BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya yang dikaitkan dengan permasalahan yang ada, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Konsitusi RI Pasca Amandemen merupakan konstitusi yang paling lengkap
yang mengatur perihal jaminan atas kebebasan beragama jika dibandingkan dengan konsitusi sebelumnya UUD 1945, Konsitusi RIS 1949, UUDS 1950.
Secara normatif sudah memadai didalam menjamin kebebasan beragama. Selain itu ditegaskan bahwa Pancasila adalah sumber nilai norma serta kaidah
hukum negara. Hal yang mengatur perihal kebebasan beragama didalamnya sudah termaktub nilai-nilai Pancasila. Jika konstitusi kabur mengurai sesuatu
hal maka akan mengacu kepada Pancasila, sebagai sumber dari norma hukum. Bahkan dari keseluruhan pasal yang mengatur kebebasan beragama, hampir
memuat seluruh yang ada di kovenan internasional. Tetapi konsitusi masih membutuhkan penyempurnaan didalam memuat jaminan kebebasan beragama.
2. Penjabaran konsitusi RI sebenarnya ditemukan sinkronisasi satu sama lain.
Tetapi tidak bisa dipungkiri dari isi beberapa aturan yang merupakan turunan menimbulkan multitafsir yang akhirnya memberi kesan bahwa aturan tersebut
inkonstitusional. Namun belum ada aturan khusus yang merupakan penjabaran Konstitusi yang cukup detail dan jelas menjawab konflik mengenai kebebasan
Universitas Sumatera Utara
beragama. Selain itu yang menjadi masalah adalah ketika ada beberapa kebijakan didalam bentuk ketetapan atau keputusan Beschikking
3. . Walaupun
tidak bertentangan dengan konstitusi, namun secara hukum kurang kuat karena sulit untuk memantau penegakkan hak kebebasan beragama tersebut karena
tidak ada unsur sanksi didalamnya. Tetapi yang menjadi masalah utama dalam penjabaran ini, kendatipun secara normatif konsitusi RI sudah cukup menjamin
kebebasan beragama, namun belum ada pengaturan yang lebih konkrit dan lebih detail perihal kebebasan beragama tersebut. Misalnya pengaturan dengan
tegas didalam konstitusi bahwa kebebasan tidak beragama tidak dijamin karena bertentangan dengan Pancasila sebagai falsafah bangsa. Demikian juga belum
ada regulasi khusus yang memuat perihal batasan pengertian agama dan aliran kepercayaan, dan kategori hal apa saja yang dapat dinyatakan sebagai agama
dan kepercayaan. Selain itu tidak ada pernyataan khusus apakah berdirinya agama baru atau aliran kepercayaan baru diperkenankan atau tidak. Secara
yuridis hal-hal tersebut sangat perlu diatur, namun konstitusi belum memuatnya.
Pemerintah berkewajiban untuk memberikan jaminan kebebasan beragama untuk menyikapi kemajemukan agama. Negara tidak pernah melakukan
diskriminasi terhadap agama-agama yang hidup di Indonesia. Negara pada dasarnya tidak mengatur aspek doktrin agama yang merupakan kewenangan
masing-masing agama. Negara hanya mengatur hal-hal yang terkait dengan lalu lintas para pemeluk agama dan ekspresi keagamaan mereka. Indonesia juga
Universitas Sumatera Utara
negara hukum yang menjungjung tinggi kepastian hukum. Didalam hal kebebasan beragama, pemerintah melakukan dua tindakan yakni, tindakan
preventif dan represif. Dari penegak hukum dalam hal ini pemerintah, dalam
berbagai kasus sebenarnya cukup berhasil didalam menjalankan fungsinya sebagai pemengang mandat konsitusi. Ahmadiyah sendiri, mengaku melihat
pemerintah cukup berhasil menjamin hak-hak mereka. Kendatipun ada hal-hal yang mereka harap lebih dapat dilakukan pemerintah. Bahkan ketegasan
pemerintah terhadap kasus Lia Eden juga di nilai cukup baik. Sepanjang ada regulasi yang mengatur tindakan pemerintah tersebut, pemerintah wajib
melaksanakannya. Namun dalam kasus GKI Yasmin, pemerintah dalam hal ini Pemerintah Pusat sedang mengadakan komunikasi dengan pemeritahan kota
Bogor karena sulit mengaplikasikan keputusan pengadilan di lapangan. Dari aspek sosiologis keputusan tersebut tidak diterima masyarakat. Pemerintah
Pusat juga hendaknya memberikan penjelasan kepada GKI Yasmin tentang alasan mengapa peraturan bersama tentang pendirian rumah ibadah tidak dapat
diterapkan.
B. Saran