Definisi Operasional Kajian Teori

1.5.4.1 Penelitian turut serta dalam kemajuan sekolah karena pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning PBL dapat meningkatkan minat siswa dan prestasi belajar siswa. 1.5.4.2 Penelitian dapat digunakan sebagi masukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah dengan pendekatan pembelajaran yang tepat.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1.6.1 Matematika adalah salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang berhubungan dengan angka dan operasi hitung bilangan. 1.6.2 Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah. 1.6.3 Minat belajar adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ketertarikan terhadap suatu objek dan mengandung unsur kesenangan yang relatif menetap. 1.6.4 Problem Based Learning PBL adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara memcahkan masalah. 1.6.5 Siswa sekolah dasar adalah komponen dalam pendidikan yang jenjang pendidikannya antara usia 7-11 tahun. 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab II ini peneliti akan membahas tentang empat bagian yaitu kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Peneliti akan menguraikan keempat bagian tersebut.

2.1 Kajian Teori

Kajian teori akan membahas tentang variabel-variabel yang sesuai dengan rumusan masalah, yaitu minat, indikator minat, faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar, prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, hakikat pembelajaran, pendekatan Problem Based Learning PBL, karakteristik siswa SD, hakikat matematika dan materi pelajaran matematika volume bangun ruang.

2.1.1 Minat Belajar

Syah 2003: 151 berpendapat bahwa minat interest adalah kecenderungan atau keinginan yang besar terhadap suatu hal. Sependapat dengan Syah, Sefrina 2013: 28 mengemukakan bahwa minat yang besar terhadap suatu hal dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa, karena dengan menaruh minat yang besar terhadap suatu hal maka siswa akan memusatkan perhatian yang penuh terhadap hal tersebut. Minat merupakan ketertarikan akan suatu objek yang berasal dari hati, bukan karena paksaan dari orang lain. Slameto 2010: 180 juga menjabarkan bahwa “minat adalah suatu rasa lebih suka atau rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”. Hal tersebut berarti, bahwa apabila siswa memiliki minat terhadap suatu hal, maka siswa akan lebih memperhatikan dengan rasa senang tanpa ada tekanan dari siapapun. Djamarah 2011: 166 mengemukakan bahwa “minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Jika siswa memiliki minat terhadap suatu hal atau aktivitas, maka siswa akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dan dengan perasaan yang senang. Dengan kata lain minat adalah suatu rasa lebih suka dan tertarik terhadap suatau hal tanpa ada yang menyuruh. Semakin besar ketertarikan seseorang terhadap suatu hal atau aktivitas maka semakin besar pula minat yang dimiliki oleh siswa untuk terlibat dalam suatu kegiatan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kegiatan siswa yang timbul karena adanya rasa ketertarikan yang tinggi terhadap suatu kegiatan yang mengakibatkan siswa memiliki perhatian yang penuh terhadap kegiatan tersebut. Siswa yang memiliki minat tinggi akan dengan perasaan senang terlibat dalam suatu hal atau kegiatan, karena minat timbul dengan sendirinya tanpa adanya paksaan atau dorongan dari manapun atau dari siapapun.

2.1.1.1 Indikator Minat Belajar

Menurut Isnandar dalam Nurjanah, 2014: 14 indikator minat terdiri dari empat indikator, yaitu 1 Ekpresi perasaan senang, meliputi antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, menerima tugas yang diberikan oleh guru tanpa mengeluh, mempersiapkan peralatan belajar dengan baik, serta mengikuti pembelajaran dengan tenang, 2 Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, meliputi keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, siswa memperhatikan pembelajaran dengan seksama, siswa tidak mengobrol atau mengganggu teman yang lain ketika pembelajaran berlangsung, 3 Ketertarikan siswa pada materi pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, meliputi sikap giat dan rajin yang ditunjukkan siswa dalam membaca sumber belajar dan mempelajari materi pembelajaan yang belum diberikan guru, kerajinan siswa dalam mencatat meteri pembelajaran, dan keseriusan siswa saat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, 4 Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, meliputi keaktifan berpendapat dalam kegiatan diskusi kelompok, ketersediaan siswa membantu teman lain yang kesulitan dalam belajar, keterbukaan ketika bekerja sama dalam kelompok, keberanian mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan guru tanpa diminta oleh guru. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa indikator minat belajar terdiri atas empat indikator yaitu indikator perasaan senang, ketertarikan, perhatian dan keterlibatan siswa.

