pada kondisi hutan tidak terbakar. Sedangkan pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran ringan dan berat hanya memiliki empat nilai unsur hara
makro yang lebih tinggi dibandingkan kondisi hutan tidak terbakar. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa kebakaran hutan meningkatkan sebagian besar unsur hara
makro yang terkandung dalam tanah dan mempengaruhi kesuburan tanah.
Unsur hara makro Ca, Mg, K, dan Na merupakan unsur yang dijerap oleh tanah dalam bentuk ion, sehingga nilai unsur-unsur ini berpengaruh dalam besaran
KTK. Nilai unsur Ca tertinggi berada pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran rendah memiliki kisaran 4,11 – 5,17 me100g, sedangkan nilai terendah
berada pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran berat memiliki kisaran 1,41 – 3,14 me100g. Nilai Mg tertinggi berada pada kondisi hutan dengan tingkat
kebakaran sedang memiliki kisaran 3,10 – 3,48 me100g, sedangkan nilai terendah berada pada kondisi hutan tidak terbakar dengan kisaran 1,31 – 2,08
me100g. Nilai unsur K tertinggi berada pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran sedang memiliki kisaran nilai 0,43 – 0,62 me100g, sedangkan nilai
terendah berada pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran ringan 0,39 – 0,48 me100g. Nilai Na tertinggi berada pada kondisi hutan tidak terbakar dengan
kisaran 0,31 – 0,34 me100g, sedangkan nilai terendah berada pada kondisi hutan dengan tingkat kebakaran sedang 0,26 – 0,48 me100g. Nilai unsur hara
yang beragam menunjukkan bahwa kesuburan tanah yang berbeda-beda, sehingga tumbuhan yang hidup menjadi beragam tergantung pada unsur hara yang tersedia.
Kemudian Tabel 17 menunjukkan unsur-unsur hara mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh tumbuhan, dan apabila tersedia terlalu
banyak akan menjadi racun bagi tumbuhan itu sendiri. Tabel 17. Analisis kimia unsur hara mikro tanah pada tiap kondisi hutan
Kondisi Hutan
NKCl 0,05 N HCl
Al Mg Fe Cu Zn Mn me100g ppm
TT 0,82 - 1,86
0,65 - 0,72 24,3 - 28,6
0,5 - 0,8 18,2 - 23,4
56,2 - 76,4 TKR
0,96 - 2,04 0,70 - 0,73
28,1 - 30,7 0,6 - 1,1
15,3 - 17,9 56,7 - 63,8
TKS 1,32 - 3,40
0,65 - 0,96 24,9 - 49,3
0,2 - 0,7 16,7 - 31,4
52,4 - 93,2 TKB
0,94 - 3,40 0,82 - 8,72
26,9 - 49,3 0,2 - 1,2
18,5- 31,4 58,3 - 61,1
Keterangan: TT TT; TKR Tingkat Kebakaran Ringan; TKS Tingkat Kebakaran Sedang;
TKB Tingkat Kebakaran Berat
Al merupakan racun bagi tumbuhan dan juga memfiksasi P, namun dalam Tabel 17 menunjukkan nilai Al yang tidak terlalu membahayakan atau masih
dalam ambang normal. Dari Tabel 17 menunjukkan bahwa nilai tertinggi Al dimiliki kondisi hutan dengan tingkat kebakaran sedang dan ringan memiliki nilai
kisaran tertinggi sebesar 3,4 me100g. Nilai Mg pada tiap kondisi hutan
ditemukan sangat rendah dengan nilai tertinggi pada kisaran 0,82 – 8,72 me100g. Nilai ini termasuk tinggi dibandingkan nilai Mg kondisi hutan lainnya. Mg ini
sama halnya dengan kapur dimana memiliki kemampuan mengurangi keasaman tanah, namun tiap kondisi hutan merupakan tanah yang masam. Sehingga nilai
Mg yang terkandung tidak terlalu tinggi. Untuk nilai tertinggi Fe, Cu, Zn, dan Mn pada kondisi hutan dengan
tingkat kebakaran berat. Kisaran nilai masing-masing unsur hara mikro tersebut sebesar 26,9 - 49,3 ppm, 0,2 - 1,2 ppm, 18,5- 31,4 ppm, dan 58,3 - 61,1 ppm.
Dari data tersebut menunjukkan nilai Mn yang cukup tinggi. Vegetasi di kondisi hutan yang memiliki jumlah jenis paling sedikit ditunjang dengan nilai unsur hara
mikro yang lebih besar dibanding kondisi hutan lainnya. Sehingga menunjukkan bahwa kebakaran mempengaruhi kesuburan tanah dan jenis-jenis yang dapat
tumbuh terbatas akibat unsur hara mikro yang berlebih. Menurut Syaufina 2005, Sumbangan nutrisi tanah akibat kebakaran tidak berlangsung lama dan terbatas.
Bila kebakaran terjadi secara berulang-ulang, maka degradasi lahan akan meningkat dan proses pemiskinan hara tanah akan berlangsung. Dampak
kebakaran hutan terhadap tanah sangat site-specific, tergantung pada jenis tanah dan kondisi tanah setempat. Sehingga perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui sifat kimia tanah secara pasti setelah kebakaran pada waktu yang berbeda.
5.9 Kondisi Hutan Bekas Terbakar