60
6.1.3 Analisis Kelayakan Finansial Usaha JUN UBH-KPWN Bogor
Usaha JUN UBH-KPWN Bogor pada tahun 2006-2007 memperoleh PV net benefit
bernilai negatif karena pada tahun tersebut membutuhkan biaya investasi yang besar. Pada tahun 2008 usaha mulai memperoleh keuntungan atau
PV net benefit bernilai positif, namun pada tahun 2011-2012 usaha mengalami kerugian kembali. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut, UBH-KPWN Bogor
membutuhkan biaya yang lebih besar dimana semua biaya pemeliharaan dikeluarkan untuk semua umur tanaman JUN. Sejak awal tahun 2013 sampai
akhir usaha, UBH-KPWN Bogor selalu memperoleh PV net benefit positif. Kelayakan finansial usaha JUN ini dapat dilihat dari beberapa kriteria
penilaian investasi, yaitu: Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net BC, dan Payback Period PBP. Hasil perhitungan kriteria penilaian
investasi pada usaha JUN UBH-KPWN Bogor dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Hasil Analisis Kelayakan Finansial
Kriteria Hasil
NPV 4 175 535 379
IRR 57
Net BC
3 Payback Period
8 tahun 9 bulan
Sumber: UBH-KPWN 2012 diolah
Berdasarkan analisis kelayakan finansial dapat dilihat bahwa usaha JUN dengan pola bagi hasil yang diusahakan oleh UBH-KPWN Bogor menghasilkan
NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 4 175 535 379. Hal ini menunjukkan usaha ini akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 4 175 535 379.
Berdasarkan kriteria NPV usaha JUN UBH-KPWN Bogor ini layak untuk dilanjutkan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 57 persen dimana IRR
tersebut lebih besar dari discount rate suku bunga yang ditetapkan yaitu 12
61 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mampu memberikan tingkat
pengembalian modal sebesar 57 persen. Berdasarkan kriteria IRR usaha JUN UBH-KPWN Bogor ini layak untuk dilanjutkan. Nilai Net BC yang diperoleh
yaitu sebesar tiga. Hal ini berarti setiap Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp 3. Nilai Net BC yang diperoleh lebih besar dari
satu, sehingga usaha ini layak untuk dilanjutkan. Payback Period PBP yang diperoleh adalah sebesar delapan tahun sembilan bulan. Nilai PBP ini masih
berada di bawah umur usaha, sehingga berdasarkan kriteria PBP usaha ini layak untuk dilanjutkan. Rincian perhitungan investasi usaha JUN UBH-KPWN Bogor
dapat dilihat pada Lampiran 3. 6.1.4 Analisis Sensitivitas Usaha JUN UBH-KPWN Bogor
Analisis sensitivitas pada UBH-KPWN Bogor dapat dilihat dari peningkatan harga pupuk sebesar 32 persen. Hal ini dilihat dari rata-rata kenaikan
pupuk pada kegiatan JUN yang telah berlangsung selama lima tahun. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan pupuk perlu dilakukan oleh UBH- KPWN Bogor
karena pupuk merupakan komponen penting di dalam berlangsungnya kegiatan JUN. Keberadaan pupuk akan mempengaruhi tanaman JUN dalam hal
pertumbuhan terhadap diameter dan ketinggian pohon JUN. Peningkatan harga pupuk 32 persen akan berdampak pada NPV, IRR, Net
BC, dan Payback Period PBP. NPV menjadi Rp 2 497 483 097 sehingga usaha ini memberikan manfaat bersih sebesar Rp 2 497 483 097. Nilai IRR yang
diperoleh turun menjadi 28 persen dan nilai Net BC yang diperoleh menjadi dua. Payback Period
PBP menjadi semakin lama yaitu 9 tahun 6 bulan. Perubahan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 28.
62
Tabel 28. Hasil Analisis Sensitivitas Kriteria
Hasil
NPV 2 497 483 097
IRR 28
Net BC
2 Payback Period
9 tahun 6 bulan
Sumber: UBH-KPWN 2012 diolah
Peningkatan harga pupuk sebesar 32 persen usaha UBH-KPWN Bogor masih layak untuk dilanjutkan karena semua kriteria memenuhi syarat, akan tetapi
UBH-KPWN Bogor harus tetap mengantisipasi apabila ada kenaikan yang lebih besar karena akan menyebabkan usaha mengalami kerugian. Rincian perhitungan
analisis sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 4. 6.2
Dampak Ekonomi dan Lingkungan dari Kegiatan JUN 6.2.1 Perbandingan Pendapatan Petani JUN Sebelum dan Sesudah Adanya
Kegiatan JUN
Awalnya lahan yang ditanami JUN pada tanaman umur empat dan lima tahun di Desa Cogreg lahan Universitas Nusa Bangsa dan di Desa Ciaruteun Ilir
lahan “Kopassus 23” merupakan lahan produktif yang ditanami berbagai macam
palawija, sayur mayur, dan buah-buahan. Keberadaan JUN menyebabkan petani penggarap mengubah kebiasaannya yang semula menanam berbagai macam
tanaman non kayu menjadi petani pohon jati. Pendapatan yang didapat dari pengelolaan JUN berupa upah, bonus, hasil kayu setelah lima tahun pasca
panen, dan tumpang sari kecuali singkong selama dua tahun. Pendapatan petani JUN dari berbagai macam jenis tanaman sebelum
adanya kegiatan JUN di Desa Cogreg sebesar Rp 28 265 000tahun, sedangkan pada Desa Ciaruteun Ilir sebesar Rp 602 550 000tahun. Pendapatan petani JUN
di Desa Cogreg meningkat sebesar Rp 163 041 600tahun dari pengelolaan lahan UNB tersebut. Pada Desa Ciaruteun Ilir meningkat sebesar Rp 104 764 300tahun
63 dari pengelolaan lahan “Kopassus 23”. Peningkatan pendapatan di Desa Cogreg
lebih besar dibandingkan Desa Ciaruteun Ilir karena sebelum adanya kegiatan JUN lahan di Desa Cogreg tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk
menghasilkan pendapatan dalam bidang pertanian. Perbandingan pendapatan
petani JUN dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Perbandingan Pendapatan Petani JUN Tanpa dan dengan
Adanya Kegiatan JUN Tahun 2012 A. Pendapatan Tanpa JUN
Kriteria Desa Cogregtahun
Desa Ciaruteun Ilirtahun
1. Lahan UNB 28 265 000
2. Lahan Kopassus 23 602 550 000
Total Pendapatan Rp 28 265 000
Rp 602 550 000 B. Pendapatan dengan Adanya JUN
Kriteria Desa Cogregtahun
Desa Ciaruteun Ilirtahun
1. Upah Petani JUN 23 319 600