2. Peran Pemerintah Dalam Kasus GKI Yasmin.
Persoalan GKI Yasmin sudah memasuki tahun ketiga dalam hal persoalan perijinan pembangunan di Bogor. Namun belum juga menunjukan titik terang.
Padahal secara formal pembangunan gereja tersebut sudah memiliki kekuatan hukum tetap dengan keluarnya putusan Mahkamah Agung dan Ombudsman RI. Makamah
Agung sudah memutuskan dalam kasasi bahwa izin mendirikan bangunan GKI Yasmin sah. Masalah yang berlarut-larut itu muncul karena adanya larangan bagi
jemaat GKI Yasmin untuk beribadah di bangunan yang berada di Jalan K.H. Abdullah bin Nuh, Bogor, Jawa Barat, itu. Pemerintahan Kota Bogor sempat menolak
izin mendirikan bangunan gereja itu tapi kemudian dimentahkan keputusan Mahkamah Agung dan Ombudsman RI. Meski sudah ada keputusan dari MA dan
Ombudsman RI yang menjaminnya. Sampai saat ini jemaat GKI Yasmin belum bebas beribadah karena penolakan dari warga masih kerap terjadi.
247
Minggu 2 Oktober 2011, menjadi saat dimana jemaah GKI Yasmin Bakal Pos Bapos Taman Yasmin Kembali coba diusir oleh Pemerintah Kota Bogor dari lokasi
peribadatannya. Gedung gereja yang sah digembok secara ilegal oleh Pemkot Bogor dan ketika Jemaat terpaksa beribadah di trotoar dekat bangunan gereja, jemaat juga
diusir. Dalam dua kali hari minggu terakhir Walikota Bogor Diani Budiarto kembali terlihat berada dilokasi upaya pengusiran didekat lokasi bangunan gereja milik GKI
Bapos Taman Yasmin yang sah. Nampaknya, patut diduga bahwa upaya pengusiran,
247
Suryo Wibowo, GKI Yasmin Menjadi Catatan Dunia, http:www.tempo.coreadnews2012
0124 , diakses tanggal 20 Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
meskipun gagal, didua kali hari minggu tersebut dipimpin langsung dilapangan oleh Wali Kota Bogor. Beragama cara dilakukan Satpol PP untuk mengusir Jemaat, mulai
dari berusaha mendorong ibu-ibu beribadah, mencoba mendorong Ibu Pdt. Novita Sutanto yang memimpin ibadah, menyalakan mesin truk berulang-ulang “mengegas”
mesin truk sehingga titik lokasi ibadah jemaah riuh dengan mesin truk dan bahkan mencoba merebut Anggur dan Roti Perjamuan Kudus yang sangat dihormati umat
Kristiani.
248
Kasus pendirian rumah ibadah yang secara formal sudah memenuhi ketentuan yang ada yang dialami GKI Yasmin ini merupakan salah satu kasus kebebasan
beragama yang sangat hangat dibicarakan hingga saat ini. Berikut kronologi persoalan GKI Taman Yasmin Bogor:
249
• 13 Juli 2006, Izin Mendirikan Bangunan IMB Taman Yasmin Bogor
diterbitkan Walikota Bogor setelah seluruh persyaratan dipenuhi. •
14 Februari 2008, IMB yang sah ini dibekukan oleh Kepala Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor dalam suratnya Nomor 503208-O TKP, dan pada
tanggal 25 Februari 2008 dikuatkan oleh pembatalan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Walikota Bogor melalui suratnya Nomor 503367Huk,
dengan alasan karena adanya “sikap keberatan dari masyarakat kepada Pemerintah Kota Bogor terhadap pembangunan Gereja yang akan didirikan
oleh GKI”
• 4 September 2008, Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung dalam
keputusannya Nomor 41G2008BDG membatalkan surat pembekuan dan Tergugat Kepala Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor diperintahkan
untuk mencabut Surat Pembekuan IMB tersebut.
248
BPMS GKI, Demi Pancasila, Demi Indonesia, Kami Menolak Tunduk, Ibid.
249
BPMS GKI, Kronologi Persoalan GKI Taman Yasmin. Ibid diakses tanggal 20 Juni 2012. Ibid.
Universitas Sumatera Utara
• 2 Februari 2009, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta dalam
keputusannya Nomor 241B2008PT. TUN. JKT menguatkan putusan yang dikeluarkan oleh PTUN Bandung.
• 11 Maret 2010, Pemerintah Menyegel bangunan GKI Taman Yasmin.
