Peningkatan minat dan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDK Kalasan dengan cooperative learning teknik TAI.

(1)

Paula Novi Candra. 2015. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V

SDK Kalasan Dengan Cooperative Learning Teknik TAI. Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TAI dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDK Kalasan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDK Kalasan yang terdiri dari 32 siswa dan objek penelitian adalah meningkatkan minat dan pestasi belajar matematika dengan teknik TAI. Penelitian ini dilakukan melalui dua siklus. Setiap siklus penelitian meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Hasil kuesioner minat pada kondisi awal menunjukkan presentase siswa yang berminat mengikuti pelajaran matematika sebesar 46,875%. Pada siklus I, presentase siswa yang berminat mencapai 75% dan pada siklus II meningkat menjadi 84,375%. Hasil tersebut telah melampaui kriteria keberhasilan sebesar 75%. Presentase siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal sebesar 34,4%. Pada siklus I, presentase siswa yang mencapai KKM sebesar 78,125% dan siklus II sebesar 87,5%. Hasil tersebut telah melampaui kriteria keberhasilan sebesar 75%. Oleh sebab itu, peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperaif teknik TAI dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas V SDK Kalasan.


(2)

Paula Novi Candra. 2015. Increasing Student’s Interest and Learning Achievement of

Mathematics in Grade V SDK Kalasan by Implementing Cooperative Learning Model TAI Technique. Teacher Education Program Elementary School, Department of Education, Faculty of

Teacher Training and Education, Sanata Dharma University

This research was a Classroom Action Research that aims to know the implementation of Cooperative Learning Model TAI technique in an effort to increase interest and learning achievement of mathematics grade V SDK Kalasan. The subject of research was the grade V SDK Kalasan which consisted of 32 students and the object of research increased interest and learning achievement of mathematics by implementing TAI technique. This research was conducted through two cycles. Each cycles consisted of four stage: planning, act, observation, and reflection.

Result of interest questionare on the initial condition shows that the percentage of students who are interested in math was 46,875%. In the first cycle, the percentage of students who are interested was 75% and on the second cycle increased to 84,375%. The results have exceeded the success criteria of 75%. The percentage of students who reach KKM on the initial conditions was 34,4%. In the first cycle, the percentage of students who reach KKM was 78,125% and cycle II increased to 87,5%. The results have exceeded the success criteria of 75%. Therefore, researchers concluded that the application of Cooperative Learning Model TAI Technique can increase interest and learning achievement of mathematic for students in grade V SDK Kalasan


(3)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS V SDK KALASAN DENGANCOOPERATIVE LEARNING

TEKNIK TAI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Paula Novi Candra

NIM: 101134240

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

ii

SKRIPSI

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS V SDK KALASAN DENGANCOOPERATIVE LEARNING

TEKNIKTAI

Oleh: Paula Novi Candra

NIM:101134240

Telah Disetujui oleh: Pembimbing I

Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum. Tanggal 13 Oktober 2015

Pembimbing II


(5)

iii

SKRIPSI

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDK KALASAN DENGAN COOPERATIVE

LEARNING TEKNIK TAI

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Paula Novi Candra

NIM: 101134240

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi pada tanggal 26 Oktober 2015

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji:

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua G. Ari Nugrahanta S.J.,S.S., BST.,M.A. Sekretaris Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Anggota 1 Dra. Ign. Esti Sumarah M.Hum. Anggota 2 Christiyanti Aprinastuti, S.Si. M.Pd. Anggota 3 Brigitta Erlita Tri A., S.Psi., M.Psi.

Yogyakarta, 26 Oktober 2015

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma


(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

 Tuhan Yesus yang selalu membimbingku


(7)

v

MOTTO

No pain no gain

Failure occurs only when we give up


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 Oktober 2015 Penulis


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Paula Novi Candra

Nomor Mahasiswa : 101134240

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS V SDK KALASAN DENGAN COOPERATIVE LEARNING

TEKNIK TAI

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk penggalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet maupun media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya atau memberikan royalty pada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal:26 Oktober 2015

Yang menyatakan


(10)

viii

ABSTRAK

Paula Novi Candra. 2015. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDK Kalasan Dengan Cooperative Learning Teknik TAI.Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TAI dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDK Kalasan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDK Kalasan yang terdiri dari 32 siswa dan objek penelitian adalah meningkatkan minat dan pestasi belajar matematika dengan teknik TAI. Penelitian ini dilakukan melalui dua siklus. Setiap siklus penelitian meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Hasil kuesioner minat pada kondisi awal menunjukkan presentase siswa yang berminat mengikuti pelajaran matematika sebesar 46,875%. Pada siklus I, presentase siswa yang berminat mencapai 75% dan pada siklus II meningkat menjadi 84,375%. Hasil tersebut telah melampaui kriteria keberhasilan sebesar 75%. Presentase siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal sebesar 34,4%. Pada siklus I, presentase siswa yang mencapai KKM sebesar 78,125% dan siklus II sebesar 87,5%. Hasil tersebut telah melampaui kriteria keberhasilan sebesar 75%. Oleh sebab itu, peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperaif teknik TAI dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas V SDK Kalasan.

