yang tidak lulus SD dan hanya sedikit sekali pasien yang mengenyam tingkat pendidikan sampai perguruan tinggi. Terkait dengan indikasi pasien melakukan
bedah sesar, dalam hal ini tingkat pendidikan pasien di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007 tidak dapat dihubungkan dengan indikasi mereka untuk
melakukan bedah sesar. Hal tersebut, disebabkan setiap pasien mempunyai indikasi yang tepat untuk dilakukan persalinan melalui bedah sesar, yaitu
kehamilan dengan risiko tinggi, seperti disebutkan pada tabel I dan II di atas.
Tabel IV. Data Tingkat Pendidikan Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No. Tingkat pendidikan
Jumlah pasien n=27
Presentase jumlah 1.
Tidak Lulus SD 2
7,4 2.
SD 3
11,1 3.
SLTP 4
14,8 4.
SLTA 15
55,6 5.
Perguruan Tinggi 2
7,4 6.
Tidak Jelas 1
3,7 Jumlah
27 100
Keterangan: SD = Sekolah Dasar
SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Pasien yang dirawat di Bangsal Bakung Timur memiliki pekerjaan yang berbeda-beda. Akan tetapi, sebagian besar dari mereka adalah Ibu Rumah Tangga
IRT. Berdasarkan jenis pekerjaan pasien, tidak dapat dihubungkan dengan indikasi pasien melakukan bedah sesar. Hal tersebut, disebabkan oleh tidak
adanya indikasi sosial yang melatarbelakangi pasien untuk melakukan bedah sesar. Data tersebut tersaji dalam tabel V.
Tabel V. Pekerjaan Pasien Bedah Sesar yang Dirawat di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No. Pekerjaan
Jumlah pasien n=27
Presentase jumlah 1.
Pegawai Negeri Sipil 1
3,7 2.
Pegawai Swasta 7
25,9 3.
Wiraswata 1
3,7 4.
Petani 1
3,7 5.
Nelayan 3
11,1 6.
Buruh 1
3,7 7.
Ibu Rumah Tangga 12
44,5 8.
Lain-lain 1
3,7 Jumlah
27 100
Dari hasil penelitian, Bangsal Bakung Timur hanya menyediakan ruang perawatan bangsal kelas II dan kelas III saja. Pasien yang menempati bangsal di
kelas III jauh lebih banyak daripada di kelas II, karena sebagian besar pasien yang dirawat berasal dari keluarga miskin dan sebagian lagi dengan asuransi
kesehatan.
Tabel VI. Data Kelas Bangsal Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No. Kelas Bangsal
Jumlah pasien n=27
Presentase jumlah 1.
Bangsal kelas II 2
7,4 2.
Bangsal kelas III 25
92,6 Jumlah
27 100
B. Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di
Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
1. Kelas Terapi
Obat-obat yang diterima oleh pasien bedah sesar selama perawatan sangat bervariasi, tergantung dari keadaan klinis masing-masing pasien. Akan tetapi,
pada umumnya kelas terapi yang diterima adalah kelas terapi antiinfeksi, obat Obstetrik dan Ginekologi, obat gizi dan darah, analgesik, cairan elektrolit, serta
transfusi darah. Kelas terapi pada pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007 diperlihatkan pada tabel VII.
Tabel VII. Kelas Terapi pada Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No. Kelas Terapi
Jumlah pasien n=27
Presentase jumlah
1. Antiinfeksi
27 100
2. Obat Obstetrik dan Ginekologi
27 100
3. Analgesik
27 100
4. Obat yang mempengaruhi gizi dan
darah 27
100 5.
Cairan elektrolit dan karbohidrat 26
96,3 6.
Transfusi darah 14
51,9
2. Jenis Obat
a. Antiinfeksi
Pada kasus bedah, antiinfeksi profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang sering disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila
terjadi infeksi pasca bedah. Pemberian antiinfeksi sesudah bedah sesar dianjurkan untuk tindakan profilaksis terhadap bahaya infeksi. Dengan semakin luasnya sifat
resistensi mikroba terhadap antibiotika, maka untuk tindakan profilaksis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
digunakan antibiotika berspektrum luas, berdasarkan pengalaman. Akan tetapi, pada kasus bedah sesar, terutama dengan indikasi ketuban pecah dini, antibiotika
untuk tindakan profilaksis perlu diberikan. Tujuannya yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi yang timbul akibat adanya cairan yang keluar melalui vagina,
yang juga merupakan jalan masuk bagi mikroba, terutama mikroba yang bersifat patogen. Walaupun bedah sesar merupakan jenis operasi bersih, yang tidak
memerlukan antibiotika profilaksis sebelum dilaksanakannya operasi, akan tetapi pada kasus-kasus tertentu seperti ketuban pecah dini dan pendarahan antepartum,
antibiotika dirasa sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya infeksi sebelum operasi.
