Teknik Pengumpulan Data Analisis Data

Disertasi, Jurnal Hukum atau hasil penelitian lainnya yang relevan dengan penelitian ini. 3. Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan yang dapat memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, internet, dan sebagainya. 57

3. Teknik Pengumpulan Data

Berkenaan data yang digunakan hanya data sekunder jadi teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan library research, studi ini dilakukan dengan jalan meneliti dokumen-dokumen yang ada, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi baik yang berupa buku, karangan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bahan tertulis lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu dengan cara mencari, mempelajari, dan mencatat serta menginterpretasikan hal-hal yang berkaitan dengan objek pelitian. 58 57 Ibid, hlm. 224 Selain itu akan dilakukan juga pengumpulan data kelapangan field research melalui wawancara dengan informan yakni mewakili FKUB Propinsi Sumut, Dr. Arifinsyah, M.Ag sebagai Wakil Sekretaris, dan mewakili Ahmadiyah, Sufi Murti sebagai Mubaligh Wilayah Sumatera Utara dan Aceh, mewakili MUI Sumut, Drs. Hj. Arso, SH. M.Ag, Ketua Bidang Perundang Undangan, HAM dan Advokasi, Pdt. Hotman Hutasoit, MTh, mewakili PGI Sumut, sebagai Wakil Sekretaris Umum, dan Humala Pardede, Mewakili Kementertian Kebudayan dan Pariwisata Sumut, yang berhubungan dengan 58 Ibid, hlm. 225 Universitas Sumatera Utara penelitian mengenai perlindungan kebebasan beragama di Indonesia kaitannya dengan konstitusi RI.

4. Analisis Data

Berdasarkan sifat penelitian yang menggunakan metode penelitan bersifat deskriptif analitis, maka analisis yang dipergunakan adalah analisis secara pendekatan kualitatif terhadap data sekunder yang didapat. Deskriptif tersebut, meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan penulis untuk menentukan isi atau makna aturan hukum. 59 Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data, selanjutnya semua data diseleksi dan diolah, kemudian dinyatakan secara deskriptif sehingga menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, sehingga memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaks 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara

BAB II PENGATURAN KEBEBASAN BERAGAMA DALAM KONSITUSI

REPUBLIK INDONESIA. A. Sejarah Kehidupan Beragama Pada Masa Beberapa Kerajaan di Nusantara Pra Kemerdekaan RI. Sejarah mencatat bahwasanya kehidupan antar umat beragama prakteknya berjalan pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di nusantara ini. Sebelum merdeka, agama-agama yang ada pada saat ini khususnya agama-agama yang berasal dari luar Indonesia juga keberadaannya mengalami banyak kemajuan karena raja-raja pada masa sebelum kemerdekaan juga banyak menganut agama dan ajaran tersebut. Didalam berhubungan dengan kerajaan lain juga, sering terlihat bagaimana masalah agama tidak menjadi penghalang untuk mengadakan hubungan satu sama lain. Tidak heran menemukan bahwa raja menikahi putri dari kerajaan yang berbeda dengan perbedaan agama pula. Bahkan melalui perkawainan campuran tersebutlah terjadi harmoni kehidupan beragama didalam kerajaannya. Belum lagi adanya kebebasan bagi warga di kerajaannya untuk memeluk agama sesuai dengan pilihannya sendiri. Kerajaan yang akan disinggung mengenai pelaksanaan kehidupan beragama, yakni: Kerjaan Mataram Kuno, Kerjaan Majapahit, Kerjaan Demak, dan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Mataram kuno di perkirakan berdiri pada abad ke-8 dan berpusat di Jawa tengah. Pada awal mula berdirinya, Mataram kuno adalah sebuah kerajaan Universitas Sumatera Utara