Analisis vegetasi Metode Pengambilan Data

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei dan bulan Juni tahun 2010 di Unit Pelaksana Teknis Taman Hutan Raya UPT Tahura R. Soerjo, Malang.

4.2 Bahan dan Alat

Kegiatan penelitian ini dilakukan pada keadaan hutan tidak terbakar, areal hutan bekas terbakar ringan, areal bekas terbakar sedang, dan areal bekas terbakar berat dengan luas masing-masing 3 ha atau sama dengan 75 plot pengamatan analisis vegetasi. Lokasi penelitian untuk kondisi hutan tidak terbakar dilaksanakan di Blok Gajah Mungkur Desa Pacet, Kabupaten Mojokerto seluas 1 ha dan Blok Simbu’an Desa Ledug, Kabupaten Pasuruan seluas 2 ha. Kemudian, lokasi penelitian kondisi hutan dengan tingkat kebakaran ringan dilaksanakan di Blok Puthuk Dali Desa Ledug, Kabupaten Pasuruan seluas 2 ha dan Blok Gajah Mungkur Desa Pacet, Kabupaten Mojokerto seluas 1 ha. Lalu, lokasi penelitian kondisi hutan dengan tingkat kebakaran sedang dilaksanakan di Blok Sido Mulyo Desa Ledug, Kabupaten Mojokerto seluas 1 ha dan Blok Dali Pentongan Desa Pecalukan, Kabupaten Mojokerto seluas 2 ha. Sedangkan, lokasi penelitian kondisi hutan dengan tingkat kebakaran berat dilaksanakan di Blok Gumandar Desa Jatiarjo, Kabupaten Pasuruan 1 ha, Blok Sembung Roboh Desa Pecalukan, Kabupaten Pasuruan seluas 1 ha, dan Blok Dali Pentongan Desa Pecalukan, Kabupaten Mojokerto seluas 1 ha. Areal hutan terbakar yang diteliti merupakan areal hutan yang telah terbakar pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Desember 2009. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini antara lain adalah peta kerja, phiband pita diameter, haga hypsometer, kompas, patok, tali rafiatambang, buku pengenal vegetasi, golok, tally sheet, dan alat tulis.

4.3 Metode Pengambilan Data

4.3.1 Analisis vegetasi

Untuk mengetahui struktur tegakan dilakukan analisis vegetasi dengan cara nested sampling, yaitu petak besar mengandung petak-petak yang lebih kecil Soerianegara dan Indrawan 1988. Analisis vegetasi dilakukan pada areal hutan yang tidak terbakar, areal hutan dengan tingkat kebakaran ringan, areal hutan dengan tingkat kebakaran sedang, dan areal hutan dengan tingkat kebakaran berat. Dengan demikian dapat dilihat perbandingan perkembangan vegetasi di tiap-tiap areal. Klasifikasi tingkat kekerasan kebakaran yang digunakan berdasarkan DeBano 1998 dalam Syaufina 2008. Klasifikasi tingkat kekerasan kebakaran yang digunakan secara lengkap terdapat pada bab sebelumnya. Adapun klasifikasi tingkat kekerasan kebakaran secara singkat ialah terbakar ringan memiliki areal yang mengalami kerusakan akibat kebakaran sebesar 20, terbakar sedang memiliki areal yang mengalami kerusakan akibat kebakaran sebesar 20 - 50, dan terbakar berat memiliki areal yang mengalami kerusakan akibat kebakaran sebesar 50. Metode pengambilan data dilakukan untuk kegiatan analisis vegetasi dapat dilihat pada Gambar 1. Data yang diperlukan untuk analisis vegetasi ini adalah nama jenis, jumlah, diameter untuk tingkat tiang dan pohon. Sedangkan untuk tingkat pancang, semai dan bentuk pertumbuhan non-pohon lainnya adalah nama jenis dan jumlah individu. Pada masing-masing lokasi penelitian dibuat tiga petak pengamatan dengan ukuran petak 100 x 100 m. Lokasi penelitian dibagi atas tingkat kekerasan kebakaran. Pada masing-masing petak pengamatan tersebut dibuat petak contoh dan sub petak contoh dengan ukuran sebagai berikut : 1. Tingkat pohon, epifit dan liana berkayu dengan ukuran petak 20 x 20 m. 2. Tingkat tiang dengan ukuran petak 10 x 10 m. 3. Tingkat pancang, liana non-kayu, pandan, dan palem dengan ukuran petak 5 x 5 m. 4. Tingkat semai, paku-pakuan, dan semak belukar atau tanaman herba dengan ukuran petak 2 x 2 m. Gambar 1. Plot Pengamatan Analisis Vegetasi Keterangan gambar : A = Sub petak penelitian untuk tingkat semai, paku-pakuan, dan herba atau semak belukar 2m x 2m B = Sub petak penelitian untuk tingkat pancang, liana non-kayu, pandan, dan palem 5m x 5m C = Sub petak penelitian untuk tingkat tiang 10m x 10m D = Sub petak penelitian untuk tingkat pohon, epifit, dan liana berkayu 20 m x 20 m Untuk mengetahui tingkat permudaan pada perkembangan komposisi dan struktur vegetasi dipergunakan kriteria sebagai berikut : 1. Pepohonan, diklasifikasikan menurut tahap pertumbuhannya : a. Tingkat semai seedling, permudaan mulai kecambah sampai dengan tinggi 1,5 m. b. Tingkat pancang sapling, permudaan yang tingginya lebih dari 1,5 m dan diameter kurang dari 10 cm. c. Tingkat tiang pole, pohon muda yang berdiameter 10 cm - 20 cm. d. Tingkat pohon tree, pohon yang berdiameter 20 cm keatas. 2. Liana, yang terdiri dari : a. Liana berkayu, batang utamanya memiliki panjang lebih dari 1,5 m. b. Liana non-kayu, batang utamanya memiliki panjang kurang dari 1,5 m. c. Epifit. 3. Tumbuhan bawah, terdiri dari : a. Palem, pada tahap dewasa atau tinggi mencapai lebih dari 1,5 m. b. Pandan. c. Paku-pakuan. d. Tanaman herba dan atau semak belukar.

4.3.2 Analisis Sifat Kimia Tanah