Kata kunci: Minat belajar, prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif teknik TAI


(11)

ix

ABSTRACT

Paula Novi Candra. 2015. Increasing Student’s Interest and Learning Achievement of Mathematics in Grade V SDK Kalasan by Implementing Cooperative Learning Model TAI Technique. Teacher Education Program Elementary School, Department of Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University

This research was a Classroom Action Research that aims to know the implementation of Cooperative Learning Model TAI technique in an effort to increase interest and learning achievement of mathematics grade V SDK Kalasan. The subject of research was the grade V SDK Kalasan which consisted of 32 students and the object of research increased interest and learning achievement of mathematics by implementing TAI technique. This research was conducted through two cycles. Each cycles consisted of four stage: planning, act, observation, and reflection.

Result of interest questionare on the initial condition shows that the percentage of students who are interested in math was 46,875%. In the first cycle, the percentage of students who are interested was 75% and on the second cycle increased to 84,375%. The results have exceeded the success criteria of 75%. The percentage of students who reach KKM on the initial conditions was 34,4%. In the first cycle, the percentage of students who reach KKM was 78,125% and cycle II increased to 87,5%. The results have exceeded the success criteria of 75%. Therefore, researchers concluded that the application of Cooperative Learning Model TAI Technique can increase interest and learning achievement of mathematic for students in grade V SDK Kalasan

Keywords: Learning interest, learning achievement, cooperative learning TAI technique


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan penyertaan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS V SDK KALASAN DENGAN

COOPERATIVE LEARNING TEKNIK TAI

Skripsi ini disusun untuk memenuji syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma. Penyusunan skripsi ini diakui memiliki banyak hambatan karena keterbatasan waktu, pengalaman, dan pengetahuan. Namun berkat dorongan dan semangat dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J.,S.S.,BST.,M.A., Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

3. Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan dorongan, motivasi, dan telah meluangkan waktu untuk membimbing dengan sabar, memberikan saran, dan mengarahkan peneliti untuk penyusunan skripsi ini

4. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah bersedia memberikan petunjuk, bimbingan, dan pengarahan selama proses penulisan skripsi ini hingga selesai

5. Seluruh dosen dan staf PGSD yang telah membimbing dan melayani kami 6. P. Agustin Ria Dewi S.Pd., Kepala Sekolah SDK Kalasan yang telah

mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian

7. M.I. Susi Widya Hesti, guru kelas VA SDK Kalasan yang telah memberikan bantuan untuk melakukan penelitian


(13)

xi

8. Fransisca Adelia Chrisnanda yang telah membantu penelitian sebagai observer

9. Keluarga tercinta atas dukungan dan doanya

10. Semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 13 Oktober 2015


(14)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GRAFIK... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah... 4

D. Tujuan... 5

E. Manfaat... 5

F. Definisi Operasional... 5

BAB II... 7

A. Landasan Teori... 7

1. Minat Belajar... 7

2. Model Cooperative Learning... 20

3. Cooperative LearningTeknik Team Assisted Individualization (TAI)... 25

4. Matematika... 29

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas V... 30

6. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TAI... 31

7. Penilaian Hasil Belajar... 31

B. Penelitian yang Relevan... 32

C. Kerangka Berpikir... 33


(15)

xiii

Halaman

BAB III ... 35

A. Jenis Penelitian... 35

B. Setting Penelitian... 37

1. Lokasi Penelitian... 37

2. Subyek Penelitian... 37

3. Waktu Penelitian... 37

4. Objek Penelitian... 37

C. Rancangan Penelitian... 38

1. Persiapan... 38

2. Rencana Tindakan Tiap Siklus... 39

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian... 48

1. Peubah (Variabel) ... 48

2. Teknik Pengumpulan Data... 49

E. Penyusunan Instrumen Penelitian... 51

F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 52

G. Validitas dan Reliabilitas... 57

1. Uji Validitas ... 57

2. Reliabilitas Tes... 64

H. Analisis Data... 66

1. Analisis Data Kuesioner Minat ... 66

I. Kriteria Keberhasilan... 71

BAB IV ... 72

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 72

1. Siklus I ... 72

2. Siklus II... 78

B. Hasil Penelitian... 82

1. Minat Belajar ... 82

2. Prestasi Belajar... 86

C. Pembahasan... 91

BAB V ... 97

A. Kesimpulan... 97

C. Saran... 98


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pengumpulan Data dan Instrumen ... 48

