Semak Belukar Tambak Penghitungan Keakuratan Penafsiran dan Klasifikasi Tutupan Lahan

Dari hasil penafsiran dapat ditarik kesimpulan bahwa wilayah yang ditafsirkan dan di verifikasi sebagai tutupan lahan sawah adalah kurang lebih sama Gambar 35, dan elemen penafsiran tutupan lahan sawah yang diberikan pada manual penafsiran visual citra ALOS PALSAR dapat dikatakan konsisten.

5.4.11 Semak Belukar

Kelas interpretasi semak belukar merupakan kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali mengalami suksesi, atau kawasan dengan pohon jarang alami, atau kawasan dengan dominasi vegetasi berkayu bercampur dengan vegetasi rendah alami lainnya, serta umumnya sudah tidak ada kenampakan bekas alur atau bercak penebangan lagi BAPLAN 2008a. JICA dan Fahutan IPB 2010 mendefinisikan kelas penafsiran semak belukar sebagai tumbuhan alami berupa rumput, perdu, dan pohon kecil. Titik verifikasi ditempatkan di daerah sekitar kaldera Gunung Batur, namun tidak ditemukan adanya semak belukar di lapangan.

5.4.12 Tambak

Kelas interpretasi tambak merupakan aktivitas perikanan darat ikanudang atau penggaraman yang pada umumnya tampak dengan pola pematang di sekitar atau sepanjang pantai BAPLAN 2008a. JICA dan Fahutan IPB 2010 mendefinisikan kelas penafsiran tambak sebagai segala kenampakan badan air dengan pola budidaya perikanan. Titik verifikasi ditempatkan di lokasi yang ditafsirkan sebagai tambak di Kecamatan Sawan. Wilayah tambak yang ditemukan dilapangan berupa tambak garam Gambar 36. Tutupan lahan tambak umumnya memiliki kenampakan warna biru dengan bentuk persegi dan berukuran kecil. Tutupan lahan tambak sering ditemukan di daerah pantai atau dekat dengan laut. a b Gambar 36 Tutupan lahan berupa tambak garam di Sawan a lokasi pada citra b lokasi di lapangan. Tidak terdapat hasil penafsiran tutupan lahan tambak pada penafsiran tahun 2009 menggunakan citra ALOS PALSAR, sehingga hasil delineasi penafsiran tutupan lahan tambak tidak dapat dibandingkan. Pada Gambar 37a terlihat bahwa terdapat kemiripan penampakan antara tambak dan sawah, pada kondisi seperti ini tutupan lahan tambak dan sawah tidak dapat dibedakan. Pada Gambar 37b dapat dilihat bahwa penampakan tutupan lahan sawah cenderung berwarna ungu, sementara tutupan lahan tambak berwarna biru, sehingga tutupan lahan tambak dan sawah lebih mudah untuk dibedakan. a b Gambar 37 Perbandingan kenampakan citra yang digunakan untuk penafsiran tutupan lahan a citra ALOS PALSAR tahun perekaman 2008 digunakan pada penafsiran tutupan lahan tahun 2009 b citra ALOS PALSAR tahun perekaman 2009 digunakan pada penafsiran tutupan lahan tahun 2010. Tutupan lahan sawah dan tambak pada Gambar 37a kemungkinan memiliki kondisi lapangan yang berbeda ketika perekaman dilakukan jika dibandingkan dengan keadaan tutupan lahan pada Gambar 37b. Keadaan lapangan pada saat perekaman untuk Gambar 37a kemungkinan berupa tutupan lahan sawah yang sedang dalam kondisi tergenang air, sehingga warna pada tutupan lahan sawah menjadi cenderung biru. Keadaan lapangan pada saat perekaman untuk Gambar 37b kemungkinan berupa sawah yang sedang dalam kondisi tidak tergenang air, sehingga warna pada tutupan lahan sawah menjadi cenderung ungu. Elemen penafsiran yang dimiliki oleh tambak dan sawah hanya memiliki perbedaan pada segi lokasi, dimana tambak dekat atau berada di pantai. Namun lokasi keberadaan tutupan lahan sawah yang berada dekat pantai banyak terdapat terutama di wilayah Pulau Jawa dan Bali. Kemiripan elemen penafsiran tersebut dapat menyebabkan kesalahan penafsiran untuk tutupan lahan tambak dan sawah. Kesalahan penafsiran tersebut dapat dikurangi dengan pengetahuan lokal tentang daerah yang ditafsir. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Evaluasi Akurasi Klasifikasi Penutupan Lahan Menggunakan Citra Alos Palsar Resolusi Rendah Studi Kasus Di Pulau Kalimantan

0 22 94

Evaluasi penafsiran citra alos palsar resolusi 12,5 m slope corrected dan 50 meter dengan menggunakan metode manual dan digital dalam identifikasi penutupan lahan (studi kasus di Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi)

3 16 93

Aplikasi dan evaluasi citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan 12,5 m untuk identifikasi tutupan lahan: studi kasus di Kabupaten Brebes, Cilacap, Banyumas dan Ciamis

2 15 87

Perbandingan penafsiran visual antara Citra Alos Palsar Resolusi 50 m dengan Citra Landsat Resolusi 30 m dalam mengidentifikasi penutupan lahan (Studi Kasus di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur)

0 5 180

Aplikasi dan Evaluasi Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m, Resolusi 12,5 m, dan Resolusi 6 m untuk Identifikasi Tutupan Lahan (studi kasus di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Samosir)

0 3 145

Identifikasi Hutan Lahan Basah Menggunakan Citra ALOS PALSAR di Kalimantan Selatan

1 5 55

Aplikasi Citra ALOS PALSAR Multiwaktu Resolusi 50 m dalam Identifikasi Tutupan Lahan di Provinsi Lampung

0 2 136

Model Spasial Pendugaan dan Pemetaan Biomassa di Atas Permukaan Tanah Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 12.5 M.

4 19 51

Klasifikasi dan Detektsi Perubahan Tutupan Hutan dan Lahan Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 Meter di Wilayah Barat Provinsi Jambi.

0 9 70

Model Penduga Biomassa Hutan Alam Lahan Kering Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 M di Areal Kerja PT. Trisetia Intiga

0 5 165