Antibiotika profilaksis yang diterima oleh pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur, yang operasinya dilakukan secara terencana adalah injeksi
ampisilin atau sulbenisilin atau kedacilin 1-2 gram yang diberikan 1 jam sebelum operasi, atau untuk pasien kiriman yaitu 30 menit sebelum operasi atau selama
menunggu persiapan ruang operasi. Pemberian antibiotika dilanjutkan kembali setelah operasi selesai atau setelah bayi lahir, umumnya dengan antibiotika
amoksisilin atau kedacilin yang diberikan secara oral selama 3-7 hari. Pemberian antibiotika profilaksis selama bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur telah sesuai dengan pedoman terapi antibiotika untuk profilaksis pada kasus bedah sesar, yaitu antibiotika diberikan 30 menit sebelum operasi, dan
setelah kelahiran bayi. Antibiotika yang sering digunakan berdasarkan pedoman Anonim, 2000c adalah kombinasi ampisilin 2 gram secara intravena i.v. setiap
6 jam, gentamisin 5 mgkg BB secara i.v. dan metronidazol 500 mg secara i.v. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
setiap 8 jam, sedangkan untuk infeksi yang tidak terlalu berat dapat diberikan amoksisilin 500 mg secara oral. Dari hasil penelitian, antibiotika yang diberikan
pada pasien pasca bedah tidak dalam bentuk kombinasi, hal tersebut disebabkan karena pemberian antibiotika lebih pada tindakan profilaksis, dan kemungkinan
terjadinya infeksi pasca bedah sesar sangat kecil, yaitu 2-4 karena termasuk operasi bersih. Selain itu, pemberian antibiotika yang berlebih akan meningkatkan
biaya yang harus ditanggung pasien bedah sesar, mengingat sebagian besar pasien berasal dari masyarakat miskin dan asuransi kesehatan. Antibiotika sebelum
operasi diberikan melalui injeksi supaya antibiotika yang bersangkutan cepat mencapai konsentrasi dalam darah, sehingga lebih cepat memberikan efek
pencegahan terhadap infeksi sebelum operasi. Pemberian antibiotika kuratif diberikan pada pasien bedah sesar dengan
tujuan untuk pengobatan infeksi yang telah terjadi. Salah satu tanda yang paling mudah untuk mencurigai telah terjadinya suatu infeksi oleh bakteri adalah adanya
kenaikan suhu tubuh sekitar 38
o
C. Dari hasil penelitian, terdapat satu pasien yang mengalami kenaikan suhu tubuh yaitu 38
o
C. Pasien tersebut dicurigai mengalami infeksi, sehingga diberikan terapi antibiotika golongan penisilin, yaitu ampisilin
3x1 gram, melalui injeksi intravena. Pemberian antiinfeksi haruslah hati-hati dan dengan dosis yang tepat,
karena dapat menyebabkan resistensi terhadap obat antiinfeksi itu sendiri. Antiinfeksi yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada
manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif
tidak toksik untuk hospes. Penggunaan obat dengan interval yang tidak konstan dapat menyebabkan
kadar obat dalam jaringan berfluktuasi tidak teratur. Pada interval yang pendek, kadar obat dalam jaringan dapat sangat meningkat, sedangkan pada interval yang
panjang, kadar obat menjadi rendah. Perhatian utama dalam terapi, khususnya terapi dengan antimikroba adalah mempertahankan konsentrasi efektif obat pada
tempat mikroba berkembangbiak dalam jaringan untuk waktu yang lama, sehingga dapat memusnahkan mikroba. Supaya dapat mempertahankan
konsentrasi obat yang cukup untuk waktu yang lama, maka hubungan antara dosis dan waktu haruslah diperhatikan. Selain itu, mempertahankan konsentrasi obat
supaya tetap tinggi merupakan salah satu cara untuk mengurangi terjadinya resistensi, karena dapat menghambat populasi bakteri asli dan mutan turunan
pertama. Obat antiinfeksi yang diberikan kepada pasien bedah sesar adalah
antibiotika, yang diperlihatkan pada tabel VIII. Dari hasil penelitian, antibiotika golongan penisilin, yaitu amoksisilin dan ampisilin merupakan antibakteri yang
paling banyak digunakan dan merupakan pilihan pertama untuk terapi pasien pasca bedah sesar. Terapi dengan antibiotika golongan penisilin sering kali
mengalami kegagalan karena adanya resistensi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI