Penggunaan Lahan Hasil Penafsiran Visual Citra ALOS PALSAR

4.5 Penggunaan Lahan

Berdasarkan buku rekalkulasi penutupan lahan Indonesia tahun 2008 yang dibuat berdasarkan hasil penafsiran citra Landsat 7 ETM+ tahun perekaman 2006, kelas tutupan lahan di Provinsi Bali terbagi menjadi 16 kelas tutupan lahan Tabel 7. Luas total tutupan lahan di Provinsi Bali sebesar 567.000 ha, dimana luas wilayah berhutan, termasuk di dalamnya hutan lahan kering primer dan sekunder, hutan mangrove primer dan sekunder, serta hutan tanaman, sebesar 86.100 ha 15,17 . Luas wilayah non hutan, termasuk di dalamnya semakbelukar, savana, perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak, sawah, tambak, tanah terbuka, pemukiman, pelabuhan udaralaut, adalah sebesar 454.900 ha 80,14. Luas wilayah tutupan awan sebesar 26.600 ha 4,69 . Luas tutupan lahan yang paling besar adalah pertanian lahan kering campur semak sebesar 126.100 ha 22,22 . Data citra yang digunakan untuk klasifikasi kelas tutupan lahan ialah citra Landsat 7 ETM+ tahun perekaman 2006 BAPLAN 2008b. Tabel 7 Luas penutupan lahan Provinsi Bali di dalam dan luar kawasan hutan Kelas Tutupan Lahan Total Ribu ha Persentase Hutan lahan kering primer 47,6 8.39 Hutan lahan kering sekunder 32,8 5.78 Hutan mangrove primer 0,6 0.11 Hutan mangrove sekunder 1,6 0.28 Hutan tanaman 3,5 0.62 SemakBelukar 52,1 9.18 Savana 3,0 0.53 Perkebunan 100,0 17.62 Pertanian lahan kering 18,2 3.21 Pertanian lahan kering campur semak 126,1 22.22 Sawah 119,9 21.12 Tambak 0,3 0.05 Tanah terbuka 6,1 1.07 Pemukiman 29,0 5.11 Pelabuhan udaralaut 0,2 0.04 Awan 26,6 4.69 Total 567.6 100 Sumber: Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2008 BAPLAN 2008b BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penafsiran Visual Citra ALOS PALSAR