2.1.2 Prestasi

Hamalik 2004 : 159 menjelaskan bahwa prestasi merupakan indikator yang dapat mempengaruhi adanya perubahan tingkah laku siswa pada siswa. Senada dengan Hamlik, Arifin 2009: 12 berpendapat bahwa prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil belajar learning outcome yang pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan”. Sardiman 2010: 46 mengatakan bahwa prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi siswa dalam belajar baik dari dalam maupun luar diri siswa. Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan perubahan tingkah laku siswa berkenaan dengan aspek pengetahuan dan penilaian hasil belajar. Penilaian tentang hasil belajar siswa berupa pengetahuan kognitif, afektif dan psikomotor yang diukur melalui evaluasi belajar.

2.1.3 Belajar

Belajar adalah “proses hubungan antara stimulus dan respon” dalam Thorndike Suryasubrata, 2012: 254-255. Belajar menurut Syah 2003: 136 adalah “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Senada dengan pendapat Suryasubrata, Arifin 2009: 12 mengemukak an tentang belajar yaitu “suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu”. Gagne dalam Dahar, 2011: 2 mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Slameto 2010: 3-5 menjelaskan ciri-ciri perubahan tingkah laku yang termasuk dalam pengertian belajar, yaitu: 1 perubahan terjadi secara sadar, artinya bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI atau paling tidak ia akan merasakan bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan; 2 perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, artinya suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya; 3 perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, artinya perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya; 4 perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, artinya bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap; 5 perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, artinya bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai; dan 6 perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, artinya bahwa perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi siswa dengan lingkungannya. Proses interaksi tersebut dapat merubah tingkah laku siswa, perubahan tingkah laku tersebut diperoleh melalui pengalaman baru yang diperoleh siswa.

2.1.4 Prestasi Belajar

Arifin 2009: 12 mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah “hasil usaha belajar yang pada umumnya berkenaan dengan pengetahuan”. Ahli lain yang juga berpendapat tentang prestasi belajar yaitu Sudjana 2005: 3 berpendapat bahwa prest asi belajar adalah “hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan kriteria tertentu sehingga untuk mengetahui tingkatan prestasi belajar maka perlu dilakukan evaluasi belajar”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 895 prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran untuk memperoleh tujuan tertentu dan untuk mengetahui prestasi yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.” Pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat penguasaan pengetahuan siswa yang didapat selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat diukur oleh guru melalui tes, ujian, pengamatan atau tugas. Pengukuran prestasi belajar dilakukan oleh guru sebagai sebuah hasil atas pemaham siswa terhadap suatu mata pelajaran. Prestasi belajar siswa dapat berbeda-beda hasilnya sesuai dengan kemampuan siswa dalam memahami suatu mata pelajaran atau pengetahuan tertentu.

2.1.5 Faktor

– Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dikemukakan oleh Syah 2003: 132 yaitu bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh tiga faktor. Ketiga faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis bersifat jasmani dan aspek psikologis bersifat rohani. Aspek psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi intelegensi siswa, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu 1 faktor lingkungan sosial yang meliputi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI guru, teman-teman belajar, staf sekolah dan sebagainya. 2 faktor lingkungan non-sosial yang meliputi gedung sekolah, rumah, alat belajar dan sebagainya. Faktor pendekatan belajar adalah segala cara dan strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, dari luar diri siswa maupun dari pendekatan atau strategi belajar yang digunakan siswa untuk memahami pembelajaran.

