Karakter Kebangsaan Pendidikan Karakter Kebangsaan

2.1.2.2 Karakter Kebangsaan

Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas- baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil 1 olah hati, berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinankeimanan. 2 Olah pikir yang berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. 3 Olah rasa dan karsa, berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan. 4 Olah raga seseorang atau sekelompok orang berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas. Pemerintah Republik Indonesia, 2010:21-22. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI Pemerintah Republik Indonesia, 2010:07.

2.1.2.3 Pendidikan Karakter Kebangsaan

Pendidikan karakter kebangsaan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna pembangun karakter pribadi danatau kelompok yang khas- baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa Pemerintah Republik Indonesia, 2010:28. Pertama adalah olah hati, karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik. Olah hati dalam tradisi nglarung dapat dilihat dari tujuan tradisi nglarung yaitu mengucap syukur kepada Tuhan, selain itu nelayan bersama-sama mendoakan sesaji sebelum dilarung yang dipimpin oleh pemuka agama. Kedua adalah olah pikir, karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi ipteks, dan reflektif. Olah pikir dalam tradisi nglarung terwujud dalam pelaksanaan tradisi nglarung yaitu nelayan berkreasi membuat sesaji. Kemudian masyarakat nelayan menghias perahu semenarik mungkin. Setelah melaksanakan tradisi nglarung, masyarakat nelayan merefleksikan diri untuk menambah motivasi nelayan dalam mengarungi kehidupan kreatif dan reflektif. Ketiga adalah olah rasa dan karsa, karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit mendunia, mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air patriotis, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja. Olah rasa dan karsa yang tercermin dalam nilai gotong royong di mana nelayan bersama-sama memasang tenda di tepi pantai. Adapula etos kerja yang diwujudkan oleh nelayan ketika menyiapkan kelengkapan sesaji di mana segala macam sesaji tidak boleh basi dan harus baru. Serta keempat adalah olah raga, karakter yang bersumber dari olah ragakinestetika antara lain bersih, dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih. Olah raga kinestetik hal ini tercermin ketika nelayan bersama masyarakat sekitar pantai dengan gigih membersihkan lingkungan, bersama-sama menggotong sesaji, mendorong perahu yang digunakan untuk melarung, dan berebut sesaji di tengah laut. Keterpaduan empat bagian olah hati, olah pikir, olah rasa dan karsa, serta olah raga peneliti kaitan kedalam buku cerita anak yang dikemas dalam buku cerita dan mewarnai tradisi nglarung. 2.1.3 Buku Cerita Anak 2.1.3.1 Arti Buku Cerita Anak