Tabel 2 Kisi-kisi Lembar Pengamatan Minat Siswa di Kelas... 52

Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner Minat Belajar ... 54

Tabel 4 Kisi-kisi Soal Siklus I ... 55

Tabel 5 Kisi-kisi Soal Siklus II ... 56

Tabel 6 Kriteria Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 58

Tabel 7 Lembar Validasi Kuesioner ... 59

Tabel 8 Hasil Validasi Kuesioner ... 59

Tabel 9 Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 60

Tabel 10 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran... 62

Tabel 11 Hasil Uji Validitas Soal Siklus I ... 63

Tabel 12 Hasil Uji Validitas Soal Siklus II... 64

Tabel 13 Koefisien Reliabilitas... 65

Tabel 14 Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus I ... 65

Tabel 15 Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus II ... 66

Tabel 16 Skoring Kuesioner Minat ... 66

Tabel 17 Rentang Skor dan Kriteria Minat ... 67

Tabel 18 Indikator Pengamatan Afektif... 69

Tabel 19 Pengamatan Psikomotorik ... 69

Tabel 20 Kriteria Keberhasilan Penelitian ... 71

Tabel 21 Hasil Kuesioner Minat Siklus I... 82

Tabel 22 Hasil Kuesioner Minat Siklus II... 84

Tabel 23 Hasil Tes Siklus I ... 86


(17)

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 1. Peningkatan Minat Belajar ... 86 Grafik 2. Peningkatan Prestasi Belajar... 90


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Ulangan Harian Siswa... 105

Lampiran 2. Hasil Kuesioner Kondisi Awal ... 107

Lampiran 3. Silabus ... 110

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan PembelajaranSiklus I... 113

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan PembelajaranSiklus II ... 124

Lampiran 6. LKS Siklus I ... 132

Lampiran 7 Soal Latihan Siklus I... 136

Lampiran 8. LKS Siklus II ... 138

Lampiran 9. Soal Latihan Siklus II ... 142

Lampiran 10. Soal Pretest dan Postest Siklus I ... 144

Lampiran 11. Soal Pretest dan Postest Siklus II ... 146

Lampiran 12. Kunci JawabanSoal Siklus I ... 148

Lampiran 13. Kunci JawabanSoal Siklus II... 150

Lampiran 14. Kuesioner Minat Belajar... 152

Lampiran 15. Lembar Observasi... 155

Lampiran 16. Hasil Pekerjaan Siswa ... 156

Lampiran 17. Dokumentasi... 162

Lampiran 18. Surat Bukti Penelitian Dari Sekolah... 164

Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian ... 165


(19)

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

Di dalam bab ini, peneliti akan menguraikan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan definisi operasional

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu logika yang berkaitan dengan bentuk, susunan, dan konsep bilangan. Matematika memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena hampir seluruh aspek kehidupan kita melibatkan bilangan mulai dari pembacaan waktu, penjumlahan, pengukuran, dan lain sebagainya. Matematika membantu manusia menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan bilangan. Matematika merupakan media untuk melatih manusia berpikir kritis, mandiri, dan dapat menyelesaikan masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diterima oleh siswa mulai dari kelas I sampai kelas VI SD. Ilmu ini mempelajari tentang perhitungan, pengukuran, dan pengoperasian angka. Matematika diberikan kepada siswa agar siswa memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Mata pelajaran Matematika pada kelas V SD sudah mulai bersifat abstrak karena menuntut siswa untuk menghitung dengan jumlah bilangan yang banyak. Anak juga dituntut untuk mulai berpikir secara logis dan memahami banyak konsep penjumlahan. Materi Matematika pada siswa kelas V meliputi operasi bilangan bulat; ukuran waktu, jarak, sudut, dan kecepatan; luas bangun datar sederhana; volume bangun ruang; pecahan; dan sifat bangun dan hubungan antarbangun

Dalam observasi yang dilakukan peneliti pada saat pelajaran Matematika tanggal 5 Februari 2014 pada materi “Pengubahan pecahan biasa ke bentuk persen”, peneliti melihat sembilan belas siswa


