Pengaturan Kebebasan Beragama dalam Konsitusi RI

perkembangan kebijakan pemerintahan Orde Baru sampai Orde Reformasi sebelum dan sesudah Amandemen II UUD 1945 Tahun 2000, beberapa perangkat kebijakan peraturan perundang-udangan dapat dikatakan melengkapi pengaturan HAM di Indonesia dalam bentuk Peraturan perundang-undangan, seperti TAP MPR, Undang- Undang, Keppres dan sebagainya. 92 Berdasarkan uraian tersebut dalam perjalanan konstitusi RI sejak awal kemerdekaan hingga konsitusi pasca amandemen saat ini dapat dilihat bagaimana pasang surut pengaturan HAM didalam setiap konstitusi yang pernah berlaku tersebut. Tetapi yang pasti, pengaturan HAM tidak pernah terlepas dari konsitusi RI membuktikan bahwa Indonesia sejak awal kemerdekaan sudah menangkap pesan pentingnya penjaminan HAM terhadap warga negaranya. Tentunya juga memenuhi dari unsur yang harus termaktub didalam konsitusi. Bahkan sebelum Declaration Of Human Rights DUHAM berlangsung, Indonesia pada awal kemerdekaan sudah memuat masalah kebebasan beragama. Penegakkan hukum atas HAM tergantung bagaimana masalah HAM tersebut diatur didalam konsitusi suatu negara. Semakin lengkap atau komprehensif, sebenarnya penegakkannya juga berpeluang akan lebih baik, namun demikian juga sebaliknya.

D. Pengaturan Kebebasan Beragama dalam Konsitusi RI

Perlindungan kebebasan beragama dalam Undang-Undang Dasar 1945 sudah ada diatur secara khusus. Meskipun dalam sejarahnya ketika sidang BPUPKI terdapat 92 Ibid. Universitas Sumatera Utara perbedaan pandangan yang cukup tajam antara Soekarno, Soepomo, Moh. Yamin dan Hatta tentang perlu tidaknya HAM masuk dalam UUD Indonesia nantinya, namun ketika rancangan UUD resmi setelah Indonesia merdeka, telah terdapat pasal-pasal yang memuat perlindungan HAM. 93 UUD 1945 berlaku antara 17 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949. Karena setelahnya konstitusi yang berlaku adalah Konsitusi RIS 1949. Konstitusi RIS 1949 merupakan konsitusi yang sangat panjang karena terdiri dari VI BAB dan 197 Pasal. Pasal-pasal tentang HAM terdapat pada BAB I Bagian 5 tentang Hak-Hak dan Kebebasan-Kebebasan Dasar Manusia, semuanya 26 Pasal dengan Hal itu tampak bahwa para founding fathers menyadari perlunya HAM masuk menjadi substansi konsitusi Indonesia dan rumusan pasal-pasal HAM dalam UUD 1945. Salah satu dari substansi HAM yang diatur dalam konstitusi ini adalah masalah jaminan terhadap kebebasan beragama. Pasal 29 ayat 2 yang menyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 93 Soekarno menentang dimasukkannya perlindungan hak warga Negara dalam UUD karena menurutnya berasal dari faham individualism yang harus dibuang dari UUD Indonesia. Soepomo mendukung pendapat Soekarno sebab menurutnya UUD Indonesia seharusnya mengandung sistem kekeluargaaan dan jika pasal-pasal tentang HAM masuk dalam UUD Indonesia hal itu berarti UUD itu bersifat perseorangan dan itu bertentangan dengan konstruksinya yang berdasar sistem kekeluargaan. Sementara itu Hatta menganjurkan perlu UUD Indonesia mempunyai pasal-pasal tentang HAM dan pendapat Hatta ini didukung oleh M. Yamin yang menentang tegas usulan tidak dimasukkannya pasal- pasal HAM dalam UUD Indonesia. Menurutnya, segala konstitusi baik yang lama maupun yang baru didunia berisi perlindungan aturan dasar itu HAM yang sebenarnya tidak berhubungan dengan liberalism melainkan karena suatu keharusan perlindungan kemerdekan yang harus diakui dalam UUD. Lihat, R. G Kartasapoetra, Sistematika Hukum Tata Negara, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987, hal 260 sebagaimana dikutip dari tulisan Muhammad Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945, Jakarta: Prapanca, 1959. Universitas Sumatera Utara rumusan yang cukup mendetail. Pasal-pasal yang secara khusus mengatur masalah kebebasan beragama adalah: 94 Pasal 18: Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran keinsjafan batin dan agama; hak ini meliputi pula kebebasan bertukar agama atau kejakinan, begitu pula kebebasan menganut agamanja atau kejakinannja, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, baik dimuka umum maupun dalam lingkungannja sendiri dengan djalan mengadjarkan, mengamalkan, beribadat, mentaati perintah dan aturan-aturan agama, serta dengan djalan mendidik anak-anak dalam iman dan kejakinan orang tua mereka. Konsitusi yang pernah berlaku di Indonesia yakni UUD 1945, Konsitusi RIS 1949, Undang Undang Dasar Sementara 1950, UUD 1945 Pasca Amandemen tetap mengatur secara khusus masalah jaminan terhadap kebebasan beragama. Namun, setiap konstitusi memiliki keunikan masing-masing didalam merumuskan masalah jaminan kebebasan beragama. Ada yang detail dan jelas, namun ada juga yang sangat umum dan memiliki multitafsir. Berikut perbandingan, UUD 1945 Pasca Amandemen memuat pengaturan kebebasan beragama dengan bagaimana Kontitusi RIS 1949, UUDS 1950, UUD 1945 Pasca Amandemen dan Konstitusi Malaysia. Tabel 1: Perbandingan Konsitusi Menjamin Kebasan Beragama UUD 1945 PASCA AMANDEMEN UUD 1945, KONSTITUSI RIS 1949, UUDS 1950, KONSTITUSI MALAYSIA • Pasal 28E ayat 1 : Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, • Pasal 18 Konsitusi RIS 1949 : Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran keinsjafan batin dan agama; hak ini meliputi pula kebebasan bertukar agama atau kejakinan, begitu pula kebebasan 94 Konstitusi Republik Indonesia 1949 Universitas Sumatera Utara memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. Ayat 2: Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. • Pasal 28I ayat 1 : Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Ayat 2: Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Ayat 4: Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Ayat 5: Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. • Pasal 28J ayat 1: Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ayat 2: Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin menganut agamanja atau kejakinannja, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, baik dimuka umum maupun dalam lingkungannja sendiri dengan djalan mengadjarkan, mengamalkan, beribadat, mentaati perintah dan aturan-aturan agama, serta dengan djalan mendidik anak-anak dalam iman dan kejakinan orang tua mereka. • Pasal 32 ayat 1 Konstitusi RIS 1949 : Peraturan-peraturan undang-undang tentang melakukan hak-hak dan kebebasan-kebenaran jang diterangkan dalam bagian ini, djika perlu, akan menetapkan batas-batas hak-hak dan kebebasan-kebesan itu, akan tetapi hanjalah semata-mata untuk mendjamin pengakuan dan pernghormatan jang tak boleh tiada terhadap hak-hak serta kebebasan-kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi sjarat-sjarat jang adil untuk ketenteraman kesusilaan dan kesedjahteraan umum dalam suatu persekutuan jang demokrasi. Ayat 2: Djika perlu, undang-undang federal menentukan pedoman dalam hal itu bagi undang-undang daerah-daerah bagian. • Pasal 33 Kontitusi RIS 1949 : Tiada suatu ketentuanpun dalam bagian ini boleh ditafsirkan dengan pengertian, sehingga sesuatu penguasa, golongan atau orang dapat memetik hak dari padanja untuk mengusahakan sesuatu apa atau melakukan perbuatan berupa apapun jang bermaksud menghapuskan sesuatu hak atau kebebasan jang diterangkan dalamnja. • Pasal 18 UUDS 1950 : Setiap orang berhak atas kebebasan agama, keinsjafan batin dan pikiran • Pasal 3 ayat 1 Konstitusi Malaysia: Universitas Sumatera Utara pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis •

BAB XI tentang Agama Pasal 29 ayat 2: