1.5.4.1 Penelitian turut serta dalam kemajuan sekolah karena pembelajaran dengan
pendekatan Problem Based Learning PBL dapat meningkatkan minat siswa dan prestasi belajar siswa.
1.5.4.2 Penelitian dapat digunakan sebagi masukan untuk meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan di sekolah dengan pendekatan pembelajaran yang tepat.
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1.6.1
Matematika adalah salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang berhubungan dengan angka dan operasi hitung bilangan.
1.6.2 Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia
melakukan perubahan belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah. 1.6.3
Minat belajar adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ketertarikan terhadap suatu objek dan mengandung unsur kesenangan yang relatif
menetap. 1.6.4
Problem Based Learning PBL adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara memcahkan masalah. 1.6.5
Siswa sekolah dasar adalah komponen dalam pendidikan yang jenjang pendidikannya antara usia 7-11 tahun.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini peneliti akan membahas tentang empat bagian yaitu kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Peneliti akan
menguraikan keempat bagian tersebut.
2.1 Kajian Teori
Kajian teori akan membahas tentang variabel-variabel yang sesuai dengan rumusan masalah, yaitu minat, indikator minat, faktor-faktor yang mempengaruhi
minat belajar, prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, hakikat pembelajaran, pendekatan Problem Based Learning PBL, karakteristik
siswa SD, hakikat matematika dan materi pelajaran matematika volume bangun
ruang.
2.1.1 Minat Belajar
Syah 2003: 151 berpendapat bahwa minat interest adalah kecenderungan atau keinginan yang besar terhadap suatu hal. Sependapat dengan Syah, Sefrina
2013: 28 mengemukakan bahwa minat yang besar terhadap suatu hal dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa, karena dengan menaruh
minat yang besar terhadap suatu hal maka siswa akan memusatkan perhatian yang penuh terhadap hal tersebut. Minat merupakan ketertarikan akan suatu objek yang
berasal dari hati, bukan karena paksaan dari orang lain. Slameto 2010: 180 juga menjabarkan bahwa “minat adalah suatu rasa lebih suka atau rasa ketertarikan
pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”. Hal tersebut berarti, bahwa apabila siswa memiliki minat terhadap suatu hal, maka siswa akan lebih
memperhatikan dengan rasa senang tanpa ada tekanan dari siapapun.
Djamarah 2011: 166 mengemukakan bahwa “minat adalah kecenderungan
yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Jika siswa memiliki minat terhadap suatu hal atau aktivitas, maka siswa akan
memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dan dengan perasaan yang senang. Dengan kata lain minat adalah suatu rasa lebih suka dan tertarik terhadap suatau
hal tanpa ada yang menyuruh. Semakin besar ketertarikan seseorang terhadap suatu hal atau aktivitas maka semakin besar pula minat yang dimiliki oleh siswa
untuk terlibat dalam suatu kegiatan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kegiatan siswa yang timbul karena adanya rasa ketertarikan yang
tinggi terhadap suatu kegiatan yang mengakibatkan siswa memiliki perhatian yang penuh terhadap kegiatan tersebut. Siswa yang memiliki minat tinggi akan dengan
perasaan senang terlibat dalam suatu hal atau kegiatan, karena minat timbul dengan sendirinya tanpa adanya paksaan atau dorongan dari manapun atau dari
siapapun.
2.1.1.1 Indikator Minat Belajar
Menurut Isnandar dalam Nurjanah, 2014: 14 indikator minat terdiri dari empat indikator, yaitu 1 Ekpresi perasaan senang, meliputi antusias siswa dalam
mengikuti pembelajaran, menerima tugas yang diberikan oleh guru tanpa mengeluh, mempersiapkan peralatan belajar dengan baik, serta mengikuti
pembelajaran dengan tenang, 2 Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, meliputi keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru,
siswa memperhatikan pembelajaran dengan seksama, siswa tidak mengobrol atau mengganggu teman yang lain ketika pembelajaran berlangsung, 3 Ketertarikan
siswa pada materi pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, meliputi sikap giat dan rajin yang ditunjukkan siswa dalam membaca
sumber belajar dan mempelajari materi pembelajaan yang belum diberikan guru, kerajinan siswa dalam mencatat meteri pembelajaran, dan keseriusan siswa saat
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, 4 Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, meliputi keaktifan berpendapat dalam kegiatan diskusi
kelompok, ketersediaan siswa membantu teman lain yang kesulitan dalam belajar, keterbukaan ketika bekerja sama dalam kelompok, keberanian mengerjakan tugas
dan menjawab pertanyaan guru tanpa diminta oleh guru. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa indikator minat
belajar terdiri atas empat indikator yaitu indikator perasaan senang, ketertarikan, perhatian dan keterlibatan siswa.