• 27 Agustus 2010, Pemerintah Kota Bogor memerintahkan Satpol PP secara
resmi untuk membuka segel dan gembok tersebut yang disertai Berita Acara, dengan pertimbagan bahwa sengketa hukumnya telah memperoleh putusan
yang berkekuatan hukum tetap dan menegaskan, sebagai berikut :” karena bangunan Gereja Kristen Indonesia tersebut telah memenuhi kewajibannya
dengan mengantongi IMB Nomor. 645.8-372 Tahun 2006 dan telah berkekuatan hukum tetap….”
• 28 Agustus 2010, sekitar pukul 23.30 Wib, Satpol PP Kota Bogor menggembok
dan menyegelnya kembali tanpa dasar hukum yang sah. •
9 Desember 2010, Mahkamah Agung mengeluarkan putusan atas permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan Pemerintah Kota Bogor mengenai
keabsahan IMB GKI Yasmin. Dalam Putusannya menyatakan bahwa permohonan tersebut tidak dapat diterima Nomor 127 PKTUN2009
• 7 Maret 2011, Walikota Bogor menerima salinan putusan MA mengenai
ditolaknya permohonan PK Pemerintahan Kota Bogor.
• 8 Maret 2011, Walikota Bogor menerbitkan SK Nomor 503.45-135 tahun 2011
tentang Pencabutan Surat Kepala Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor Nomor 503208-D TKP perihal Pembekuan Izin Tanggal 14 Februari 2008.
• 11 Maret 2011, Walikota Bogor Menerbitkan SK Nomor. 645.45-137
bertanggal 11 Maret 2011 yang mencabut IMB GKI Taman Yasmin, dengan pertimbagan, sbb: “..adanya kebohongan dalam mengajukan pernyataan tidak
keberatan dari warga…”.
• 14 Maret 2011, kedua SK Walikota diterima GKI TamanYasmin secara
bersamaan. Diantara tanggal 8 dan 11 Maret 2011, GKI Taman Yasmin tidak pernah menerima pemberitahuan apapun tentang terbitnya SK Walikota
bertanggal 8 Maret 2011 dan pada kenyataannya pintu gerbang gereja tetap digembok dan disegel, sehingga pada Minggu 13 Maret 2011 Jemaat GKI
Taman Yasmin terpaksa tetap beribadah di luar bangunan gereja.
• 8 Juli 2011 Ombudsman Republik Indonesia ORI dihalaman 5
rekomendasinya Nomor: 0011REK0259. 2010BS-15VII2011 menegaskan,”...tindakan Walikota Bogor yang menerbitkan SK Nomor:645.45-
137 Tahun 2011 bertanggal 11 Maret 2011…adalah merupakan bentuk Maladministrasi berupa perbuatan melawan hukum dan pengabaian kewajiban
hukum serta bertentangan dengan Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI Nomor: 127 PKTUN2009 tanggal 9 Desember 2010”.
• 12 Oktober 2011, ORI, dalam suratnya kepada Presiden dan Ketua DPR RI,
menegaskan bahwa “…fakta yang terjadi adalah putusan pengadilan pidana pemalsuan tersebut tidak terkait proses administrasi Izin Mendirikan Bangunan
Universitas Sumatera Utara
GKI Taman Yasmin karena surat tidak keberatan yang diajukan jemaat GKI Yasmin untuk memperoleh IMB adalah surat pernyataan tidak keberatan warga
tanggal 10 Maret 2002 dan bukan surat pernyataan tidak keberatan warga tanggal 15 Januari 2006 yang dipidanakan”.
Pihak yang diduga melakukan kebohongan dalam mengajukan permohonan tidak keberatan warga tertanggal 15 Januari 2006 itu bukanlah pihak GKI Taman
Yasmin, melainkan bagian dari aparat pemerintah kota Bogor dalam arti luas yaitu Lurah setempat, Bapak Agus Ateng dan Ketua RT, Bapak Munir Karta, sehingga
andaipun mereka dikemudian hari dinyatakan bersalah dengan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, maka kesalahan mereka tidak tepat dan tidak adil bila
“dibebankan” kepada Pihak GKI Taman Yasmin dengan mencabut IMB yang telah diterbitkan.
