6. Uji Coba Prototipe
Uji coba prototipe dilakukan oleh peneliti sebanyak tiga kali, pertama dan kedua di Dusun Kauman, Ngrundul, Kebonarum, Klaten,
Jawa Tengah diikuti 27 anak. Uji coba produk ketiga dilakukan di Desa Grembyangan, Madurejo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta diikuti 13 anak.
a. Uji Coba Prototipe di Dusun Kauman, Ngrundul, Kebonarum,
Klaten, Jawa Tengah
Uji coba prototipe pertama dilakukan pada tanggal 28 Desember 2015 di Dusun Kauman, Ngrundul, Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah.
Peneliti mengundang anak-anak sekolah minggu untuk hadir di rumah salah seorang warga Dusun Kauman. Uji coba prototipe pertama diikuti
oleh 27 anak yang terdiri dari 23 anak berusia 5-6 tahun dan empat anak berusia 8-9 tahun. Peneliti memilih anak-anak sekolah minggu karena
suasana lebih santai, anak-anak tidak merasa ada tuntutan untuk mendapat nilai, serta kegiatan untuk mengisi waktu luang selama liburan.
Kegiatan berlangsung selama 2 jam, dari pukul 10.00-12.00. Mereka sangat berantusias hadir menunjukkan anak-anak memiliki sikap
positif untuk kegiatan mewarnai. Buktinya, anak-anak datang lebih awal dari waktu yang ditentukan, berpenampilan sangat rapi, membawa tas dan
alat mewarnai, serta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. Prototipe diberikan kepada semua anak sekolah minggu yang hadir tetapi peneliti
memberikan lembar refleksi hanya kepada anak yang berusia 8-9 tahun.
Uji coba prototipe hari kedua dilakukan pada tanggal 29 Desember 2015, diikuti 27 anak di Dusun Kauman, Ngrundul, Kebonarum, Klaten,
Jawa Tengah. Kegiatan tersebut dimulai pukul 10.00 diawali dengan berdoa, kemudian gerak dan lagu yang dipimpin oleh pendamping anak-
anak sekolah minggu. Setelah terkondisikan, 27 anak diajak bertanya jawab tentang yang mereka lakukan dihari pertama uji coba prototipe.
Melalui tanya jawab, peneliti mendapatkan data bahwa anak-anak yang berusia 5-6 tahun kurang mendengarkan peneliti bercerita, mereka lebih
menyukai kegiatan mewarnai gambar daripada bercerita. Berbeda dengan anak-anak yang berusia 8-9 tahun, mereka mulai memahami nglarung
melalui cerita dan mewarnai. Kegiatan dilanjutkan dengan mewarnai prototipe buku cerita dan
mewarnai tradisi nglarung. Pukul 10.45 peneliti dibantu oleh pendamping anak-anak sekolah minggu untuk bermain sebuah permainan sederhana,
tujuannya agar anak-anak kembali terkondisikan untuk kegiatan selanjutnya. Kegiatan selanjutnya adalah bertanya jawab dan bercerita
mengenai tradisi nglarung. Sesuai yang diharapkan peneliti, 23 anak yang hadir menjawab dengan tepat mengenai tradisi nglarung. Kemudian,
peneliti memberikan lembar refleksi kepada empat anak yang berusia 8-9 tahun. Pada akhir kegiatan, anak-anak berinisiatif membawa pulang
prototipe untuk diwarnai di rumah masing-masing.
Gambar 4. Kegiatan uji coba prototipe di Dusun Kauman, Ngrundul, Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah
b. Uji Coba Prototipe di Desa Grembyangan, Madurejo,