2.4 Parameter Sistem Radar
2.4.1 Panjang Gelombang
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi sifat khas transmisi sinyal sistem radar adalah panjang gelombang. Panjang gelombang sinyal radar
menentukan bentangan yang terpencar oleh atmosfer. Daya tembus pulsa radar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu daya tembus terhadap atmosfer dan daya
tembus terhadap permukaan. Makin rendah panjang gelombang maka makin rendah daya tembusnya. Sebaliknya, semakin tinggi panjang gelombang maka
akan semakin tinggi daya tembusnya. Kisaran panjang gelombang yang ada untuk radar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kisaran panjang gelombang λ pada saluranband radar
SaluranBand Panjang Gelombang λ
mm Frekuensi f
MHz
Ka 7,5
– 11 40.000
– 26.500 K
11 – 16,7
26.500 – 18.000
K
4
16,7 – 24
18.000 – 12.500
X 24
– 37,5 12.500
– 8000 C
37,5 – 75
8000 – 4000
S 75
– 150 4000
– 2000 L
150 – 300
2000 – 1000
P 300
– 1000 1000
– 300
Sumber: Lillesand dan Kiefer 1990
2.4.2 Polarisasi
Polarisasi merupakan arah rambat dari gelombang mikro aktif yang dipancarkan dan ditangkap oleh sensor radar. Sinyal radar dapat ditransmisikan
dan diterima dalam bentuk polarisasi yang berbeda. Sinyal dapat disaring sedemikian rupa sehingga gelombang elektrik dibatasi hanya pada satu bidang
datar yang tegak lurus arah perjalanan gelombang. Satu sinyal radar dapat ditransmisikan pada bidang datar H ataupun tegak lurus V, sinyal tersebut
dapat pula diterima pada bidang datar atau tegak lurus. Ada empat kemungkinan kombinasi sinyal transmisi dan penerimaan yang berbeda, yaitu HH, HV, VH, dan
VV. Polarisasi paralel atau searah merupakan kombinasi HH dan VV. Bentuk polarisasi sinyal mempengaruhi penampakan objek pada citra yang dihasilkan,
karena berbagai objek diubah polarisasi tenaga yang dipantulkannya dalam berbagai tingkatan.
2.4.3 Interpretasi Citra Synthetic Aperture Radar SAR
Dalam menginterpretasi citra radar diperlukan beberapa pengetahuan mendasar tentang lokasi asli yang dijadikan acuan dari citra radar yang
digunakan. Dalam penampakan citra radar, semakin kasar tampilan suatu permukaan maka intensitas backscatter-nya pun semakin tinggi.
Permukaan datar seperti jalan beraspal, landasan pacu, dan permukaan air akan tampak sebagai wilayah berwarna gelap dikarenakan sebagian besar
gelombang radar dipantulkan secara spekular.
Gambar 1 Refleksi spekular. Permukaan yang rata bersifat seperti cermin yang memantulkan gelombang
radar dan sangat sedikit yang dipantulkan kembali ke sensor, sesuai dengan hukum pemantulan cahaya, besar sudut datang terhadap garis normal sama besar
dengan besar sudut pantul terhadap garis normal. Permukaan yang kasar memantulkan gelombang radar ke segala arah.
Sebagian gelombang radar dipantulkan kembali ke sensor, jumlah energi yang dipantulkan kembali ke sensor bergantung kepada jenis permukaan yang
ditumbuk oleh gelombang radar.
Gambar 2 Refleksi difusi.
Permukaan laut yang tenang tampak gelap di citra SAR, namun permukaan laut yang bergelombang bisa tampak terang, terutama ketika sudut datang dari
gelombang radar tersebut kecil. Jenis-jenis vegetasi seperti pohon biasanya terlihat kasar dan cerah. Hutan hujan tropis memiliki koefisien backscatter antara
-6 hingga -7 dB, angka ini relatif stabil dari masa ke masa. Objek yang terlihat sangat terang pada citra bisa disebabkan karena
terjadinya double-bounce, dimana gelombang radar dipantulkan dari permukaan yang horizontal kemudian vertikal dan kembali ke sensor. Objek-objek yang dapat
menyebabkan efek double-bounce ini berupa gedung-gedung tinggi, dan objek logam seperti peti kemas. Daerah pemukiman dan beberapa objek buatan manusia
lainnya juga biasanya tampak cerah pada citra dikarenakan adanya efek ini.
Gambar 3 Double-bounce. 2.5
ALOS PALSAR
ALOS Advanced land Observing Sattelite merupakan satelit yang diluncurkan oleh Badan Luar Angkasa Jepang pada bulan Januari 2006. Satelit
ALOS ini membawa tiga jenis sensor, yaitu PALSAR Phased Array L-band Synthetic Aperture Radar, PRISM Panchromatic Remote-sensing Instrument for
Stereo Mapping, dan AVNIR-2 Advanced Visible and Near Infrared Radiometer type-2.
Untuk dapat bekerja dengan ketiga jenis sensor diatas, ALOS dilengkapi dengan dua teknologi yang lebih maju. Pertama teknologi yang mampu
mengerjakan data dalam kapasitas yang sangat besar dengan kecepatan tinggi, dan selanjutnya kapasitas untuk menentukan posisi satelit dengan ketinggian yang
lebih tepat. Keterangan umum tentang ALOS disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Keterangan umum ALOS Uraian
Keterangan
Alat Peluncuran Roket H-IIA
Tempat Peluncuran Pusat Ruang Angkasa Tanagashima
Berat Satelit 4000 Kg
Power 7000 W
Waktu Operasional 3-5 Tahun
Orbit Sun-Synchronous Sub-Recurr Orbit
Recurrent Period 46 Hari Sub Cycle 2 hari
Tinggi Lintasan 692 km diatas Ekuator
Inklinasi 98,2°
Sumber: JAXA 2006
Secara ringkas terdapat lima misi dari satelit ALOS JAXA 2006, yaitu: 1. Kartografi
: untuk menyediakan peta wilayah Jepang dan wilayah Asia Pasifik
2. Pemantauan regional : melakukan
pemantauan regional
untuk pengembangan
pembangunan yang
berkelanjutan dan harmonisasi antara kesediaan sumber
daya alam
serta pengembangan
pembangunan 3. Monitoring bencana
: melakukan monitoring bencana alam 4. Survei sumberdaya
: untuk survei sumber daya alam 5. Pengembangan teknologi : mengembangkan teknologi penginderaan jauh
yang tepat untuk masa sekarang dan akan datang.
2.5.1 Spesifikasi Instrumen Satelit ALOS PALSAR