250
Alasan pencabutan IMB GKI tersebut sesungguhnya mengada-ada dan terlalu dipaksakan, sebab hal tersebut baru muncul pada tahun 2010. Sementara itu,
pembekuan IMB telah dilakukan pada awal tahun 2008 dengan berbagai alasan, antara lain: nama jalan K.H. Abdullah bin Nuh yang menurut walikota tidak boleh
ada gereja di sepanjang jalan tersebut, karena nama K.H. Abdullah bin Nuh nama ulama besar. Alasan tersebut terbantahkan pada tanggal 1 Oktober 2011 pada acara
Halal Bihalal dalam rangka peringatan hari Kesaktian Pancasila di Pesantren Al Gozali putra kandung Alm. K.H. Abdullah bin Nuh. Dalam acara yang
diselenggarakan GP. Anshor Pusat dan dihadiri tokoh nasional itu, secara tegas dinyatakan oleh keluarga besar K.H. Abdullah bin Nuh yang diwakili oleh K.H.
250
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Mustofa Abdullah bin Nuh bahwa ia mendukung pembangunan GKI Taman Yasmin.
251
Walikota Bogor Diani Budiarto mengemukakan tiga alasan pihaknya membekukan kembali Izin Mendirikan Bangunan IMB GKI Yasmin. Pada dasarnya
ada tiga pertimbangan penting lahirnya keputusan tersebut. Pertama, ada indikasi pemalsuan surat pernyataan tidak keberatan dari warga. Kedua, ada indikasi
pemalsuan tanda tangan warga masyarakat sekitar pembangunan GKI Yasmin sebagai salah satu syarat pengajuan IMB. Indikasi ini pun telah terbukti berdasarkan
Putusan Pengadilan Negeri Bogor Nomor 265Pid.B2010PN.Bogor dengan terdakwa Munir Karta. Ketiga adalah untuk menjaga stabilitas, situasi dan kondisi
yang kondusif, serta menjaga kerukunan hidup antar umat beragama di Kota Bogor. Untuk menghindari konflik dan aksi anarkis yang berkepanjangan di Kota Bogor.
252
Dokumen pernyataan tidak keberatan warga bertanggal 15 Januari 2006 yang dipermasalah itu juga tidak pernah digunakan oleh pihak GKI Taman Yasmin.
Yang digunakan oleh GKI Taman Yasmin pada saat mengajukan permohonan IMB Agustus 2005 adalah Pernyataan Tidak Keberatan Warga Tahun 2002 170 orang,
dan tahun 2003 97 Orang. Penerbitan SK Walikota Nomor 645.45-137 tahun 2011 tertanggal 11 Maret 2011 tersebut tidak sesuai dengan ketentuan dalam pasal 21
Peraturan Bersama Menag dan Mendagri No. 9 Tahun 2006No.8 Tahun 2006
251
Ibid.
252
Adi Wicaksono, Inilah Alasan Walikota Bogor Tolak Yasmin. http:www.republika.co.id
, Jumat, 27 Januari 2012, diakses tanggal 18 Juli 2012
Universitas Sumatera Utara
PBM, yang menegaskan bahwa penyelesaian perselisihan perndirian rumah ibadah pertama-tama diselesaikan secara musyawarah. Bila musyawarah tidak tercapai,
dilakukan mendiasi, Bila tahap kedua tidak berhasil, penyelesaian perselisihan dilakukan di Pengadilan. Jelas bahwa penyelesaian melalui pengadilan adalah
penyelesaian final. Oleh karena itu, penyelesaian yang telah ditempuh dalam sengketa pembekuan IMB GKI Taman Yasmin melalui proses Pengadilan sebagaimana
diuraikan adalah penyelesaian final, sehingga perbuatan Walikota yang menerbitkan SK-nya bertanggal 11 Maret 2011 mencabut kembali IMB GKI Taman Yasmin itu
tidak menghormati putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan melanggar Pasal 21 Peraturan Bersama Menteri.
Semangat pembentukan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Tahun 2006 itu, dapat ditangkap adanya semangat pengayoman,
sebagaimana tertulis di dalam bagian konsiderans Peraturan Bersama tersebut yang menyatakan bahwa Pemerintah mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan dan
pelayanan agar setiap penduduk dalam melaksanakan ajaran agamanya berlangsung dengan rukun, lancar, dan tertib.”
253
253
Bagian menimbang huruf .c Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah dalam
Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat
Adapun asas kebangsaan, kenusantaraan, dan Bhineka Tunggal Ika tercermin di dalam huruf h bagian konsiderans Peraturan
Universitas Sumatera Utara
Bersama tersebut yang menyebutkan bahwa kerukunan umat beragama merupakan bagian penting dari kerukunan nasional.
