Dilihat dari tabel hasil rekapitulasi tersebut, peneliti mendapatkan data bahwa: 1 100 anak telah memahami tujuan nglarung untuk mengucap syukur
nelayan atas hasil tangkapan ikan, 2 83 anak mengerti bahwa para nelayan bersama-sama membuat sesaji yang akan mereka letakkan di dalam perahu yang
digunakan untuk melarung, dan 3 100 anak menyatakan bahwa buku cerita dan mewarnai membantu anak untuk mengerti arti dari tradisi nglarung.
Berdasarkan data tersebut, prototipe buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung membantu anak terhadap pemahaman tentang tradisi nglarung yang berkaitan
dengan pendidikan karakter kebangsaan melalui cerita dan gambar. Selain itu, prototipe buku cerita dan mewarnai dapat membantu anak mengembangkan
imajinasi dan kreativitas anak dalam kegiatan mewarnai gambar dengan memilih dan memadukan warna.
4.2 PEMBAHASAN
Nilai dari hasil validasi prototipe buku cerita dan mewarnai “Mengenal
Tradisi Nglarung ” adalah 4.9 sehingga layak diujicobakan. Peneliti melakukan uji
coba prototipe pertama dan kedua pada tanggal 28-29 Desember 2016 di Dusun Kauman, Ngrundul, Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah diikuti 27 anak yang terdiri
dari usia 5-6 tahun sejumlah 23 anak dan 8-9 tahun sejumlah empat anak. Uji coba prototipe ketiga dilakukan di Desa Grembyangan, Madurejo, Prambanan, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta diikuti 13 anak yang terdiri dari usia 5-6 tahun sebanyak lima anak dan usia 8-9 tahun sebanyak delapan anak. Lembar refleksi
anak diberikan setelah melakukan uji coba prototipe kepada anak yang berusia 8-9 tahun, sehingga secara keseluruhan lembar refleksi diisi dan dikembalikan oleh 12
anak.
Prototipe buku cerita dan mewarnai dinilai sangat baik oleh validator dan refleksi anak terhadap prototipe tersebut juga sangat baik karena prototipe tersebut
dikembangkan peneliti dengan memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut: a.
Prototipe disusun untuk memfasilitasi anak memahami tradisi nglarung. Tradisi atau upacara adat Jawa merupakan salah satu hasil budaya Jawa
yang sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya, karena upacara adat Jawa merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi
berikutnya, dengan dilestarikannya suatu tradisi, maka generasi penerus bisa mengetahui warisan budaya luhur Sunjata, 2013:73. Pendapat lain juga
dipaparkan oleh Soepanto 1992:5 dalam Sunjata 2013:76, bahwa tradisi Jawa merupakan suatu bentuk kegiatan sosial yang melibatkan warga masyarakat di
Jawa khususnya dengan tujuan untuk mencari keselamatan secara bersama-sama. Salah satu tradisi Jawa yang saat ini masih dihidupi oleh masyarakat
nelayan yaitu tradisi nglarung. Nglarung berasal dari kata “larung” yaitu
membuang sesuatu ke dalam air sungai atau laut. Tradisi tersebut pada umumnya dilakukan satu tahun sekali pada bulan Sura Sunjata, 2013:75. Tujuan
pelaksanaan upacara tersebut sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang telah dilimpahkan berupa melimpahnya hasil
tangkapan ikan, di samping bentuk persembahan kepada penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul Sunjata, 2013:117. Peneliti terdorong untuk mengetahui
pemahaman anak mengenai makna dan kegiatan tradisi nglarung, oleh karena itu peneliti melakukan pengumpulan data.
Peneliti melakukan wawancara kepada anak-anak di daerah Prambanan, Sleman, Purworejo dan Pekalongan. Peneliti memilih daerah pertanian
Prambanan dan Purworejo serta pantai Pekalongan dengan alasan untuk mengetahui data awal mengenai pemahaman anak di daerah pertanian dan pantai
tentang tradisi nglarung. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada tujuh anak usia 8-9 tahun di daerah Prambanan, Sleman, seorang anak di
Purworejo, dan seorang anak di Pekalongan, peneliti mendapatkan informasi bahwa mereka tidak memahami tradisi nglarung.