Penafsiran dilakukan pada citra ALOS PALSAR tahun perekaman 2009 dengan luasan 60 km × 80 km dengan berpedoman kepada manual penafsiran citra ALOS PALSAR untuk mengenali penutupan lahanhutan di Indonesia JICA Fahutan IPB 2010 dan juga dibantu dengan Google Earth. Penafsiran visual awal menghasilkan 12 jenis tutupan lahan, yaitu: badan air, bandara, hutan lahan kering, hutan mangrove, kebun campuran, lahan terbuka, padang rumput, pemukiman, pertanian lahan kering, sawah, semak belukar, dan tambak. Hasil penafsiran awal citra dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Peta hasil penafsiran awal citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter di Provinsi Bali tahun 2010. Dari hasil penafsiran visual tersebut diperoleh luasan masing-masing tutupan lahan yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Luasan hasil interpretasi visual tutupan lahan Jenis Tutupan Lahan Luas Ha Persentase Badan air 2.559,525 0.790 Bandara 157,722 0.049 Hutan lahan kering 64.105,391 19.797 Hutan mangrove 1.311,336 0.405 Kebun campuran 59.448,424 18.358 Lahan Terbuka 2.091,548 0.646 Padang rumput 196,085 0.061 Pemukiman 31.954,188 9.868 Pertanian lahan kering 68.502,144 21.154 Sawah 93.383,011 28.838 Semak belukar 96,435 0.030 Tambak 13,908 0.004 Total 323.819,717 Dari hasil penafsiran tersebut kemudian ditentukan jumlah titik yang dibutuhkan untuk keperluan verifikasi lapangan. Intensitas sampling sebesar 5 menghasilkan jumlah titik verifikasi yang dibutuhkan sebanyak 240 titik dengan rincian yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Perhitungan jumlah titik verifikasi lapangan minimum Jenis Tutupan Lahan Jumlah Titik Verifikasi Minimum Badan air danau 2 Bandara Hutan lahan kering 48 Hutan mangrove 1 Kebun campuran 44 Lahan terbuka 2 Padang rumput Pemukiman 24 Pertanian lahan kering 51 Sawah 69 Semak belukar Tambak Total 241 Hasil penafsiran berupa badan air laut diabaikan dalam penentuan jumlah plot verifikasi tutupan lahan dikarenakan lokasi keberadaan dan jenis tutupan yang sudah dapat dipastikan. Verifikasi tutupan lahan memiliki batas minimum titik verifikasi sebanyak tiga titik pada satu jenis tutupan lahan. Sehingga titik verifikasi minimum yang diperlukan bertambah terutama pada tutupan lahan yang luasannya kecil, antara lain: badan air danau, bandara, hutan mangrove, lahan terbuka, padang rumput, semak belukar, dan tambak. Tabel 10 Kebutuhan minimum titik verifikasi lapangan per kelas tutupan lahan Jenis Tutupan Lahan Titik Verifikasi Minimum Rencana Titik Verifikasi Badan air 3 3 Bandara 3 3 Hutan lahan kering 48 64 Hutan mangrove 3 3 Kebun campuran 44 98 Lahan terbuka 3 3 Padang rumput 3 3 Pemukiman 24 37 Pertanian lahan kering 51 56 Sawah 69 114 Semak belukar 3 3 Tambak 3 3 Total 257 390 Penentuan titik dilakukan menggunakan metode Systematic Sampling with Random Start dengan jarak antar titik 1 km, kemudian dengan pertimbangan aksesibilitas dan keterbatasan waktu, maka ditambahkan kriteria pemilihan titik adalah berjarak maksimal 500 m dari jaringan jalan. Jumlah titik yang direncanakan untuk verifikasi tutupan lahan dilebihkan dari total minimum kebutuhan verifikasi. Hal ini dilakukan sebagai pencegahan tidak dikunjunginya titik verifikasi yang disebabkan karena faktor-faktor eksternal yang ditemukan di lapangan. Total kebutuhan titik verifikasi lapangan dapat dilihat pada Tabel 10, dan sebaran titik verifikasi tutupan lahan dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Peta sebaran titik verifikasi hasil interpretasi visual di Provinsi Bali tahun 2010.

5.2 Hasil Verifikasi Penutupan Lahan di Lapangan

Dokumen yang terkait

Evaluasi Akurasi Klasifikasi Penutupan Lahan Menggunakan Citra Alos Palsar Resolusi Rendah Studi Kasus Di Pulau Kalimantan

0 22 94

Evaluasi penafsiran citra alos palsar resolusi 12,5 m slope corrected dan 50 meter dengan menggunakan metode manual dan digital dalam identifikasi penutupan lahan (studi kasus di Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi)

3 16 93

Aplikasi dan evaluasi citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan 12,5 m untuk identifikasi tutupan lahan: studi kasus di Kabupaten Brebes, Cilacap, Banyumas dan Ciamis

2 15 87

Perbandingan penafsiran visual antara Citra Alos Palsar Resolusi 50 m dengan Citra Landsat Resolusi 30 m dalam mengidentifikasi penutupan lahan (Studi Kasus di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur)

0 5 180

Aplikasi dan Evaluasi Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m, Resolusi 12,5 m, dan Resolusi 6 m untuk Identifikasi Tutupan Lahan (studi kasus di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Samosir)

0 3 145

Identifikasi Hutan Lahan Basah Menggunakan Citra ALOS PALSAR di Kalimantan Selatan

1 5 55

Aplikasi Citra ALOS PALSAR Multiwaktu Resolusi 50 m dalam Identifikasi Tutupan Lahan di Provinsi Lampung

0 2 136

Model Spasial Pendugaan dan Pemetaan Biomassa di Atas Permukaan Tanah Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 12.5 M.

4 19 51

Klasifikasi dan Detektsi Perubahan Tutupan Hutan dan Lahan Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 Meter di Wilayah Barat Provinsi Jambi.

0 9 70

Model Penduga Biomassa Hutan Alam Lahan Kering Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 M di Areal Kerja PT. Trisetia Intiga

0 5 165