254
Berdasarkan PBM Menteri yang mengatur masalah pendirian rumah ibadah ini harus memenuhi persyaratan khusus yaitu ada daftar nama dan Kartu Tanda
Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 sembilan puluh orang yang disahkan oleh pejabat setempat, mendapat dukungan masyarakat setempat paling
sedikit 60 enam puluh orang yang disahkan oleh lurahkepala desa, mendapat rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupatenkota serta
rekomendasi tertulis FKUB kabupatenkota. Namun jika daftar pengguna rumah ibadah memenuhi namun dukungan masyarakat belum terpenuhi, pemerintah daerah
berkewajiban memfasilitasitersedianya lokasi pembangunan rumah ibadat.
255
Perihal PBM mengenai pendirian rumah ibadah ini, PGI berpendapat bahwa PBM ini bertentangan dengan konstitusi. Serta menyatakan sikap menolak PBM
tersebut. Karena PBM ini hanya menambah keresahan dalam kehidupan masyarakat. Karena dalam praktekknya, kendatipun secara formal apa yang diatur didalam PBM
ini terpenuhi, pendirian rumah ibadah tersebut masih tetap mengalami konflik. Sama halnya dengan GKI Yasmin. Karena PBM malah bisa merusak harmonisasi yang
254
Bagian menimbang huruf h Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah dalam
Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat
255
Pasal 14 ayat 2, 3 Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 9 Tahun 2006 Nomor : 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala DaerahWakil
Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, Dan Pendirian Rumah Ibadat.
Universitas Sumatera Utara
telah terjalin didalam masyarakat. Misalnya, A menyatakan mendukung pembangunan rumah ibadah secara lisan, namun ketika diminta KTP sebagai bukti
dukungan, A malah menjadi menolak karena takut dikatakan mendukung agama yang berbeda dengannya. Karena bagaimanapun agama bersifat bathiniah dan memiliki
keyakinan-keyakinan tersendiri mengenai agama diluar agamanya. Akhirnya konflik bathin pun terjadi. Keharmonisanpun pudar. PBM tidak sinkron dengan konsitusi.
Belum lagi dalam konteks daerah, banyak perbedaan dengan PBM yang bersifat nasional dalam hal mendirikan rumah ibadah. Di Aceh, jumlah pengguna minimal
150 orang, dan pendukung 90 orang. Berbeda dengan PBM yang menyatakan pengguna minimal 90 orang dan pendukung hanya 50. Dalam hal ini tidak ada
sinkronisasi. Oleh karenanya, PBM tentang pendirian rumah ibadah dapat dikatakan batal demi hukum karena bertentangan dengan konsitusi.
256
Konteks pendirian rumah ibadah kendati mengacu kepada PBM Menteri, namun dalam prakteknya dalam konteks kehidupan bermasyarakat acuan dan aturan
tersebut tidak kaku didalam pelaksanaannya. Hubungan yang harmonis antar umat beragama menjadi modal utama yang memberi pengaruh positif. Kendatipun ada dua
keluarga hendak mendirikan rumah ibadah, namun lingkungan sekitar tidak bermasalah, maka kedua orang terebut sah untuk mendirikan rumah ibadah. Dalam
hal ini aspek sosiologis dari pendirian rumah ibadah memberi pengaruh besar. Aspek sosiologis dalam hal ini keharmonisan hubungan antar umat beragama bisa
256
Hasil wawancara langsung dengan PGI, diwakili oleh Pdt, Hotman Hutasoit, MTh, Wakil Sekretaris Umum PGI Sumut. Tanggal 19 Juli 2012
Universitas Sumatera Utara
mempermudah pendirian rumah ibadah ini.
257
Kasus GKI Yasmin hingga saat ini selalu menjadi konflik karena memiliki masalah didalam pengimplementasian putusan hakim di lapangangan. Hal ini
mengingat bahwa hal berlakunya kaidah hukum harus diperhatikan dari aspek yang intinya adalah efektivitas kaidah hukum didalam kehidupan masyarakat. Dalam hal
ini dikenal dua teori, yaitu pertama, teori kekuasaan, yang pada pokoknya menyatakan bahwa kaidah hukum itu dipaksakan berlaku oleh penguasa, diterima
atau tidak oleh warga masyarakat. Kedua, teori pengakuan, yang menyatakan bahwa berlakunya kaidah hukum itu didasarkan pada penerimaan atau pengakuan oleh
masyarakat. Maksudnya ketika MA memberi putusan terhadap keberadaan Yasmin, maka pada saat yang sama juga akan timpang jika putusan tersebut tidak diakui oleh
masyarakat. Konteks kasus Yasmin, ada kumpulan massa yang menolak putusan tersebut.