Selanjutnya peneliti membagikan kuesioner kepada anak-anak usia 8-9 tahun di SD 1 Bantul. Data yang didapat untuk mengetahui apakah anak usia 8-9
tahun membutuhkan sebuah buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung dalam meningkatkan pengembangan karakter. Hal ini mendorong peneliti sebagai calon
guru SD untuk membuat buku cerita dan mewarnai tentang tradisi nglarung dengan tujuan menanamkan pendidikan karakter sejak dini dan anak-anak
memahami tradisi nglarung. Peneliti menyusun prototipe berupa buku cerita dan mewarnai berjudul
“Mengenal Tradisi Nglarung” yang terdiri dari cover, kata pengantar untuk membantu anak agar mudah memahami isi kesuluruhan dari buku, daftar isi, isi
buku dengan sebelas gambar dengan cerita sederhana. Cerita sederhana tersebut memuat makna dan rangkaian kegiatan tradisi nglarung, serta menonjolkan nilai-
nilai yang berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan. Prototipe juga berisi daftar pustaka yang berkaitan dengan tradisi nglarung dan pendidikan karakter
kebangsaan, serta biografi penulis. Setelah menyusun prototipe, peneliti melakukan uji coba prototipe kepada
anak usia 8-9 tahun untuk mengetahui kualitas prototipe yang dikembangkan. Setelah melakukan uji coba prototipe, peneliti melihat adanya perbedaan
pemahaman anak sebelum dan setelah melakukan kegiatan uji coba. Sebelum melakukan kegiatan uji coba, anak tidak memahami mengenai makna dan
kegiatan tradisi nglarung, setelah mengikuti uji coba prototipe anak memahami makna dan kegiatan tradisi nglarung. Hal itu dapat ditunjukkan melalui refleksi
hasil persepsi anak berikut.
Gambar 6. Hasil Refleksi Persepsi Anak terhadap Kualitas Prototipe Buku Cerita dan Mewarnai
Berdasarkan data tersebut, prototipe buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung memfasilitasi anak untuk memahami tentang tradisi nglarung.
b. Prototipe disusun dengan menonjolkan nilai-nilai pendidikan karakter
kebangsaan di dalam tradisi nglarung. Isi prototipe buku yang dikembangkan peneliti terdiri dari sebelas gambar
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan tradisi nglarung. Sebelas gambar tersebut disertai dengan cerita sederhana yang menonjolkan nilai-nilai pendidikan
karakter kebangsaan di dalam tradisi nglarung. Pendidikan karakter kebangsaan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik. Hal tersebut berguna sebagai pembangun karakter pribadi danatau
kelompok yang khas-baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat
bagian yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa Pemerintah Republik Indonesia, 2010:28.
Olah hati dalam tradisi nglarung dapat dilihat dari tujuan tradisi nglarung yaitu mengucap syukur kepada Tuhan, selain itu nelayan bersama-sama
mendoakan sesaji sebelum dilarung yang dipimpin oleh pemuka agama. Olah pikir dalam tradisi nglarung terwujud dalam pelaksanaan tradisi nglarung yaitu
nelayan berkreasi membuat sesaji. Kemudian masyarakat nelayan menghias perahu semenarik mungkin. Setelah melaksanakan tradisi nglarung, masyarakat
nelayan merefleksikan diri untuk menambah motivasi nelayan dalam mengarungi kehidupan kreatif dan reflektif.
Olah rasa dan karsa dalam tradisi nglarung yang tercermin pada nilai gotong royong di mana nelayan bersama-sama memasang tenda di tepi pantai.
