Faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan delineasi tersebut disebabkan karena faktor penafsir, dikarenakan ciri kenampakan visual kelas
tutupan lahan hutan lahan kering pada manual penafsiran citra ALOS PALSAR jelas berbeda dengan ciri kenampakan sebagian wilayah pada poligon hasil
penafsiran visual tahun 2009 yang mengalami kesalahan penafsiran. Secara umum hasil penafsiran hutan lahan kering menggunakan manual
penafsiran visual dapat dikatakan cukup konsisten, dikarenakan tidak ada kesalahan penafsiran yang disebabkan karena kesalahan manual melainkan
kesalahan penafsir dalam pengambilan keputusan.
5.4.4 Hutan Mangrove
Kelas interpretasi hutan mangrove merupakan seluruh kenampakan hutan bakau, nipah dan nibung BAPLAN 2008a. Menurut JICA dan Fahutan IPB
2010 tutupan lahan hutan mangrove merupakan tutupan lahan hutan bakau, nipah, dan nibung yang berada di sekitar pantai.
Tutupan lahan berupa hutan mangrove terdapat di lapangan berupa kawasan Hutan Lindung di sekitar Kecamatan Kuta dan Kecamatan Denpasar Selatan.
Daerah mangrove ini dibuat menjadi Mangrove Information Centre melalui kerjasama Kementerian Kehutanan dan JICA. Titik verifikasi ditempatkan di
dalam kawasan Mangrove Information Centre Gambar 20. Tutupan lahan hutan mangrove memiliki kenampakan warna hijau gelap dan terdapat pada wilayah
yang terkena arus pasang surut air laut berasosiasi dengan wilayah pantai.
a b
Gambar 20 Tutupan lahan berupa hutan mangrove di Mangrove Information Centre, Kuta a lokasi pada citra b lokasi di lapangan.
Hasil penafsiran tutupan lahan hutan mangrove menggunakan manual penafsiran citra ALOS PALSAR pada Gambar 21 memberikan hasil yang cukup
konsisten antara hasil penafsiran tutupan lahan citra ALOS PALSAR tahun 2009 dan 2010. Terjadi sedikit perbedaan pada ukuran delineasi, namun hal ini tidak
berpengaruh terhadap konsistensi manual. Pada Gambar 21 dapat dilihat bahwa daerah yang memiliki kenampakan tutupan lahan mangrove masih memanjang ke
arah selatan. Baik pada citra hasil penafsiran citra ALOS PALSAR tahun 2009 dan 2010 terlepas adanya perbedaan tingkat kecerahan warna pada kedua citra
tersebut.
a b
Gambar 21 Perbandingan delineasi hutan mangrove a hasil penafsiran tahun 2009 b hasil penafsiran tahun 2010.
5.4.5 Kebun Campuran
JICA dan Fahutan IPB 2010 menjelaskan tutupan lahan kebun campuran adalah seluruh kawasan yang ditanami tanaman tahunan dan dengan tanaman
beranekaragam jenis. Kelas interpretasi kebun campuran merupakan seluruh kenampakan non-hutan, pertanian lahan kering, dan pemukiman. Lahan berupa
kebun campuran tersebar di hampir seluruh wilayah Bali yang termasuk dalam wilayah yang di interpretasikan.
a b
Gambar 22 Tutupan lahan berupa kebun campuran di sekitar Pupuan a lokasi pada citra b lokasi di lapangan.
Titik verifikasi ditempatkan di daerah-daerah yang di interpretasikan sebagai kebun campuran dan memiliki akses jalan. Kebun campuran yang
ditemukan di lapangan berupa kebun cengkeh dan wanatani Gambar 22 dan Gambar 23. Tutupan lahan kebun campuran umumnya memiliki kenampakan
hijau hingga hijau gelap, tekstur warna kasar dan dengan ukuran polygon yang bervariasi. Umumnya kebun campuran terdapat di daerah yang dekat dengan
pemukiman atau terdapat aksesibilitas jalan yang cukup banyak.
a b
Gambar 23 Tutupan lahan berupa kebun campuran di sekitar Dawan a lokasi pada citra b lokasi di lapangan.
Gambar 24 menunjukkan adanya tutupan lahan kebun campuran yang ditafsir sebagai hutan lahan kering pada penafsiran citra ALOS PALSAR tahun
2009. Poligon penafsiran hutan lahan kering di daerah yang ditunjukkan dengan poligon hitam pada Gambar 24 pada citra ALOS PALSAR tahun 2009 setelah
dicocokkan dengan titik verifikasi lapangan ternyata merupakan tutupan lahan kebun campuran. Sementara wilayah yang dapat ditafsir sebagai kebun campuran
pada hasil penafsiran citra ALOS PALSAR tahun 2009 ditunjukkan oleh poligon berwarna merah. Hasil delineasi tutupan lahan kebun campuran citra ALOS
PALSAR tahun 2010 memiliki daerah yang bertampalan dengan delineasi hutan lahan kering hasil penafsiran citra ALOS PALSAR tahun 2009.
a b
Gambar 24 Perbandingan delineasi kebun campuran a hasil penafsiran tahun 2009 b hasil penafsiran tahun 2010.
Pada Gambar 24 dapat dilihat bahwa terjadi kesalahan penafsiran pada hasil delineasi citra ALOS PALSAR tahun 2009. Namun hal ini tidak karena kesalahan
manual, dikarenakan pada wilayah dimana terjadi kesalahan penafsiran secara kenampakan warna sudah dapat dibedakan bahwa kenampakan tersebut merujuk
kepada manual penafsiran visual citra ALOS PALSAR tidak sesuai dengan ciri kenampakan hutan lahan kering.
Jika perbandingan dilakukan antara penafsiran visual tutupan lahan menggunakan hasil delineasi citra ALOS PALSAR tahun 2009 dan hasil
penafsiran visual tutupan lahan kebun campuran citra ALOS PALSAR tahun 2010, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil penafsiran tutupan lahan
hutan lahan kering citra ALOS PALSAR tahun 2009 di beberapa wilayah memiliki kesamaan kenampakan dengan wilayah yang ditafsir sebagai kebun
campuran, hal ini menjelaskan bahwa terjadi kesalahan penafsiran di beberapa luasan wilayah pada penafsiran visual citra ALOS PALSAR tahun 2009. Hal ini
bukanlah faktor kesalahan dari manual penafsiran melainkan hasil penarikan
keputusan dari penafsir citra. Pada poligon tutupan lahan kebun campuran yang beririsan antara hasil penafsiran citra ALOS PALSAR tahun 2009 dan 2010 dapat
disimpulkan bahwa hasil penafsiran yang tidak konsisten pada kedua percobaan
tersebut tidak disebabkan oleh manual penafsiran. 5.4.6
Lahan Terbuka
Kelas interpretasi lahan terbuka merupakan seluruh kenampakan lahan terbuka tanpa vegetasi singkapan batuan puncak gunung, kawah vulkan, gosong
pasir, pasir pantai dan lahan terbuka bekas kebakaran BAPLAN, 2008a. JICA dan Fahutan IPB 2010 menyatakan lahan terbuka sebagai seluruh kenampakan
lahan terbuka tanpa vegetasi singkapan batuan puncak gunung, kawah vulkan, gosong pasir, pasir pantai, lahan terbuka bekas kebakaran, dan lahan terbuka
yang ditumbuhi alang-alangrumput. Tutupan lahan berupa lahan terbuka terdapat di sekitar kaldera Gunung
Batur hingga puncak Gunung Batur. Titik verifikasi ditempatkan di sekitar kaldera Gunung Batur. Lahan terbuka yang ditemukan di lapangan berupa batuan
lahar beku Gambar 25. Tutupan lahan terbuka umumnya memiliki penampakan warna biru hingga ungu. Lahan terbuka berwarna hijau akan terjadi pada
bentangan yang memiliki aspek menghadap arah barat.
a b
Gambar 25 Tutupan lahan berupa lahan terbuka di Kaldera Gunung Batur a lokasi pada citra b lokasi di lapangan.
Verifikasi tutupan lahan hasil penafsiran tahun 2009 dan tahun 2010 memiliki perbedaan daerah verifikasi. Pada hasil delineasi tahun 2009 verifikasi
dilakukan pada wilayah taman di sekitar Kota Denpasar Gambar 26a, sementara
pada tahun 2010 verifikasi dilakukan di wilayah Kaldera Gunung Batur di sekitar Kecamatan Kintamani Gambar 26b.
Pada batas delineasi lahan terbuka di wilayah Kota Denpasar, tidak terjadi perbedaan nyata. Penafsiran untuk wilayah taman tersebut cenderung mudah
mengingat lokasinya berasosiasi dengan permukiman sehingga terjadi perbedaan kenampakan yang cukup jelas.
a
b Gambar 26 Perbandingan delineasi lahan terbuka a hasil penafsiran tahun 2009
b hasil penafsiran tahun 2010. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada hasil delineasi lahan
terbuka pada wilayah Kecamatan Kintamani. Hal ini disebabkan adanya berbagai macam kenampakan warna pada daerah kaldera dan puncak Gunung Batur. Pada
daerah puncak umumnya berwarna ungu hingga biru-ungu, sesuai kunci penafsiran warna tersebut dapat ditafsir sebagai lahan terbuka. Ada pengecualian
untuk daerah lahar beku di sekitar kaldera Gunung Batur. Wilayah ini memiliki kenampakan warna hijau terang dimana pada kunci penafsiran tidak mungkin
dikategorikan sebagai lahan terbuka. Warna hijau terang tersebut disebabkan oleh aspek yang menghadap ke barat.
Tanpa kasus-kasus khusus seperti di wilayah kaldera Gunung Batur, kunci penafsiran telah cukup memberikan informasi untuk dapat menafsir sebuah
tutupan lahan berupa lahan terbuka dan hasil penafsiran tutupan lahan terbuka
menggunakan kunci penafsiran visual dapat dikatakan telah cukup konsisten. 5.4.7
Padang Rumput
Kelas interpretasi padang rumput merupakan kenampakan non-hutan alami berupa padang rumput kadang dengan sedikit semak atau pohon BAPLAN
2008a. JICA dan Fahutan IPB 2010 mendefinisikan padang rumput sebagai kenampakan non hutan berupa padang alang-alang dan terkadang sedikit semak
atau pohon dengan luasan tertentu.
a b
Gambar 27 Tutupan lahan berupa padang rumput di Kaldera Gunung Batur a lokasi pada citra b lokasi di lapangan.
Delineasi tutupan lahan padang rumput berada di dua lokasi, yaitu pada Kaldera Gunung Batur, Kintamani dan daerah lapangan golf di Kota Denpasar.
Titik verifikasi ditempatkan di sekitar kaldera Gunung Batur yang memiliki akses jalan. Tutupan lahan berupa padang rumput terdapat di sekitar kaldera Gunung
Batur, berupa daerah timbunan batuan lahar beku yang telah ditumbuhi rumput dan ilalang Gambar 27. Tutupan lahan padang rumput umumnya memiliki
kenampakan warna biru berbercak hijau berukuran kecil hingga besar dan biasanya terdapat pada wilayah yang relatif datar.
Pada Gambar 28 terdapat perbandingan delineasi padang rumput yang hasil penafsiran tahun 2009 dan 2010 menggunakan citra PALSAR dengan tahun
pengambilan citra yang berbeda. Walaupun terjadi perbedaan bentuk dan ukuran pada delineasi tersebut, namun areal yang ditafsir sebagai padang rumput tidak
berbeda secara signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa kunci penafsiran untuk kelas tutupan lahan padang rumput pada kunci penafsiran visual sudah
cukup konsisten.
a
b Gambar 28 Perbandingan delineasi padang rumput a hasil penafsiran padang
rumput di lapangan golf di sekitar Denpasar b hasil penafsiran padang rumput di sekitar Kaldera Gunung Batur.
5.4.8 Permukiman