Pemerintah berkewajiban membangun keharmonisan ini dengan membangun kerukunan antar umat beragama.
258
257
Wawancara langsung dengan FKUB
Oleh karena itu perlu sekali secara yuridis normatif mengatur secara khusus masalah ini. Ketika ada permasalahan didalam pelaksanaan putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum yang tetap, namun secara sosiologis putusan itu tidak diakui berdasarkan aturan yang ada apa yang menjadi solusinya. Penting karena
jika ada sekelompok massa yang terus melakukan intimidasi maka tidak ada jalan lain merumuskan solusi-solusi yang diatur dalam aturan-aturan organik sebagai petunjuk
atau acuan terhadap masalah pelaksanaan hak kebebasan beragama itu sendiri.
258
Wawancara dengan MUI.
Universitas Sumatera Utara
Pengaturan kerukunan umat beragama ini sangat disayangkan hanya diatur oleh peraturan perundang-undang tingkat peraturan menteri. Format peraturan itu
masih dirasakan belum kuat karena lemahnya aspek penegakan hukum yang terkandung di dalamnya.
259
Masalah GKI Yasmin sebenarnya dapat terselesaikan jika ada ketegasan pemerintah pusat. Pemerintah harusnya menjelaskan kepada umat GKI Yasmin
mengenai alasan mengapa peraturan itu tidak bisa dijalankan. Bukan kemudian membiarkan keputusan inkrah MA dilanggar dan menimbulkan pertanyaan besar dari
kalangan luas. Situasi masyarakat yang menolak perihal GKI Yasmin berhubungan Untuk itu, melihat perkembangan kehidupan beragama ke
depan idealnya pemerintah perlu memikirkan perumusan kerukunan umat beragama kedalam sebuah undang-undang yang dapat diterima dan menjadi pijakan bersama
bagi semua umat beragama. Untuk itu, melihat perkembangan kehidupan beragama ke depan idealnya pemerintah perlu memikirkan perumusan kerukunan umat
beragama ke dalam sebuah undang-undang yang dapat diterima dan menjadi pijakan bersama bagi semua umat beragama. Dalam pelaksanaannya, penerapan Peraturan
Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri itu menunjukkan kecenderungan positif dalam penciptaan kerukunan umat beragama. Selain ditingkatkan menjadi
undang-undang, hendaknya ada sanksi yang tengas diberikan kepada masyarakat umum bahkan penyelenggara negara yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan tersebut.
259
Hasil wawancara dengan FKUB diwakili oleh Dr. Arifinsyah M.Ag
Universitas Sumatera Utara
dengan masalah bathiniah yang sulit diselesaikan sebenarnya melalui aturan-aturan hukum. Karena kunci keberhasilan kebebasan beragama adalah adanya semangat
kerukunan umat beragama baik dari internal agama-agama, hubungan antar umat beragama demikian juga kerukunan agama-agama dengan pemerintah.
Perlu diadakan rekonsilidasi yang difasilitasi pemerintah. Baik oleh Departemen Agama, FKUB, Pemerintah Pusat, Pemerintah KabupatenKota terhadap
pihak-pihak yang bermasalah didalam kasus Yasmin. Kasus Yasmin jika kedua pihak tidak mengutamakan semangat toleransi maka konflik horizontal tidak akan pernah
berhenti. Memahami kasus Yasmin secara komprehensif sehingga melahirkan solusi- solusi yang memberi titik terang atas kasus pendirian rumah ibadah tersebut.
Berbicara masalah PBM tentang pendirian rumah ibadah, membutuhkan penyempurnaan berdasarkan isinya. Karena kendatipun syarat formal sudah terpenuhi
tidak berarti ijin mendirikan rumah ibadah akan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ternyata PBM belum berhasil menjadi jawaban atas konflik pendirian
rumah ibadah ini. Dibutuhkan penyempurnaan terhadap isinya. Akan lebih baik menggali secara komprehensif bagaimana menanggulangi masalah pendirian rumah
ibadah ini, dan solusi yang benar-benar teruji menyelesaikan masalah tersebut di rumuskan secara yuridis normatif didalam peraturan perundang-undangan.
3. Peran Pemerintah Dalam Kasus Lia Eden.