2.1.5.1 Psikologi Perkembangan Anak Usia 8-9 Tahun
Teori Piaget dalam Santrock 2011:27 menyatakan bahwa anak-anak secara aktif membangun pemahaman mereka mengenai dunia dan melalui empat
tahap perkembangan kognitif. Empat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget: 1 tahap sensorimotor 0-2 tahun dalam tahap ini bayi membangun
pemahaman mengenai dunianya dengan mengkoordinasikan pengalaman- pengalaman sensoris dengan tindakan fisik dan motorik. 2 Tahap praoperasi 2-7
tahun, dalam tahap ini anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar. 3 Tahap operasional konkret 7-11 tahun, tahap ini anak-anak dapat
melakukan operasi yang melibatkan objek-objek dan juga dapat bernalar secara logis dan diterapkan dengan contoh-contoh yang konkret. 4 Tahap operasi
formal 11-15 tahun, dalam tahap ini individu melampaui pengalaman- pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Prototipe yang dikembangkan yaitu untuk usia 8-9 tahun, dimana pada usia tersebut masuk dalam tahap operasional konkret 7-11 tahun. Prototipe yang
dikembangkan berisi cerita dan gambar, sehingga anak-anak usia 8-9 tahun dilatih untuk meningkatkan psikomotorik dalam kegiatan mewarnai. Selain itu, anak-
anak dapat berpikir logis mengenai rangkaian kegiatan tradisi nglarung dalam bentuk cerita bergambar. Kemudian, anak-anak juga menggambarkan suatu
konsep melalui media gambar.
2.1.5.2 Tugas Perkembangan Anak Usia 8-9 tahun
Anak usia 8-9 tahun menurut Yusuf 2009:69 masuk dalam kategori tahap perkembangan anak usia 6-12 tahun. Tugas perkembangan anak usia 6-12 tahun
adalah sebagai berikut: a belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan
permainan. Melalui pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar dan berlari semakin stabil, makin mantap dan cepat. b Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap
dirinya sendiri sebagai makhluk biologis. Hakikat tugas ini ialah mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, meliputi kebersihan, kesehatan dan
keselematan diri dan mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya pria atau wanita dan juga menerima dirinya baik rupa wajahnya maupun postur
tubuh secara positif. c Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya. d Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. Apabila anak sudah masuk
sekolah, perbedaan jenis kelamin akan semakin tampak. Dari segi permainan umpamanya akan tampak bahwa anak laki-laki tidak akan memperbolehkan anak
perempuan mengikuti permainan yang khas laki-laki, seperti main bola, kelereng, dan layang-layang.
Tugas perkembangan selanjutnya, e belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Salah satu sebab masa usia 6-12 tahun disebut
masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup matang untuk menerima pengajaran. Melalui buku cerita dan mewarnai
tradisi nglarung anak-anak dilatih ketrampilan membaca cerita yang berisi rangkaian kegiatan tradisi nglarung. Cerita dalam buku cerita dan mewarnai
tradisi nglarung dirangkai dengan kalimat yang mudah dipahami anak-anak. Tugas perkembangan anak berikutnya f belajar mengembangkan konsep
sehari-hari. Semakin bertambah pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh. Konsep-konsep itu meliputi kaidah-kaidah atau ajaran agama
moral, ilmu pengetahuan, adat-istiadat dan sebagainya. Kemudian banyak membaca buku-buku media cetak lainnya. Semakin dipahami konsep-konsep
tersebut, semakin mudah untuk memperbincangkannya dan semakin mudah pula bagi anak untuk mempergunakannya pada waktu berpikir. Buku cerita dan
mewarnai tradisi nglarung merupakan salah satu media cetak yang dapat digunakan guru maupun orang tua untuk membantu pemahaman anak tentang
makna dan rangkaian kegiatan tradisi nglarung. Tradisi tersebut merupakan salah satu budaya atau adat istiadat yang seharusnya dilestarikan oleh genarasi penerus
bangsa. Melalui buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung, anak-anak menjadi semakin bertambah pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh.
Tugas perkembangan berikutnya, g mengembangkan kata hati. Hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap dan perasaan yang berhubungan dengan
norma-norma agama. Hal ini menyangkut penerimaan dan penghargaan terhadap peraturan agama moral disertai dnegan perasaan senang untuk melakukan atau
tidak melakukannya. Tugas perkembangan ini berhubungan dengan masalah benar-salah, boleh-tidak boleh, seperti jujur itu baik, bohong itu buruk, dan
sebagainya. h Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi. Hakikat tugas ini ialah untuk dapat menjadi orang yang berdiri sendiri dalam arti dapat
membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang bebas dari pengaruh orangtua dan orang lain.
Tugas perkembangan yang terakhir yaitu i mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga. Hakikat tugas ini ialah
mengembangkan sikap tolong-menolong, sikap tenggang rasa, mau bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang lain dan menghargai hak
orang lain. Dalam tradisi nglarung terdapat nilai-nilai ketuhanan, nilai etos kerja, mencintai kebersihan, gotong royong dan bekerja sama. Nilai-nilai tersebut
berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan dan juga tertuang pada buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung. Prototipe yang dikembangkan menjadi salah
satu sarana anak-anak untuk dapat mengembangkan sikap mencintai kebersihan, gotong royong dan bekerjasama sesuai dengan tugas perkembangan anak usia 8-9
tahun.
2.2 PENELITIAN RELEVAN
Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: penelitian pertama
berjudul “Pengembangan Media Buku Bergambar Tema “Tanah Airku” untuk Menstimulasi Aspek Bahasa Anak Taman Kanak-kanak
Kelompok B” yang ditulis oleh Enggar Riyani 2015. Tujuan dari penelitian tersebut adalah menghasilkan media buku bergambar untuk menstimulasi aspek
bahasa anak TK kelompok B. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan researchdevelopment dengan mengacu pada model yang dikembangkan oleh
Borg and Gall. Penelitian kedua berjudul
“Menelisik Nilai – Nilai Kearifan Lokal dalam Upacara Tradisi Larung Sesaji Di Telaga Sarangan Desa Sarangan Kecamatan
Plaosan Kabupaten Magetan ”, yang ditulis oleh Dicky Reza Romadhon 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang nilai –nilai kearifan lokal dalam
upacara tradisi Larung Sesaji di Telaga Sarangan Desa Sarangan Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan nilai
–nilai kearifan lokal yang terkandung dalam upacara Larung Sesaji.
Berdasarkan dua penelitian tersebut, peneliti mendapatkan inspirasi: 1 berkaitan dengan penelitian yang menghasilkan media buku cerita bergambar,
peneliti mendapat masukan tentang membuat media buku bergambar. 2 Dari