2.1.2 Prestasi
Hamalik 2004 : 159 menjelaskan bahwa prestasi merupakan indikator yang dapat mempengaruhi adanya perubahan tingkah laku siswa pada siswa. Senada
dengan Hamlik, Arifin 2009: 12 berpendapat bahwa prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi
yang berarti hasil belajar learning outcome yang pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan”.
Sardiman 2010: 46 mengatakan bahwa prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
siswa dalam belajar baik dari dalam maupun luar diri siswa. Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan perubahan tingkah laku siswa
berkenaan dengan aspek pengetahuan dan penilaian hasil belajar. Penilaian tentang hasil belajar siswa berupa pengetahuan kognitif, afektif dan psikomotor
yang diukur melalui evaluasi belajar.
2.1.3 Belajar
Belajar adalah “proses hubungan antara stimulus dan respon” dalam Thorndike Suryasubrata, 2012: 254-255. Belajar menurut Syah 2003: 136
adalah “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif”. Senada dengan pendapat Suryasubrata, Arifin 2009: 12 mengemukak
an tentang belajar yaitu “suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh
pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu”. Gagne dalam Dahar, 2011: 2 mengemukakan bahwa belajar
merupakan suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Slameto 2010: 3-5 menjelaskan ciri-ciri perubahan tingkah laku yang termasuk dalam pengertian belajar, yaitu: 1 perubahan terjadi secara sadar,
artinya bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau paling tidak ia akan merasakan bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan; 2 perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, artinya
suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya; 3 perubahan dalam
belajar bersifat positif dan aktif, artinya perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya; 4 perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, artinya bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap; 5 perubahan
dalam belajar bertujuan atau terarah, artinya bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai; dan 6 perubahan mencakup seluruh
aspek tingkah laku, artinya bahwa perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.
Pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi siswa dengan lingkungannya. Proses interaksi tersebut dapat
merubah tingkah laku siswa, perubahan tingkah laku tersebut diperoleh melalui pengalaman baru yang diperoleh siswa.
2.1.4 Prestasi Belajar
Arifin 2009: 12 mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah “hasil usaha belajar yang pada umumnya berkenaan dengan pengetahuan”. Ahli lain yang juga
berpendapat tentang prestasi belajar yaitu Sudjana 2005: 3 berpendapat bahwa prest
asi belajar adalah “hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan kriteria tertentu sehingga untuk mengetahui tingkatan prestasi belajar maka perlu
dilakukan evaluasi belajar”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 895 prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran untuk memperoleh tujuan tertentu dan untuk mengetahui prestasi yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
nilai yang diberikan oleh guru.” Pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan tingkat penguasaan pengetahuan siswa yang didapat selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat diukur oleh guru melalui tes, ujian,
pengamatan atau tugas. Pengukuran prestasi belajar dilakukan oleh guru sebagai sebuah hasil atas pemaham siswa terhadap suatu mata pelajaran. Prestasi belajar
siswa dapat berbeda-beda hasilnya sesuai dengan kemampuan siswa dalam memahami suatu mata pelajaran atau pengetahuan tertentu.
2.1.5 Faktor
– Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dikemukakan oleh Syah 2003: 132 yaitu bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh tiga faktor. Ketiga faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
diri siswa, yang meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis bersifat jasmani dan aspek psikologis bersifat rohani. Aspek psikologis yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa meliputi intelegensi siswa, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor
eksternal terdiri dari dua macam, yaitu 1 faktor lingkungan sosial yang meliputi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
guru, teman-teman belajar, staf sekolah dan sebagainya. 2 faktor lingkungan non-sosial yang meliputi gedung sekolah, rumah, alat belajar dan sebagainya.
