BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyusunan basis data tentang tutupan lahan di Indonesia perlu dilakukan salah satunya agar dapat digunakan dalam perhitungan tingkat deforestasi dan
pemetaan sebaran lokasi areal yang mengalami deforestasi Kementerian Kehutanan 2010. Pengolahan citra berbasis system informasi geografis SIG
dalam bidang kehutanan dapat mendukung penyusunan basis data tentang tutupan lahan, karena SIG sangat membantu memecahkan permasalahan yang
menyangkut luasan, batas, dan lokasi Jaya 2002. Pemantauan dan penyusunan basis data menggunakan SIG di Indonesia
telah lama dilakukan menggunakan citra optik, namun citra optik memiliki keterbatasan seperti adanya tutupan awan. Sebagai alternatif untuk mengatasi
kelemahan citra optik, saat ini telah tersedia sistem penginderaan jauh menggunakan radar. Radar memiliki kemampuan untuk melakukan perekaman
pada segala cuaca dan waktu. Radar dapat melakukan perekaman ketika cuaca berawan, baik berat maupun ringan. Radar juga dapat melakukan perekaman pada
siang dan malam hari. Penggunaan citra radar sebagai media penafsiran tutupan lahan di Indonesia
sangat menguntungkan mengingat frekuensi tutupan awan di Indonesia cukup tinggi. Citra Synthetic Aperture Radar SAR memiliki karakteristik berbeda
dengan citra optik yang bisa digunakan untuk interpretasi tutupan lahan. Untuk mempermudah penafsiran tutupan lahan menggunakan citra SAR maka
diperlukan sebuah manual interpretasi citra yang dapat digunakan untuk menafsir jenis-jenis tutupan lahan yang dipetakan menggunakan citra SAR, khususnya
Indonesia. Salah satu contah citra SAR dihasilkan oleh satelit Advanced Land
Observation Sattelite ALOS dengan sensor Phased Array L-band Synthetic Aperture Radar PALSAR menggunakan sensor gelombang mikro aktif dengan
frekuensi L-band sehingga dapat menghasilkan citra radar resolusi sedang yang bebas awan JAXA 2006.
Klasifikasi penutupan lahan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dijital dan visual. Klasifikasi tutupan lahan menggunakan metode dijital memiliki
beberapa keterbatasan seperti adanya bayangan topografi dan topografi yang menghadap arah sensor. Pada objek-objek yang berada pada bayangan topografi
dan topografi yang menghadap arah sensor cenderung terjadi kesalahan klasifikasi tutupan lahan. Hal ini disebabkan karena nilai dijital pada daerah bayangan
topografi dan topografi arah sensor terkadang tidak sesuai dengan nilai dijital tutupan lahan yang seharusnya.
Penafsiran tutupan lahan secara visual menggunakan elemen interpretasi tertentu seperti warna, tekstur, bentuk, pola, asosiasi, dan situs. Berbeda dengan
klasifikasi secara dijital, penafsiran tutupan lahan secara visual bersifat kualitatif, sehingga perlu dilakukan proses kuantifikasi. Proses kuantifikasi ini penting
karena perhatian penafsir pada apa yang terdapat pada citra hampir selalu disertai dengan memperhatikan dimana kedudukan obyek yang diamati tersebut di
lapangan dan bagaimana bentangan arealnya Lillesand Kiefer 1990. Keberadaan alat bantu dapat mempermudah proses kuantifikasi tersebut.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi hasil penafsiran visual, yaitu ragam jenis tutupan lahan, keberadaan alat bantu, dan penafsir. Ragam jenis tutupan
lahan dapat dikategorikan tetap dikarenakan pada suatu wilayah ragam jenis tutupan lahan cenderung tetap, sementara penafsir pada umumnya memiliki
kemampuan yang berbeda pada tiap individu. Keberadaan manual sebagai alat bantu penafsiran visual menjadi penting ketika penafsir yang berbeda dapat
menghasilkan hasil yang berbeda. Kualitas hasil penafsiran tutupan lahan kemudian ditentukan oleh kualitas alat bantu penafsiran, dalam hal ini manual
penafsiran tutupan lahan. Pada penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 penafsiran visual terhadap
jenis tutupan lahan di Pulau Bali menggunakan manual penafsiran visual citra ALOS PALSAR telah dilakukan dan menghasilkan 10 sepuluh jenis tutupan
lahan, yaitu: hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, mangrove sekunder, hutan tanaman, perkebunan, pertanian lahan kering, kebun campuran,
lahan terbuka, sawah, dan semak belukar.
Perbandingan antara hasil penafsiran tutupan lahan di Pulau Bali pada tahun 2009 dengan hasil penafsiran Pulau Bali pada penelitian ini dengan menggunakan
manual penafsiran yang sama dapat mengevaluasi manual penafsiran visual citra ALOS PALSAR dengan cara mengetahui konsistensi hasil penafsiran visual.
1.2 Tujuan Penelitian