13
2.3 Sistem Bagi Hasil
Pola bagi hasil antara pemilik modal investor dan pengusaha entrepreneur dalam kegiatan ekonomi banyak diterapkan untuk mengatasi
keterbatasan modal individu dalam memenuhi pembiayaan usaha. Sebagian besar masyarakat meyakini pola bagi hasil merupakan merupakan model kerjasama
usaha yang dianggap lebih memenuhi nilai agama dengan model pembagian resiko kegagalan usaha atau pembagian keuntungan yang lebih adil dan terbuka
Jusmaliani, 2006. Terdapat dua jenis perhitungan bagi hasil, yaitu: profitloss sharing
dan revenue sharing. Pada profitloss sharing jumlah pendapatan bagi hasil yang diterima tergantung keuntungan usaha, sedangkan pada revenue
sharing penentuan bagi hasil tergantung pendapatan kotor usaha harga jual
dikalikan dengan jumlah barang yang dijual. Pada umumnya di Indonesia menerapkan sistem revenue sharing Jusmaliani, 2006.
Pengelolaan usaha pola bagi hasil yang dilaksanakan UBH-KPWN, mencakup pengelolaan dana investor yang digunakan untuk biaya operasional
kegiatan penyediaan bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman dan biaya pemanenan tegakan pohon jati. Saat pemanenan pada tahun kelima yang telah
disepakati, manajemen UBH-KPWN akan membayarkan kembali dana hasil penjualan pohon jati kepada para pihak sesuai proporsi bagi hasil yang telah
disepakati.
2.4 Manfaat Ekonomi
Gittinger 1986 mendefinisikan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan. Untuk menilai manfaat yang tidak berwujud, metode
yang digunakan adalah menentukan atas harga dasar yang paling murah dari
14 kombinasi biaya berwujud yang akan timbul dimana keduanya sama penting
dengan manfaat yang tidak berwujud. Mengukur manfaat suatu proyek lebih sulit daripada mengukur biayanya. Menurut Gray et al 1986, masalah-masalah yang
dihadapi dalam pengukuran manfaat ini dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Mengukur jumlah manfaat
Hasil produksi dari sebuah proyek adalah adanya penambahan jumlah barang dalam masyarakat setelah adanya proyek tersebut. Dengan kata lain, hasil
produksi suatu proyek adalah perbedaan jumlah persediaan barang yang terdapat dalam masyarakat dengan adanya proyek dan seandainya tidak ada proyek.
2. Penentuan harga hasil produksi
Hasil suatu proyek terdiri dari berbagai barang yang berbeda. Berbagai jenis produk suatu proyek dapat berbeda dengan barang yang berada dalam
masyarakat baik dari segi mutu dan kualitasnya yang menyebabkan harganya menjadi berbeda. Suatu harga barang yang sama dapat berbeda pada tempat dan
waktu yang berbeda. Suatu proyek yang menciptakan produk dalam jumlah yang besar dapat mempengaruhi tingkat harga. Oleh karena itu, kesalahan dalam
perhitungan manfaat suatu proyek dapat terjadi karena terjadinya kesalahan dalam memberikan nilai kepada harga dari produk proyek tersebut.
3. Adanya eksternalitas
Eksternalitas adalah hasil-hasil tidak langsung dan akibat-akibat sampingan dari suatu proyek. Eksternalitas dapat bersifat positif maupun negatif.
Keduanya sukar dihitung dan dimasukkan ke dalam biaya dan manfaat proyek,
15 tetapi perlu dipertimbangkan dalam penentuan pilihan proyek tersebut. Kesulitan
dalam mengukur hasil proyek terjadi, antara lain: 1. Hasil tidak langsung atau akibat sampingan proyek itu justru berada di luar
proyek itu sendiri, seperti hasil tidak langsung dari peningkatan pangan dapat terjadi kepada peningkatan perbaikan pendidikan.
2. Akibat sampingan dari suatu proyek dapat merupakan biaya masyarakat secara keseluruhan, seperti intensifikasi pertanian dalam suatu wilayah yang
menggunakan pestisida dapat menambah produksi padi, tetapi hal tersebut turut berpengaruh kepada terjadinya penuruan produksi ikan pada wilayah tersebut.
3. Hasil yang tidak langsung menyebabkan sukar diukur dan dinilai dengan uang intangible, seperti terjadi penurunan keamanan setelah pelaksanaan proyek.
2.5 Manfaat Lingkungan