Faktor pendekatan belajar adalah segala cara dan strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor yang
berasal dari dalam diri siswa, dari luar diri siswa maupun dari pendekatan atau strategi belajar yang digunakan siswa untuk memahami pembelajaran.
2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Tahap perkembangan anak menurut Piaget dalam Suparno, 2001: 26-88 dibagi menjadi 4 tahap. Tahap yang pertama yaitu tahap sensorimotor usia 0-2
tahun, pada tahap ini anak belum bisa berbicara dan belum memiliki bahasa simbol untuk mengungkapkan perasaannya. Mereka baru memahami hal-hal yang
ditangkap oleh pancaindaranya seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar,
membau.
Kedua yaitu tahap praopersaional usia 2-7 tahun. Tahap kedua ini ditandai dengan adanya fungsi semioti yaitu anak sudah bisa menggunakan simbol atau
tanda untuk menyatakan atau menjelaskan hal yang dilihat. Tahap ketiga yaitu tahap opersional konkrit yaitu anak berusia 7-11 tahun.
Tahap ketiga ini ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah mampu untuk
berpikir matematis berdasarkan yang kelihatan nyata atau konkrit, tetapi anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belum dapat memahami hal-hal yang abstrak. Piaget mengemukakan bahwa anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit.
Tahap keempat yaitu tahap operasional formal yaitu usia anak 7-11 tahun. Tahapan ini adalah tahapan terakhir menurut Piaget, karena pada tahap ini anak
sudah dapat berpikir logis dan berpikir abstrak. Cara berpikirnya sudah dapat melampaui waktu dan tempat, tidak hanya terkait pada hal yang telah dialami
tetapi juga dapat berpikir mengenai sesuatu yang akan datang karena sudah dapat berpikir secara hipotesis. Berdasarkan keempat tahapan perkembangan anak
menurut Piaget, tahapaan perkembangan untuk anak sekolah dasar termasuk pada tahap kedua yaitu tahap praoperasional.
Karakteristik untuk siswa sekolah dasar menurut pendapat Soeparwoto 2007: 60-61, terdapat berbagai label yang digunakan untuk siswa SD. Pertama,
label yang digunakan orang tua, meliputi: 1 usia yang menyulitkan, yaitu masa dimana siswa tidak lagi menuruti perintah dan lebih banyak dipengaruhi teman
sebaya dari pada orang tua atau anggota keluarga yang lain; 2 usia tidak rapi, yaitu masa di mana siswa cenderung tidak memperdulikan penampilan dan acuh
terhadap kerapian; dan 3 usia bertengkar, yaitu masa di mana banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan suasana rumah menjadi tidak menyenangkan.
Kedua, label yang digunakan para guru, meliputi: 1 usia sekolah dasar, di mana siswa memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri
pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting tertentu; 2 periode kritis dalam dorongan berprestasi, masa dimana siswa membentuk
kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses. Ketiga, label PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang digunakan ahli psikologi, meliputi: 1 usia berkelompok, masa dimana perhatian utama siswa tertuju pada keinginan diterima teman sebaya sebagai
anggota kelompok; 2 usia penyesuaian diri, masa di mana siswa menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah dasar dalam tahapan Piaget termasuk dalam tahapan kedua yaitu tahapan
operasional dengan usia anak 7-11 tahun. Pada tahapan ini anak sudah mulai mengenal benda-benda konkrit dan dapat berkomunikasi menggunakan simbol-
simbol tertentu. Siswa sekolah dasar juga memiliki beberapa karakteristik sesuai dengan label yang diberikan atau digunakan oleh orang tua, guru dan ahli
psikologi.
2.1.7 Hakikat Pembelajaran
Sanjaya 2008: 102 mengemukakan bahwa kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di
Amerika Serikat. Senada dengan pendapat Sanjaya, Santrock 2007: 265 menyatakan bahwa pembelajaran itu pada hakekatnya membantu murid untuk
belajar.
Pembelajaran menurut Hamalik 2001: 57 adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan
dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mulyasa 2004: 100 melihat bahwa pembelajaran pada hakekatnya interaksi
peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan prilaku kearah
yang lebih baik.
Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sebuah proses belajar mengajar yang bertujuan untuk
membantu siswa dalam belajar. Pembelajaran dilakukan dengan cara berinteraksi antara guru, siswa dan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat menghasilkan
perilaku kearah yang lebih baik. Pembelajaran memiliki ciri khas sendiri-sendiri untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2.1.8 Pendekatan Problem Based Learning PBL
2.1.8.1 Pengertian Pendekatan Problem Based Learning PBL
Ibrahim dan Nur dalam Rusman, 2010: 241 berpendapat bahwa PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang
berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia
nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar.
Pendapat ditersebut diperjelas oleh Tan dalam Rusman, 2010: 229 bahwa PBL merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk
melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk
menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Pendekatan PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara
berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran Nurhadi 2004 : 109.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa PBL adalah pendekatan pembelajaran yang berbasis pada masalah, sehingga siswa
dilatih nuntuk berpikir kritis dengan masalah-masalah konkrit yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan pemahamannya sendiri. PBL
melatih siswa untuk memiliki sikap mandiri dalam menghadapi hal-hal baru yang sering mereka jumpai dalam dunia nyata yang berupa permasalahan.
2.1.8.2 Karakteristik Problem Based Learning PBL
Pendekatan PBL memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik PBL diungkapkan oleh Tan dalam Amir, 2009: 22 yaitu 1 Masalah digunakan
sebagai awal pembelajaran; 2 Masalah yang digunakan berupa masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang; 3 Masalah menuntut perspektif
majemuk; 4 Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran baru; 5 Sangat mengutamakan belajar mandiri; 6 Memanfaatkan
sumber pengetahuan yang bervariasi dan tidak hanya menggunakan satu sumber saja; 7 Pembelajaran bersifat kolaboratif, komunikatif dan kooperatif yaitu siswa
bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan dan presentasi.
Karakteristik PBL yang lain menurut Rusman 2010: 232 yaitu a
Permasalahan menjadi starting point dalam belajar; b Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur; c
Permasalahan membutuhkan perspektif ganda; d Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian
membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar; e PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; f Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi
merupakan proses yang esensial dalam problem based learning; g Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif; h Pengembangan keterampilan inkuiri
dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; i Sintesis dan integrasi dari
sebuah proses belajar; j PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa
dan proses belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik PBL adalah pembelajaran berdasarkan masalah yang relevan dengan
kehidupan siswa, relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memiliki daya tarik untuk dilakukan oleh siswa dan dapat memperluas
pengetahuan siswa. PBL juga mengutamakan bekarja dalam kelompok sehingga siswa dapat melakukan komunikasi dengan temannya dan pemberian evaluasi atas
hasil belajar siwa pada akhir pembelajaran.
2.1.8.3 Langkah-langkah Problem Based Learning PBL
Ibrahim dan Nur dalam Rusman, 2010: 243 langkah-langkah PBL adalah
sebagai berikut:
a Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
b Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
c Membimbing pengalaman individualkelompok. Guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
e Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka lakukan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PBL memiliki beberapa langkah
yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing pengalaman individu kelompok, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kelima langkah tersebut harus di kuasai oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran
dengan pendekata PBL.
2.1.8.3 Tujuan Problem Based Learning PBL
Ibrahim dan Nur dalam Rusman, 2010: 242 mengemukakan tujuan PBL
secara lebih rinci yaitu:
a Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan
masalah; b
Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata dan;
c Menjadi para siswa yang otonom atau mandiri.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan PBL adalah untuk membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. PBL
juga dapat membantu siswa untuk terlibat aktif dalam permasalahan dunia nyata yang dapat mengembangkan kemandirian siswa dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.8.4 Peran Guru dalam Problem Based Learning PBL
Peran guru dalam pendekatan PBL menurut Rusman 2010: 245 antara
lain:
a Menyiapkan perangkat berpikir siswa, yang bertujuan agar siswa benar-benar
siap untuk mengikuti pembelajaran dengan pendekatan PBL. Seperti, membantu siswa mengubah cara berpikirnya, menyiapkan siswa untuk
pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang, membantu siswa merasa memiliki masalah, dan mengkomunikasikan tujuan, hasil, dan harapan.