2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Tahap perkembangan anak menurut Piaget dalam Suparno, 2001: 26-88 dibagi menjadi 4 tahap. Tahap yang pertama yaitu tahap sensorimotor usia 0-2 tahun, pada tahap ini anak belum bisa berbicara dan belum memiliki bahasa simbol untuk mengungkapkan perasaannya. Mereka baru memahami hal-hal yang ditangkap oleh pancaindaranya seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau. Kedua yaitu tahap praopersaional usia 2-7 tahun. Tahap kedua ini ditandai dengan adanya fungsi semioti yaitu anak sudah bisa menggunakan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan hal yang dilihat. Tahap ketiga yaitu tahap opersional konkrit yaitu anak berusia 7-11 tahun. Tahap ketiga ini ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah mampu untuk berpikir matematis berdasarkan yang kelihatan nyata atau konkrit, tetapi anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI belum dapat memahami hal-hal yang abstrak. Piaget mengemukakan bahwa anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit. Tahap keempat yaitu tahap operasional formal yaitu usia anak 7-11 tahun. Tahapan ini adalah tahapan terakhir menurut Piaget, karena pada tahap ini anak sudah dapat berpikir logis dan berpikir abstrak. Cara berpikirnya sudah dapat melampaui waktu dan tempat, tidak hanya terkait pada hal yang telah dialami tetapi juga dapat berpikir mengenai sesuatu yang akan datang karena sudah dapat berpikir secara hipotesis. Berdasarkan keempat tahapan perkembangan anak menurut Piaget, tahapaan perkembangan untuk anak sekolah dasar termasuk pada tahap kedua yaitu tahap praoperasional. Karakteristik untuk siswa sekolah dasar menurut pendapat Soeparwoto 2007: 60-61, terdapat berbagai label yang digunakan untuk siswa SD. Pertama, label yang digunakan orang tua, meliputi: 1 usia yang menyulitkan, yaitu masa dimana siswa tidak lagi menuruti perintah dan lebih banyak dipengaruhi teman sebaya dari pada orang tua atau anggota keluarga yang lain; 2 usia tidak rapi, yaitu masa di mana siswa cenderung tidak memperdulikan penampilan dan acuh terhadap kerapian; dan 3 usia bertengkar, yaitu masa di mana banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan suasana rumah menjadi tidak menyenangkan. Kedua, label yang digunakan para guru, meliputi: 1 usia sekolah dasar, di mana siswa memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting tertentu; 2 periode kritis dalam dorongan berprestasi, masa dimana siswa membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses. Ketiga, label PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang digunakan ahli psikologi, meliputi: 1 usia berkelompok, masa dimana perhatian utama siswa tertuju pada keinginan diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok; 2 usia penyesuaian diri, masa di mana siswa menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah dasar dalam tahapan Piaget termasuk dalam tahapan kedua yaitu tahapan operasional dengan usia anak 7-11 tahun. Pada tahapan ini anak sudah mulai mengenal benda-benda konkrit dan dapat berkomunikasi menggunakan simbol- simbol tertentu. Siswa sekolah dasar juga memiliki beberapa karakteristik sesuai dengan label yang diberikan atau digunakan oleh orang tua, guru dan ahli psikologi.

2.1.7 Hakikat Pembelajaran

Sanjaya 2008: 102 mengemukakan bahwa kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Senada dengan pendapat Sanjaya, Santrock 2007: 265 menyatakan bahwa pembelajaran itu pada hakekatnya membantu murid untuk belajar. Pembelajaran menurut Hamalik 2001: 57 adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mulyasa 2004: 100 melihat bahwa pembelajaran pada hakekatnya interaksi peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan prilaku kearah yang lebih baik. Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sebuah proses belajar mengajar yang bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar. Pembelajaran dilakukan dengan cara berinteraksi antara guru, siswa dan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat menghasilkan perilaku kearah yang lebih baik. Pembelajaran memiliki ciri khas sendiri-sendiri untuk mencapai hasil yang diinginkan.