Adapula etos kerja yang diwujudkan oleh nelayan ketika menyiapkan
kelengkapan sesaji di mana segala macam sesaji tidak boleh basi dan harus baru. Olah raga kinestetik hal ini tercermin ketika nelayan bersama masyarakat sekitar
pantai dengan gigih membersihkan lingkungan, bersama-sama menggotong sesaji, mendorong perahu yang digunakan untuk melarung, dan berebut sesaji di tengah
laut. Keterpaduan empat bagian olah hati, olah pikir, olah rasa dan karsa, serta olah raga peneliti kaitan kedalam buku cerita anak yang dikemas dalam prototipe
buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung. Setelah melakukan uji coba prototipe, peneliti melihat bahwa anak-anak
sudah mampu memahami tentang nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan yang terkandung dalam tradisi nglarung. Hal tersebut terbukti dengan anak-anak
menggambarkan bagian dari cerita yang mereka anggap paling menarik dan mengandung nilai karakter. Berikut ini merupakan salah satu contoh hasil refleksi
anak yang menggambarkan nilai kebersamaan, yaitu nelayan bersama-sama menggotong sesaji ke perahu yang akan digunakan untuk melarung.
Gambar 7. Hasil Refleksi Anak
c. Prototipe disusun dalam bentuk buku cerita dan mewarnai.
Peneliti sebagai calon guru, menyusun prototipe buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung untuk memfasilitasi pemahaman anak tentang tradisi nglarung
yang berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan. Selain itu, prototipe buku cerita dan mewarnai tersebut dapat digunakan oleh anak untuk mengetahui cerita
tentang tradisi nglarung sekaligus kumpulan gambar kegiatan tradisi nglarung yang bisa diwarnai oleh anak-anak.
Berdasarkan salah satu tujuan buku cerita anak yaitu mengembangkan imajinasi anak Raines, 2002:7 buku cerita dan mewarnai yang disusun
memfasilitasi anak untuk mengembangkan imajinasi. Melalui kegiatan mewarnai dalam buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung anak-anak dibebaskan untuk
berimajinasi dalam memilih dan memadukan warna sesuai dengan imajinasi maupun kreativitas anak.
d. Prototipe disusun sesuai dengan tahap perkembangan anak usia 8-9 tahun.
Prototipe yang dikembangkan yaitu untuk usia 8-9 tahun, dimana pada usia tersebut masuk dalam tahap operasional konkret yaitu usia 7-11 tahun Piaget
dalam Santrock 2011:27. Prototipe yang dikembangkan berisi cerita dan gambar, sehingga anak-anak usia 8-9 tahun dilatih untuk meningkatkan psikomotorik
dalam kegiatan mewarnai. Selain itu, anak-anak dapat berpikir logis mengenai rangkaian kegiatan tradisi nglarung dalam bentuk cerita bergambar.
Kemudian, menurut Yusuf 2009:69 anak usia 8-9 tahun termasuk dalam kategori tahap perkembangan anak usia 6-12 tahun. Beberapa tugas
perkembangan anak usia 6-12 tahun yaitu 1 belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Melalui buku cerita dan mewarnai tradisi
nglarung anak-anak dilatih ketrampilan membaca cerita yang berisi rangkaian kegiatan tradisi nglarung. Cerita dalam buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung
dirangkai dengan kalimat yang mudah dipahami anak-anak. 2 Belajar mengembangkan konsep sehari-hari, salah satunya adalah
konsep adat istiadat yang dapat dipelajari melalui media cetak. Buku cerita dan
mewarnai tradisi nglarung merupakan salah satu media cetak yang dapat digunakan guru maupun orang tua untuk membantu pemahaman anak tentang
makna dan rangkaian kegiatan tradisi nglarung. Tradisi tersebut merupakan salah satu budaya atau adat istiadat yang seharusnya dilestarikan oleh genarasi penerus
bangsa. Melalui buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung, anak-anak menjadi semakin bertambah pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh.
Tugas perkembangan selanjutnya yaitu 3 mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga. Hakikat tugas ini ialah
mengembangkan sikap tolong-menolong, sikap tenggang rasa, mau bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang lain dan menghargai hak
orang lain. Dalam tradisi nglarung terdapat nilai-nilai ketuhanan, nilai etos kerja, mencintai kebersihan, gotong royong dan bekerja sama. Nilai-nilai tersebut
berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan dan juga terdapat pada buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung. Prototipe yang dikembangkan menjadi salah
satu sarana anak-anak untuk dapat mengembangkan sikap mencintai kebersihan, gotong royong dan bekerjasama sesuai dengan tugas perkembangan anak usia 8-9
tahun.
4.3 KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PROTOTIPE