b Menekankan belajar kooperatif dalam prosesnya, pendekatan PBL berbentuk
inkuiri yang bersifat kolaboratif dan belajar. Seperti yang diungkapkan Bray dalam Rusman, 2010: 235 inkuiri kolaboratif sebagai proses dimana orang
melakukan refleksi dan kegiatan secara berulang-ulang, mereka bekerja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting. Sehingga siswa dapat memahami bahwa bekerja dalam tim itu penting untuk mengembangkan
proses kognitif. c
Memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam pendekatan PBL belajar dalam bentuk kelompok lebih mudah dilakukan, karena dengan jumlah
anggota kelompok yang sedikit akan lebih mudah mengontrolnya. Sehingga guru dapat menggunakan berbagai teknik belajar kooperatif untuk
menggabungkan kelompok-kelompok tersebut untuk menyatukan ide. d
Melaksanakan PBL, guru harus dapat mengatur lingkungan belajar yang mendorong dan melibatkan siswa dalam masalah. Selain itu, guru juga
berperan sebagai fasilitator dalam proses inkuiri kolaboratif dan belajar siswa. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran dengan pendekatan PBL, guru memiliki peran yang penting yaitu
menyiapkan perangkat berpikir siswa, menekankankan pembelajaran yang kooperatif dalam PBL, memfasilitasi siswa dalam bekerja kelompok dan sebagai
fasilitator guru harus menyediakan lingkungan belajar yang dapat melibatkan siswa dalam masalah.
2.1.9 Hakikat Matematika
Matematika menurut James dalam Suherman, 2003: 18 adalah “ilmu
tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi menjadi
tiga bidang yaitu : aljabar, analisis dan geometri, namun pembagian yang jelas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sangatlah susah untuk dibuat, sebab cabang- cabang itu semakin bercampur”.
Matematika menurut Tinggih dalam Suherman, 2003: 16 adalah “ilmu
pengetahuan yang didapat melalui proses menalar”.
Soedjadi dalam Heruman, 2007: 1, menjelaskan bahwa “matematika
memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif”. Hernawan 2010: 8.27 mengemukakan fungsi mata pelajaran
m atematika, yaitu “untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan dan simbol-simbol, serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
sehari-
hari”.
Ruseffendi dalam Heruman, 2007: 1 merumuskan pengertian matematika, bahwa ”matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang
didefinisikan, ke aksioma atau pos tulat, dan akhirnya ke dalil”. Menurut Soedjadi
dalam Heruman, 2007: 1 “matematika memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu
pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif”
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang aljabar, analisis dan
geometri, yang dalam mendapatkannya perlu berpikir atau menggunakan logika. Matematika dipengaruhi oleh beberapa prinsip dan memiliki pandangan yang
berbeda-beda yaitu sebagai ilmu deduktif, sebagai ilmu tentang pola dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hubungan, sebagai bahasa, sebagai ilmu tentang struktur yang terorganisasikan
dan matematika sebagai seni. 2.1.10
Tujuan Pembelajaran Matematika
Secara khusus tujuan pembelajaran matematika di tingkat sekolah dasar di kemukakan oleh Depdiknas dalam Susanto, 2013: 190 yaitu 1 memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritme; 2 menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti dan pernyataan matematika; 3 memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang dan menyelesaikan model matematika, menafsirkan
solusi yang
diperoleh; 4
mengkomunikasikan gagasan
menggunakan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menyelesaikan suatu masalah; 5 memiliki sikap menghargai penggunaan matematika didalam
kehidupan sehari-hari.
2.1.11 Materi Pembelajaran Matematika
Penelitian yang telah dilakukan ini, mengambil mata pelajaran matematika untuk kelas V SD semester 1 tahun ajaran 20152016. Standar Kompetensi SK
4. Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah, dan Kompetensi Dasar KD 4.1 Menghitung volume kubus dan balok.
2.2 Penelitian yang Relevan