(21)

kurangantusias selama mengikuti pelajaran tersebut. Hal itu terlihat dari enam siswa yangmengeluh saat diberi tugas, dua orang siswa sering minta ijin ke toilet, empat siswa mengobrol sendiri, enam siswa tidak mau mencatat materi pelajaran, lima siswa yang terlihat sibuk dengan aktivitas masing-masing yang tidak berkaitan dengan mata pelajaran, satu siswa yang menelungkupkan kepala di atas meja, satu siswa bermain dengan kotak pensilnya, dan dua siswa asyik menggambar di buku tulisnya. Hal-hal tersebut menunjukkan jika siswa kurang berminat belajar Matematika

Peneliti kemudian melakukan wawancara kepada wali kelas untuk mengetahui lebih lanjut tentang kurang berminatnya siswa terhadap pelajaran Matematika. Dari hasil wawancara, guru mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi sehingga mereka cenderung tidak memperhatikan. Alasannya, pelajaran matematika dianggap terlalu abstrak sehingga menyulitkan siswa berpikir lebih tinggi dengan menggunakan logika.

Guru juga dengan jujur mengatakan bahwa beliau jarang menggunakan metode belajar berkelompok karena menurutnya siswa cenderung menjadi ramai. Selain itu, guru juga mengakui jika nilai rata-rata ulangan harian siswa masih di bawah KKM. Peneliti kemudian melakukan studi dokumentasi terhadap nilai Matematika siswa. Dari hasil studi dokumentasi, peneliti mendapat data jika dari 32 siswa yang tidak mencapai KKM Matematika sebesar 65,6%. Hal ini menunjukkan bahwa minat belajar yang rendah pada pelajaran Matematika dapat berdampak pada prestasi belajar yang rendah.

Peneliti kemudian memberikan kuesioner kepada siswa untuk memperkuat data dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan dari indikator minat. Dari hasil kuesioner tersebut, ada 51.5% siswa yang tidak senang dengan pelajaran Matematika, 48.5% siswa tidak berinisiatif dalam pelajaran Matematika, 48.5% siswa tidak berpartisipasi di dalam kelas, dan


(22)

45.4% siswa tidak berinisiatif dalam pelajaran Matematika. Oleh sebab itu, peneliti menyimpulkan bahwa minat belajar siswa perlu ditingkatkan.

Penjelasan dari hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan kuesioner membuktikan bahwa siswa kelas VA SD Kanisius Kalasan perlu mendapat perlakukan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar Matematika. Proses pembelajaran Matematika pada penjelasan tersebut bersifat individu di mana siswa langsung memperhatikan dan menerima materi hanya dari guru. Oleh sebab itu diperlukan pembelajaran lain yang dapat membantu memudahkan siswa memahami materi pelajaran dan membuat siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran Matematika

Menurut Davies (Riyanto, 2009:161), setiap hal yang dipelajari oleh siswa, siswa harus mempelajarinya secara mandiri karena tidak ada yang dapat melakukan itu selain dirinya sendiri. Dengan alasan tersebut, proses pembelajaran sebaiknya melibatkan siswa secara aktif dan lebih berinisiatif menemukan pengetahuan yang dibutuhkan. Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat membantu siswa lebih mudah memahami materi dan terlibat aktif sehingga proses pembelajaran menjadi efektif

Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah Cooperative Learning teknik TAI. TAI (Team Assisted Individualization) merupakan teknik yang mengakomodasi perbedaan individu terkait kemampuan siswa. Teknik ini memadukan pembelajaran kooperatif dan individu. Salah satu penelitian yang telah menggunakan teknik ini adalah Nugroho (2011). Penelitian tersebut mengenai pengaruh pembelajaran kooperatif teknik TAI terhadap prestasi belajar Matematika kelas V SD Tunas Daud, Singaraja dengan jenis penelitian quasi eksperimen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TAImempunyai nilai 76,1 dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata 63,1. Oleh sebab itu peneliti memutuskan untuk mengambil judul penelitian “Peningkatan Minat


(23)

Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDK Kalasan Dengan Cooperative LearningTeknik TAI”

TAI (Team Assisted Individualization) merupakan salah satu teknik dalam Cooperative Learning yang mengkombinasikan pembelajaran kooperatif dan individual. Siswa diajak untuk bekerja secara berkelompok dengan tingkat kemampuan yang berbeda dimana setiap anggota memiliki tanggung jawab untuk saling mengoreksi dan membantu rekannya. Ketika siswa bekerja secara kelompok, mereka akan lebih berminat dalam pelajaran dan hal ini dapat membantu meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu, teknik ini juga dapat mengurangi waktu guru untuk berkonsentrasi pada siswa-siswa tertentu dan meminimalisir keterlibatan guru

