pada pasien. Laporan tersaji dalam bentuk catatan terdistribusi pola pasien bedah sesar tiap hari sepanjang bulan Februari, sehingga dapat diketahui angka kejadian
pasien bedah sesar periode Februari 2007. Penelitian mengenai pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur
Rumah Sakit Sanglah Denpasar belum pernah dilakukan sebelumnya, maka masalah tentang penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007 ini dipilih oleh peneliti untuk dijadikan bahan penelitian.
2. Tahap penelusuran data
Tahap penelusuran data dilakukan dengan melihat lembar rekam medik yang berupa catatan yang terkait dengan pasien pasca bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007. Berdasarkan catatan tersebut dapat dicatat nomor rekam medik, nama, usia pasien,
indikasi, diagnosa masuk dan diagnosa keluar, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, kelas bangsal, obat-obat yang diterima pasien, serta lama rawat inap yang dijalani
pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar.
3. Tahap pengambilan data
Pengambilan data dilakukan di bagian penyimpanan sementara lembar rekam medik pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah
Denpasar. Pengambilan data dilakukan secara prospektif, karena data yang diambil adalah data pasien bedah sesar mulai dari pasien masuk sampai pulang,
selama satu bulan kedepan, yaitu sepanjang bulan Februari 2007. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam proses ini data diperoleh dengan mengambil data dari lembar rekam medik yang didasarkan pada nomor rekam medik pasien bedah sesar di
Bangsal Bakung Timur. Data yang diambil meliputi nomor rekam medik; usia pasien; indikasi; diagnosis masuk dan diagnosis keluar; tingkat pendidikan; jenis
pekerjaan; kelas bangsal; obat-obat yang diberikan meliputi golongan, jenis, dosis, jumlah yang diberikan, dan cara pemberiannya; serta lama rawat inap yang
dijalani pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007.
4. Tahap analisis data
Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan usia pasien, indikasi pasien, tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, kelas bangsal,
presentase golongan dan jenis obat yang diterima pasien, lama rawat inap, serta kondisi pasien saat pulang dari Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007.
Semua ini disampaikan dalam bentuk tabel, kemudian data tersebut akan diberi keterangan berupa narasi dan penjelasannya. Tahap terakhir yang dilakukan
adalah membahas dan mengevaluasi mengenai penggunaan obat berdasarkan DRPs khususnya pada pasien kasus pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur
sepanjang bulan Februari 2007.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Analisis hasil dalam penelitian ini dikelompokkan menurut usia pasien, indikasi pasien, tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, kelas bangsal,
presentase golongan dan jenis obat yang diterima pasien, lama rawat inap, serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kondisi pasien saat pulang dari Bangsal Bakung Timur RS Sanglah periode Februari 2007. Data dibahas secara evaluatif dengan bantuan visualisasi tabel,
yang meliputi: 1.
distribusi usia pasien pada pasien pasca bedah sesar dikelompokkan menjadi 6 kelompok usia, yaitu
≤ 19 tahun, 20-24 tahun, 25-29 tahun, 30-34 tahun, 35- 39 tahun, dan
≥ 40 tahun. 2.
presentase usia pasien, indikasi, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan pasien, kelas bangsal, lama rawat inap dan kondisi pasien saat pulang dihitung dengan
cara menghitung jumlah tiap kasus kemudian dibagi dengan jumlah kasus keseluruhan dikalikan 100.
3. presentase golongan dan jenis obat yang digunakan dihitung dengan cara
menjumlahkan berapa kali golongan dan jenis obat yang digunakan pada setiap kasus, kemudian dibagi jumlah kasus bedah sesar dikalikan 100.
4. evaluasi penggunaan obat pada pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur
RS Sanglah periode Februari 2007, dengan cara mengidentifikasi DRPs yang terjadi terkait dengan penggunaan obat, antara lain:
a. butuh obat, yaitu ada indikasi penyakit tapi tidak diberi obat.
b. tidak perlu obat, yaitu terjadinya pemborosan biaya akibat penggunaan
obat yang berlebihan pada kasus-kasus yang sebenarnya tidak memerlukan obat.
c. obat yang diberikan salahtidak sesuai, yaitu pemberian obat yang tidak
sesuai dapat menyebabkan tidak tercapainya manfaat klinik yang optimal dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit.