BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pasien Bedah Sesar
Karakteristik pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007, berdasarkan data yang diperoleh,
terdapat 27 kasus. Data yang diperoleh diambil mulai dari pasien datang sampai pasien pulang. Pengelompokan pasien bedah sesar berdasarkan usianya dapat
dilihat pada tabel I.
Tabel I. Usia Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No Usia pasien
Jumlah pasien n=27 Presentase jumlah
1. ≤19
1 3,7
2. 20-24
2 7,4
3. 25-29
9 33,3
4. 30-34
12 44,5
5. 35-39
2 7,4
6. ≥40
1 3,7
Jumlah 27
100 Dari hasil penelitian, pasien dengan usia termuda atau dibawah 19 tahun
sebanyak 1 pasien, yaitu usia 18 tahun, sedangkan usia pasien tertua adalah usia 41 tahun. Pada pasien dengan usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun,
sama-sama mempunyai risiko yang lebih besar dalam kehamilan dan dalam proses persalinan, karena dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin.
Pasien yang menjalani bedah sesar mempunyai indikasi yang berbeda- beda. Akan tetapi, pada penelitian ini, semua pasien memiliki indikasi bedah sesar
karena kehamilan dengan risiko tinggi. Persalinan dengan keadaan risiko tinggi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memerlukan perhatian yang serius, karena pertolongan yang dilakukan akan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan neonatus perinatal. Pasien
dengan satu indikasi dapat dilihat pada tabel II, sedangkan pasien dengan lebih dari satu indikasi dapat dilihat pada tabel III.
Tabel II. Pasien dengan Satu Indikasi Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No Indikasi Bedah Sesar
Jumlah Pasien n=27
Presentase jumlah 1.
Malposisi 4
14,8 2.
Ketuban pecah dini KPD 2
7,4 3.
Preeklamsia ringan 1
3,7 4.
Mioma uteri 1
3,7 5.
Blood slym 3
11,1 6.
Lokus Minoris Resisten LMR
5 18,6
7. Oligohidramnion
1 3,7
Jumlah 17
63
Tabel III. Pasien dengan Lebih dari Satu Indikasi Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No. Indikasi Bedah Sesar
Jumlah pasien n=27
Presentase jumlah
1. LMR + KPD
2 7,4
2. LMR + KPD + Febris
1 3,7
3. Malposisi + KPD
3 11,1
4. Malposisi + Plasenta previa +
Pendarahan aktif 1
3,7 5.
Plasenta previa + Pendarahan aktif
1 3,7
6. KPD + Preeklamsia
1 3,7
7. Primipara tua + Malposisi + KPD
1 3,7
Jumlah 10
37
Keterangan: KPD = Ketuban Pecah Dini LMR = Lokus Minoris Resisten
Dari tabel II dan III dapat dilihat bahwa pasien dengan indikasi ketuban pecah dini KPD atau robeknya kantung ketuban sebelum waktunya, menduduki
peringkat pertama, baik pada pasien dengan satu indikasi atau lebih dari satu indikasi, yaitu sebanyak 10 pasien atau 37. Peringkat kedua adalah pasien
dengan indikasi malposisi sebanyak 9 pasien atau 33,3. Peringkat ketiga yaitu pasien dengan indikasi LMR atau luka sesudah bedah sesar sebelumnya yang
resisten untuk robek, sebanyak 8 pasien atau 29,6. Pada kasus preeklamsia ringan, pasien harus dikontrol dengan teratur dan
ketat, karena keadaan dapat tiba-tiba memburuk yang dapat berakibat kurangnya sirkulasi utero-plasenta, terjadinya gangguan pertumbuhan pada bayi, hipoksemia,
asidosis, bayi prematur dan kematian bayi. Bagi pasien dengan indikasi preeklamsia ringan disarankan untuk istirahat yang cukup dan diet rendah garam.
Pemberian antihipertensi sebaiknya dihindari, untuk mencegah sekecil mungkin timbulnya kelainan yang tidak diharapkan pada bayi akibat antihipertensi, karena
obat antihipertensi dapat melewati plasenta dan disekresi ke air susu ibu ASI. Pasien dengan indikasi ketuban pecah dini perlu mendapatkan perawatan
unit gawat darurat. Dengan keluarnya sebagian air ketuban dapat menyebabkan terjadinya aspirasi air ketuban pada saluran pernapasan bayi. Hal ini bisa
berakibat fatal kematian pada bayi, karena dengan adanya air ketuban dalam saluran pernapasan, bayi akan mengalami kesulitan dalam bernapas.
Berdasarkan data tingkat pendidikan pasien, seperti yang disajikan dalam tabel IV, dapat dikatakan bahwa pendidikan pasien bedah sesar di Bangsal
Bakung Timur masih cukup rendah. Hal tersebut terlihat dari masih adanya pasien PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang tidak lulus SD dan hanya sedikit sekali pasien yang mengenyam tingkat pendidikan sampai perguruan tinggi. Terkait dengan indikasi pasien melakukan
bedah sesar, dalam hal ini tingkat pendidikan pasien di Bangsal Bakung Timur periode Februari 2007 tidak dapat dihubungkan dengan indikasi mereka untuk
melakukan bedah sesar. Hal tersebut, disebabkan setiap pasien mempunyai indikasi yang tepat untuk dilakukan persalinan melalui bedah sesar, yaitu
kehamilan dengan risiko tinggi, seperti disebutkan pada tabel I dan II di atas.
Tabel IV. Data Tingkat Pendidikan Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007.
No. Tingkat pendidikan
Jumlah pasien n=27
Presentase jumlah 1.
Tidak Lulus SD 2
7,4 2.
SD 3
11,1 3.
SLTP 4
14,8 4.
SLTA 15
55,6 5.
Perguruan Tinggi 2
7,4 6.
Tidak Jelas 1
3,7 Jumlah
27 100
Keterangan: SD = Sekolah Dasar
SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Pasien yang dirawat di Bangsal Bakung Timur memiliki pekerjaan yang berbeda-beda. Akan tetapi, sebagian besar dari mereka adalah Ibu Rumah Tangga
IRT. Berdasarkan jenis pekerjaan pasien, tidak dapat dihubungkan dengan indikasi pasien melakukan bedah sesar. Hal tersebut, disebabkan oleh tidak
adanya indikasi sosial yang melatarbelakangi pasien untuk melakukan bedah sesar. Data tersebut tersaji dalam tabel V.