Melihat fakta yang ada di kelas, peneliti memandang model Cooperative Learning teknik TAI cocok diterapkan untuk mengatasi masalah yang terjadi di dalam kelas. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas VA SDK Kalasan pada pelajaran Matematika. Itu sebabnya penelitian ini berjudul “Peningkatan Minat Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDK Kalasan Dengan Cooperative Learning Teknik TAI”

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, masalah difokuskan pada penggunaan Cooperative Learningteknik TAI untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas VA SD Kanisius Kalasan pada mata pelajaran Matematika tahun pelajaran 2013/2014.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah model Cooperative Learning teknik TAI dapat meningkatkan minat belajar Matematika kelas VA SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2013/2014?


(24)

2. Apakah model Cooperative Learning teknik TAI dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika kelas VA SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2013/2014?

D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui apakah model Cooperative Learning teknik TAIdapat

meningkatkan minat belajar Matematika kelas VA di SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2013/2014.

2. Mengetahui apakah model Cooperative Learning teknik TAIdapat meningkatkan prestasi belajar Matematika kelas VA di SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2013/2014.

E. Manfaat

1. Bagi peneliti

Dapat memberikan pengalaman bagi peneliti untuk melakukan PTK, khususnya dalam penggunaan model Cooperative Learningteknik TAI 2. Bagi guru

Dapat memberikan inspirasi untuk menyampaikan materi pembelajaran menggunakan model Cooperative Learningteknik TAI.

3. Bagi siswa

Siswa berminat mengikuti pelajaran Matematika dengan model Cooperative Learningteknik TAI sehingga prestasi belajarnya meningkat

F. Definisi Operasional

1. Minat Belajar

Minat merupakan rasa tertarik yang muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada pengaruh paksaan dari luar. Siswa dikatakan berminat jika menunjukkan ekspresi perasaan senang, perhatian dalam belajar, terlibat dalam proses pembelajaran, dan memiliki inisiatif dalam proses pembelajaran

2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah suatu hasil berupa nilai dan sikap yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar.


(25)

3. Cooperative Learning

Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran berkelompok dengan kelompok-kelompok kecil. 4. Cooperative LearningTeknik TAI

Cooperative Learningteknik TAI menggabungkan konsep pembelajaran kooperatif dan individualisasi untuk mengakomodasi keberagaman siswa di dalam kelas.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan tinjauan pustaka yang akan digunakan untuk memecahkan masalah pada penelitian ini. Pembahasan tentang teori meliputi landasan teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan

A. Landasan Teori

1. Minat Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu rangkaian proses untuk mendapatkan pengetahuan (Suprijono, 2009:3). Hal ini sesuai dengan pendapat Prayitno (2009:203) yang menjelaskan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang diperoleh dari pengalaman, pembiasaan, meniru, pemahaman, dan aktivitas dalam meraih tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah upaya untuk mendapatkan dan menguasai hal baru. Sementara itu Slameto (2010:2) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mendapatkan perubahan tingkah laku secara menyeluruh. Perubahan tingkah laku ini diperoleh dari hasil pengalamannya sendiri.

Belajar merupakan suatu rangkaian proses untuk mendapatkan pengetahuan (Suprijono, 2009:3). Sedangkan Sugihartono (2012:74) mengungkapkan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku dari hasil interaksi antara individu dengan lingkungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.

Menurut Slameto (2003:2), belajar merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman pribadi dalam interaksi dengan lingkungan. Sementara itu Syah (2000:136) beranggapan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan tingkah laku individu


(27)

yang menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan ranah kognitif

Sementara itu definisi belajar menurut Hilgard dalam Mulyati (2005:2) adalah pembentukan tingkah laku individu melalui kontak dengan lingkungan. Untuk melengkapi pendapat tersebut, Dimiyati & Mudjono (2010:17) menjelaskan bahwa belajar adalah tindakan dan perilaku kompleks. Tindakan tersebut hanya dialami oleh siswa sehingga siswa merupakan penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa mendapatkan sesuatu dari lingkungan sekitar.