2.1.8 Pendekatan Problem Based Learning PBL

2.1.8.1 Pengertian Pendekatan Problem Based Learning PBL

Ibrahim dan Nur dalam Rusman, 2010: 241 berpendapat bahwa PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Pendapat ditersebut diperjelas oleh Tan dalam Rusman, 2010: 229 bahwa PBL merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Pendekatan PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran Nurhadi 2004 : 109. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa PBL adalah pendekatan pembelajaran yang berbasis pada masalah, sehingga siswa dilatih nuntuk berpikir kritis dengan masalah-masalah konkrit yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan pemahamannya sendiri. PBL melatih siswa untuk memiliki sikap mandiri dalam menghadapi hal-hal baru yang sering mereka jumpai dalam dunia nyata yang berupa permasalahan.

2.1.8.2 Karakteristik Problem Based Learning PBL

Pendekatan PBL memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik PBL diungkapkan oleh Tan dalam Amir, 2009: 22 yaitu 1 Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran; 2 Masalah yang digunakan berupa masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang; 3 Masalah menuntut perspektif majemuk; 4 Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran baru; 5 Sangat mengutamakan belajar mandiri; 6 Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi dan tidak hanya menggunakan satu sumber saja; 7 Pembelajaran bersifat kolaboratif, komunikatif dan kooperatif yaitu siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan dan presentasi. Karakteristik PBL yang lain menurut Rusman 2010: 232 yaitu a Permasalahan menjadi starting point dalam belajar; b Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur; c Permasalahan membutuhkan perspektif ganda; d Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar; e PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; f Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam problem based learning; g Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif; h Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; i Sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; j PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik PBL adalah pembelajaran berdasarkan masalah yang relevan dengan kehidupan siswa, relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memiliki daya tarik untuk dilakukan oleh siswa dan dapat memperluas pengetahuan siswa. PBL juga mengutamakan bekarja dalam kelompok sehingga siswa dapat melakukan komunikasi dengan temannya dan pemberian evaluasi atas hasil belajar siwa pada akhir pembelajaran.

2.1.8.3 Langkah-langkah Problem Based Learning PBL

Ibrahim dan Nur dalam Rusman, 2010: 243 langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut: a Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. b Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. c Membimbing pengalaman individualkelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. d Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. e Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka lakukan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PBL memiliki beberapa langkah yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing pengalaman individu kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kelima langkah tersebut harus di kuasai oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran dengan pendekata PBL.

2.1.8.3 Tujuan Problem Based Learning PBL

Ibrahim dan Nur dalam Rusman, 2010: 242 mengemukakan tujuan PBL secara lebih rinci yaitu: a Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; b Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata dan; c Menjadi para siswa yang otonom atau mandiri. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan PBL adalah untuk membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. PBL juga dapat membantu siswa untuk terlibat aktif dalam permasalahan dunia nyata yang dapat mengembangkan kemandirian siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.8.4 Peran Guru dalam Problem Based Learning PBL

Peran guru dalam pendekatan PBL menurut Rusman 2010: 245 antara lain: a Menyiapkan perangkat berpikir siswa, yang bertujuan agar siswa benar-benar siap untuk mengikuti pembelajaran dengan pendekatan PBL. Seperti, membantu siswa mengubah cara berpikirnya, menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang, membantu siswa merasa memiliki masalah, dan mengkomunikasikan tujuan, hasil, dan harapan. b Menekankan belajar kooperatif dalam prosesnya, pendekatan PBL berbentuk inkuiri yang bersifat kolaboratif dan belajar. Seperti yang diungkapkan Bray dalam Rusman, 2010: 235 inkuiri kolaboratif sebagai proses dimana orang melakukan refleksi dan kegiatan secara berulang-ulang, mereka bekerja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting. Sehingga siswa dapat memahami bahwa bekerja dalam tim itu penting untuk mengembangkan proses kognitif. c Memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam pendekatan PBL belajar dalam bentuk kelompok lebih mudah dilakukan, karena dengan jumlah anggota kelompok yang sedikit akan lebih mudah mengontrolnya. Sehingga guru dapat menggunakan berbagai teknik belajar kooperatif untuk menggabungkan kelompok-kelompok tersebut untuk menyatukan ide. d Melaksanakan PBL, guru harus dapat mengatur lingkungan belajar yang mendorong dan melibatkan siswa dalam masalah. Selain itu, guru juga berperan sebagai fasilitator dalam proses inkuiri kolaboratif dan belajar siswa. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran dengan pendekatan PBL, guru memiliki peran yang penting yaitu menyiapkan perangkat berpikir siswa, menekankankan pembelajaran yang kooperatif dalam PBL, memfasilitasi siswa dalam bekerja kelompok dan sebagai fasilitator guru harus menyediakan lingkungan belajar yang dapat melibatkan siswa dalam masalah.

