Komposisi dan Struktur Hutan

sifat tanah berlanjut terus di hutan itu, maka arah suksesi berubah atau menjadi bias, menuju pada puncak biotik yang tidak lebih baik dari ekosistem sebelumnya Ewusie 1990. Ketika kawasan alami berubah menjadi sebuah luasan yang komunitasnya rusak dan suksesinya mengalami kemunduran, muncul sebuah bentuk komunitas yang baru yang disebut suksesi sekunder Chandler et al 1983. Suksesi sekunder terjadi pada saat ekosistem mengalami gangguan dan kerusakan, misalnya karena kebakaran, tetapi komposisi biotik yang sudah ada sebelumnya mempengaruhi penyebab proses Mcnaughton dan Wolf 1990. Menurut Chandler et al 1983, situasi suksesi sekunder ini muncul ketika spesies utama dalam komunitas telah hancur akibat kebakaran, penyakit parasit, tornado, banjir, atau kegiatan manusia seperti pertanian atau kehutanan.

2.3 Komposisi dan Struktur Hutan

Komposisi spesies berubah dengan cepat pada awal suksesi dan lebih lambat ketika suksesi berlangsung. Pada umumnya jumlah spesies yang ada dalam komunitaas meningkat dengan cepat ketika suksesi dimulai tetapi kemungkinan akan mengalami penurunan pada nilai yang lebih kurang konstan. Komposisi hutan dapat diklasifikakan berdasarkan atas adanya jenis murni atau campuran. Karena tegakan yang benar-benar murni jarang ada kecuali di Barat, di tempat Pinus pondoresa, Pinus contorta, Abies, dan Populus mempunyai areal murni sangat luas, kira-kira 90 dari satu jenis telah dipilih sebagai ciri untuk memisahkan tegakan murni dari tegakan 90, seluruh tegakan merupakan campuran dua atau lebih jenis. Tegakan murni juga terdapat pada hutan tanaman atau pada tempat tumbuh yang khusus seperti hutan rawa Picea mariana Daniel et al. 1995. Salah satu karakteristik paling penting pada hutan hujan tropis yang berkaitan erat dengan komposisi hutan ialah kekayaan spesies yang melimpah. Kekayaan flora yang tinggi disebabkan kecenderungan sebagian kondisi dalam mendukung tingkat spesiasi yang tinggi, khususnya iklim yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman dan reproduksi di semua musim, tetapi tidak diragukan lagi sebagian besar disebabkan oleh usia massa tanah tropis yang tua, yang memungkinkan bertahannya vegetasi kurang lebih sama hingga zaman sekarang dari periode geologis yang lampau Richards 1966. Kelimpahan jenis ditentukan berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting INP, volume, biomassa, presentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan Soerianegara dan Indrawan 1988. Menurut Richards 1966, struktur yang berada dalam masyarakat spesies secara keseluruhan berasal dari perawakannya yang bervariasi dalam berbagai bentuk kehidupan, namun para anggota kelompok ekologis yang sama adalah serupa dalam bentuk kehidupan dan dalam hubungannya dengan lingkungan. Rencana struktur klimaks untuk hutan hujan tropis yang paling jelas dimanifestasikan dalam fitur utama dari arsitektur, stratifikasi pohon-pohon, semak, dan tanaman herba. Pohon-pohon hutan tropis membentuk beberapa strata lapisan, tingkatan, kanopi dan deretan bertingkat juga digunakan. Terkadang dikategorikan ke dalam tiga lapisan hutan hujan menurut beberapa literatur, lebih dari tiga. Menurut Kershaw 1973, struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu : 1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai, dan herba penyusun vegetasi. 2. Sebaran horisontal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain. 3. Kelimpahan abundance setiap jenis dalam suatu komunitas. Komposisi dan struktur suatu vegetasi merupakan fungsi dari beberapa faktor, seperti : flora setempat, habitat iklim, tanah dan lain-lain, waktu dan kesempatan Marsono 1977.

2.4 Analisis Vegetasi