Berdasarkan beberapa pengertian belajar dari para ahli, belajar dapat dikatakan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk menerima hal-hal baru yang dapat mengubah tingkah lakunya. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat permanen sesuai dengan pengalaman yang telah didapat dari rangkaian kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik. Belajar sendiri terdiri dari beberapa jenis dan beberapa ciri yang akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut b. Jenis-jenis Belajar

Gagne dalam Winataputra (2008:19) menjelaskan tujuh jenis belajar. Ketujuh jenis tersebut meliputi:

1) Belajar Isyarat:

Belajar isyarat merupakan melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya isyarat atau tanda. Biasanya jenis belajar ini berupa respon yang diberikan secara tidak sadar

2) Belajar Stimulus-Respon

Belajar ini terjadi pada individu karena mendapat stimulus dari luar seperti membalas memukul saat dipukul

3) Belajar Rangkaian

Jenis belajar ini melahirkan perilaku yang spontan karena melewati perpaduan berbagai proses stimulus-respon


(28)

4) Belajar Asosiasi Verbal

Belajar Asosiasi Verbal terjadi ketika individu dapat menangkap makna yang bersifat verbal. Contoh, pesawat terbang bergerak seperti burung yang terbang

5) Belajar Diskriminasi

Belajar Diskriminasi terjadi ketika individu dihadapkan dengan benda dan mencoba membedakannya. Contoh membedakan bentuk binatang, tumbuhan, dll

6) Belajar Konsep

Belajar konsep dilakukan ketika individu sudah dapat melakukan diskriminasi. Contoh, menggolongkan jenis makhluk hidup, mengelompokkan jenis tumbuhan

7) Belajar Pemecahan Masalah

Proses pemecahan masalah berkaitan dengan keterampilan memecahkan persoalan dan meningkatkan kemampuan individu untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang lain

Selain terdiri dari beberapa jenis, belajar juga memiliki beberapa ciri-ciri khusus untuk membedakannya dengan aktivitas lain yang bukan termasuk belajar

c. Ciri-ciri Belajar

Menurut Aqib (2009:48), belajar memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut:

1) Belajar harus memungkinkan adanya perubahan tingkah laku dari individu yang meliputi tiga aspek yakni aspek pengetahuan, aspek sikap, dan keterampilan

2) Belajar adalah hasil dari pengalaman yang didapat dari interaksi antara individu dengan lingkungan

3) Hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang diperoleh dari latihan atau pengalaman bersifat relative tetap atau permanen


(29)

d. Prestasi Belajar

Belajar berkaitan dengan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan proses sedangkan pretasi belajar adalah hasil yang didapat setelah siswa mengikuti proses belajar. Surya (2003:67) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah seluruh kecakapan yang diperoleh melalui proses belajar yang dinyatakan dengan nilai sesuai dengan hasil belajar. Senada dengan pengertian tersebut, Arifin (2009:12) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai setelah mengalami proses belajar yang berkaitan dengan pengetahuan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar. Hasil tersebut berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dinyatakan dengan nilai

e. Faktor-faktor Prestasi Belajar

Prestasi belajar bukan sesuatu yang berdiri sendiri. Menurut Mulyasa (2006:191), prestasi belajar merupakan hasil dari berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa). Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain adalah:

1) Minat dan Motivasi

Minat adalah sumber motivasi yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap suatu aktivitas. Sementara itu motivasi merupakan dorongan untuk melakukan kegiatan belajar. Kedua hal ini berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan belajar

2) Kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan belajar untuk menyesuaikan diri dengan sesuatu yang dihadapi. Kecerdasan


(30)

sangat dipengaruhi oleh kemampuan intelegensi individu. Siswa yang memiliki intelegensi tinggi cenderung memiliki kecerdasan yang tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki intelegensi rendah cenderung memiliki kecerdasan yang rendah

3) Kesehatan

Kesehatan termasuk salah satu faktor penting yang dapat bepengaruh terhadap prestasi belajar. Siswa yang sedang sakit tidak dapat belajar dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi belajarnya.

Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal atau faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor tersebut meliputi:

1) Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan masyarakat terkecil dan menjadi tempat di mana seseorang lahir dan tumbuh besar. Keluarga idealnya dapat memberikan rasa aman supaya siswa dapat merasa nyaman selama proses belajar berlangsung di lingkungan keluaarga

2) Keadaan Sekolah

Sekolah adalah lembaga formal dan menjadi tempat di mana siswa dapat belajar dan berkembang setelah dari lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah yang baik dapat berpengaruh terhadap presyasi belajar siswa

3) Lingkungan Masyarakat

Perkembangan pribadi siswa dapat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat. Lingkungan tersebut dapat membentuk kepribadian seorang anak. Kadang anak mengalami masalah belajar dari lingkungan masyarakat


(31)

f. Faktor-faktor Belajar

Kesuksesan dalam sebuah proses pembelajaran tentu tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesuksesan belajar yakni faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Suryabrata (1984:249) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan belajar diantaranya adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor eksternal dan faktor dari dalam diri siswa atau faktor internal.

Menurut Hamalik (2001:32) ada sembilan faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor belajar tersebut antara lain adalah: 1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan, 2) Latihan agar pelajaran yang lupa dapat dikuasi kembali, 3) Siswa merasa berhasil dan mendapat kepuasan, 4) Pengetahuan baru berkaitan dengan pengetahuan sebelumnya, 5) Pengalaman masa lalu sebagai dasar untuk menerima pengetahuan baru, 6) Faktor kesiapan belajar, 7) Faktor minat dan usaha, 8) Faktor fisiologis, dan 9) Faktor intelegensi.

Tidak jauh berbeda dengan Suryabrata, Slameto (2010:54) juga mengungkapkan bahwa ada keberhasilan belajar ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi jasmani dan psikologi. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti akan menyoroti tentang minat yang merupakan salah satu faktor internal yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.

g. Pengertian Minat

Minatmerupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pemahaman dan efektivitas pembelajaran di dalam kelas. Minat merupakan ketertarikan yang dimiliki siswa untuk ikut terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto. Menurut Slameto (2010:55), minat merupakan salah satu faktor psikologis yang berpengaruh dalam proses belajar. Slameto


(32)

juga mengungkapkan bahwa minat adalah rasa tertarik dan lebih suka pada sesuatu tanpa disuruh.

Berbeda dengan Slameto, Usman (2003:27) berpendapat bahwa minat adalah sifat yang bersifat menetap dalam diri seseorang. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar. Dengan minat, seseorang akan terdorong untuk terlibat melakukan sesuatu. Sementara itu, Lucy (2009:35) berpendapat bahwa minat belajar adalah keinginan seseorang untuk mencapai sesuatu. Minat yang ada di dalam diri siswa harus dikembangkan dengan bantuan orang tua dan guru. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru dalam rangka mengembangkan minat belajar di antaranya adalah mencermati kelebihan dan kelemahan siswa, melatih siswa untuk meningkatkan kemampuannya, dan memberi motivasi dengan cara menekuni bidang yang menjadi kelebihannya.

Gie (2002:28) mengartikan minat sebagai ketertarikan atau keterlibatan penuh terhadap suatu kegiatan. Seseorang yang berminat menyadari pentingnya kegiatan itu untuk dirinya sendiri. Liang Gie juga memfokuskan tentang pengertian minat belajar. Menurut beliau, minat belajar adalah keterlibatan siswa pada kegiatan dengan penuh perhatian untuk memahami materi pembelajaran. Gie percaya bahwa minat adalah faktor pokok untuk mencapai keberhasilan.

Sementara itu Djaali (2007:122) berpendapat bahwa minat merupakan rasa ingin tahu, mengagumi, mempelajari, atau memiliki sesuatu. Minat juga termasuk bagian dari afeksi mulai dari kesadaran hingga pilihan nilai. Beliau juga menjelaskan bahwa minat adalah pengerahan perasaan untuk menafsirkan suatu hal

Hurlock dalam Dewi (2011:8) mengemukakan bahwa minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan jika mereka memiliki kebebasan memilih. Jika mereka melihat sesuatu tersebut akan menguntungkan untuknya, maka mereka akan berminat. Hal tersebut kemudian


(33)

mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan berkurang, minat juga berkurang.

Sementara itu Djamarah (2008:132) berpendapat bahwa minat merupakan kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Ketika seseorang berminat terhadap aktivitas tertentu, dia akan memperhatikan aktivitas tersebut dengan rasa senang secara konsisten. Jacob W. Getels dalam Djamarah (2008:75) memiliki pendapat serupa di mana seseorang yang berminat terhadap sesuatu tidak akan menghiraukan hal yang lain

Dari beberapa pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat merupakan rasa ketertarikan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri yang bersifat menyenangkan. Dengan kata lain, siswa akan merasa senang pada sebuah mata pelajaran jika ia memiliki minat terhadap pelajaran tersebut. Rasa ketertarikan atau minat yang muncul dari dalam diri siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor

h. Faktor-faktor Minat

Minat belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut dapat merupakan faktor dari dalam maupun faktor dari luar diri siswa. Menurut Suryabrata (1984:249) faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa adalah motivasi dan suasana tempat belajar siswa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa menurut Aritonang dalam Puspitasari (2012:14) meliputi cara mengajar guru, karakter guru, suasana kelas yang nyaman, dan fasilitas belajar yang digunakan.