2.1.9 Hakikat Matematika

Matematika menurut James dalam Suherman, 2003: 18 adalah “ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi menjadi tiga bidang yaitu : aljabar, analisis dan geometri, namun pembagian yang jelas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sangatlah susah untuk dibuat, sebab cabang- cabang itu semakin bercampur”. Matematika menurut Tinggih dalam Suherman, 2003: 16 adalah “ilmu pengetahuan yang didapat melalui proses menalar”. Soedjadi dalam Heruman, 2007: 1, menjelaskan bahwa “matematika memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif”. Hernawan 2010: 8.27 mengemukakan fungsi mata pelajaran m atematika, yaitu “untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol, serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari- hari”. Ruseffendi dalam Heruman, 2007: 1 merumuskan pengertian matematika, bahwa ”matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau pos tulat, dan akhirnya ke dalil”. Menurut Soedjadi dalam Heruman, 2007: 1 “matematika memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif” Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang aljabar, analisis dan geometri, yang dalam mendapatkannya perlu berpikir atau menggunakan logika. Matematika dipengaruhi oleh beberapa prinsip dan memiliki pandangan yang berbeda-beda yaitu sebagai ilmu deduktif, sebagai ilmu tentang pola dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI hubungan, sebagai bahasa, sebagai ilmu tentang struktur yang terorganisasikan dan matematika sebagai seni. 2.1.10 Tujuan Pembelajaran Matematika Secara khusus tujuan pembelajaran matematika di tingkat sekolah dasar di kemukakan oleh Depdiknas dalam Susanto, 2013: 190 yaitu 1 memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritme; 2 menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti dan pernyataan matematika; 3 memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang dan menyelesaikan model matematika, menafsirkan solusi yang diperoleh; 4 mengkomunikasikan gagasan menggunakan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menyelesaikan suatu masalah; 5 memiliki sikap menghargai penggunaan matematika didalam kehidupan sehari-hari.

2.1.11 Materi Pembelajaran Matematika

Penelitian yang telah dilakukan ini, mengambil mata pelajaran matematika untuk kelas V SD semester 1 tahun ajaran 20152016. Standar Kompetensi SK 4. Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah, dan Kompetensi Dasar KD 4.1 Menghitung volume kubus dan balok.

2.2 Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan model pbl (problem based learning) terhadap pengetahuan metakognitif biologi siswa Kelas X pada konsep virus

2 18 226

Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL), Problem Based Learninng (PBL), dan Problem Solving Pada Materi Animalia

5 29 376

PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) (PTK Terhadap Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 3 Colomadu Tahun Pelajaran 2010/2

0 1 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PBL (PROBLEM BASED PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) PADA KELAS V SD N 1 TEMPURSARI TAHUN PELAJAR

0 0 16

Peningkatan kemandirian dan prestasi belajar matematika dengan pendekatan Problem-Based Learning (PBL) di kelas VII E SMP N 15 Yogyakarta.

0 1 18

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V di SD Negeri Sidomoyo.

0 2 244

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran matematika kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta.

1 16 359

Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan pendekatan PMRI pada mata pelajaran matematika untuk siswa kelas V SD Negeri Plaosan 1.

0 0 341

Peningkatan minat dan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDK Kalasan dengan cooperative learning teknik TAI.

0 23 185

PENINGKATAN PARTISIPASI, KEBERANIAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATA PELAJARAN IPS SDK WIROBRAJAN YOGYAKARTA

0 0 184