VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara JUN UBH-KPWN Kabupaten Bogor
Analisis kelayakan finansial bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan usaha JUN UBH-KPWN Bogor yang telah berjalan selama lima tahun. Analisis
kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, seperti Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net
Benefit Cost Ratio Net BC, dan Payback Periode PBP. Analisis kriteria
tersebut menggunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat dan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Arus kas membutuhkan penentukan
asumsi-asumsi yang terkait dengan usaha UBH-KPWN Bogor serta melakukan analisis terhadap inflow dan outflow.
6.1.1 Analisis Inflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor
Komponen inflow usaha JUN UBH-KPWN Bogor diterima dari penerimaan penjualan jasa investasi dan penerimaan penjualan pohon JUN. Jasa
investasi merupakan penerimaan yang didapat dari investor dalam menanamkan modalnya kepada UBH-KPWN Bogor untuk membiayai kegiatan JUN sedangkan
penerimaan penjualan diperoleh dengan mengalikan harga jual dengan total penjualan kayu yang siap panen.
a. Penerimaan Penjualan Jasa Investasi
Penerimaan dari penjualan jasa investasi diperoleh dengan mengalikan harga jasa investasi per pohon dengan jumlah pohon yang laku ditawarkan kepada
investor. Jumlah tanaman awal merupakan tanaman yang ditanam oleh pihak UBH-KPWN Bogor sejumlah 157 463 pohon yang tersebar di Kabupaten Bogor,
sedangkan tanaman yang terjual merupakan pohon yang laku dijual kepada
50 investor mulai dari tahun 2007-2012 dengan jumlah tanaman 132 708 pohon.
Tanaman sebanyak 24 755 pohon yang belum laku akan dipasarkan kepada investor. Apabila sampai batas penebangan tanaman belum laku, maka pohon jati
akan dikembalikan kepada pihak UBH-KPWN. Investasi per pohon merupakan ketetapan yang diberikan dari UBH-KPWN karena dana tersebut digunakan untuk
membiayai kegiatan JUN dari awal penanaman sampai pohon tersebut siap panen. Biaya kebutuhan pemeliharaan tanaman JUN yang semakin mahal menyebabkan
investasi yang dikeluarkan investor akan mengalami kenaikan. Rincian
penerimaan penjualan jasa investasi dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Penerimaan Penjualan Jasa Investasi
Tahun Jumlah
Tanaman Awal 1
Jumlah Tanaman yang Terjual
2 Investasi per
Pohon Rp 3
Nilai Investasi Rp
4 = 2x3
2007 7 120
7 074 60 000
424 440 000 2008
25 338 24 849
60 000 1 490 940 000
2009 40 155
34 048 65 000
2 213 120 000 2010
43 010 40 097
65 000 2 606 305 000
2011 27 780
15 580 70 000
810 600 000 2012
14 060 11 060
70 000 774 200 000
Total 157 463
132 708 8 319 605 000
Sumber: UBH-KPWN 2012 diolah
Jumlah tanaman awal dari tahun 2007-2012 mengalami peningkatan atau penurunan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena luas lahan yang tersedia tidak
selalu sama pada setiap tahunnya tergantung dari pencarian lahan di lapangan. Penerimaan dari penjualan jasa investasi diperoleh dengan mengalikan harga jasa
investasi per pohon dengan jumlah pohon yang ditawarkan. Total dana yang diterima dari penjualan jasa investasi sebesar Rp 8 319 605 000. Dana investor ini
digunakan untuk membiayai 157 463 pohon selama umur tanam pohon. Penerimaan penjualan jasa investasi sudah diterima pada tahun 2007 karena pada
umur enam bulan pohon jati sudah dipromosikan kepada investor.
51
b. Penerimaan Penjualan Pohon JUN Siap Panen