Sementara itu Slameto (2010:54) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah faktor-faktor internal dan faktor eksternal


(34)

1) Faktor Internal:

a) Faktor jasmani (kesehatan dan cacat tubuh)

b) Faktor psikologi (perhatian, bakat, kesiapan, kematangan, intelegensi)

2) Faktor Eksternal:

a) Faktor keluarga (cara orangtua mendidik, suasana rumah, latar belakang budaya, relasi antar anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga)

b) Faktor sekolah (kurikulum, metode mengajar, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, relasi antar siswa, standar penilaian, waktu sekolah, alat pelajaran, tugas rumah, keadaan gedung sekolah)

i. Indikator Minat

Ketika seseorang berminat, ia akan memperlihatkan beberapa ekspresi. Djamarah (2008:132) mengungkapkan bahwa minat dapat diekspresikan melalui:

1) Memberikan pernyataan lebih menyukai sesuatu dibandingkan hal yang lain

2) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang diminati

3) Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap hal yang diminatinya

Menurut Marpadi (dalam Hartanto 2012:14) beberapa indikator siswa yang memiliki minat adalah siswa berusaha untuk memahami dan membaca buku yang berkaitan dengan apa yang dipelajari, bertanya dalam kegiatan pembelajaran, bertanya kepada teman, bertanya kepada orang lain dan mengerjakan tugas dengan sungguh.

Menurut Slameto (2003:58), siswa yang memiliki minat belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


(35)

1) Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengingat secara terus menerus hal yang dipelajari

2) Memiliki rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati 3) Merasa bangga dan puas terhadap sesuatu yang diminati serta

merasa terikat pada aktivitas-aktivitas yang diminati

4) Dimanifestasikan melalui partisipasi dalam kegiatan dan aktivitas

Sementara itu Isnandar (2012:14) juga menjelaskan beberapa ciri-ciri minat belajar yaitu sebagai berikut:

1) Ekspresi Perasaan Senang. Hal ini meliputi siswa antusias dalam mengikuti pelajaran, siswa tidak mengeluh saat diberi tugas oleh guru, siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai, siswa menyiapkan peralatan pelajaran sebelum pembelajaran dimulai, dan siswa mengikuti pelajaran dengan tenang

2) Perhatian Dalam Mengikuti Proses Pembelajaran. Hal ini meliputi siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama, siswa tidak melamun selama proses pembelajaran berlangsung, dan siswa tidak mengobrol atau mengganggu teman ketika proses pembelajaran berlangsung

3) Ketertarikan Siswa Terhadap Materi. Ketertarikan ini meliputi siswa giat membaca buku pelajaran, siswa sudah membaca materi pelajaran sebelum guru mengajarkan materi, siswa membuat catatan pelajaran, dan siswa berusaha menyelesaikan tugas dari guru secara serius

4) Ketertarikan Siswa Terhadap Metode Guru. Hal ini meliputi siswa bertanya ketika mengalami kesulitan, siswa memperlihatkan sikap antusias dan memperhatikan


(36)

langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

5) Keterlibatkan Siswa Dalam Proses Pembalajaran. Keterlibatan ini meliputi siswa aktif mengemukakan pendapat selama kegiatan diskusi, siswa bersedia membantu teman yang mengalami kesulitan, siswa ikut mengerjakan tugas, dan siswa berani mengajukan diri menjawab pertanyaan dari guru secara spontan

Berdasarkan penjelasan ciri-ciri minat belajar yang diuraikan oleh Slameto dan Isnandar tersebut, didapat kesimpulan bahwa indikator minat belajar siswa adalah sebagai berikut:

1) Ekspresi perasaan senang yang ditunjukkan dengan: mengikuti pelajaran dengan antusias, tidak mengeluh ketika diberi tugas, datangsebelum pelajaran dimulai, menyiapkan buku pelajaran dan duduk tenang di dalam kelas.

2) Perhatian dalam belajar ditunjukkan dengan: aktif bertanya di dalam kelas jika ada yang belumdimengerti, aktif menjawab pertanyaan dari guru, memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh, tidak melamun selama proses pembelajaran, tidak mengantuk, tidak mengobrol sendiri saat proses pembelajaran berlangsung, dan tidak menganggu teman yang lain.

3) Ketertarikan pada materi pelajaran dan guru, meliputi :giat membaca buku pelajaran, menanyakan kesulitan yang dialami kepada guru, membuat catatan mengenai materi yang disampaikan, bersedia mengerjakan tugas yang diberikan guru,dan membaca buku dari sumber lain sesuai dengan materi yang sedang dipelajari.

4) Keterlibatan siswa dalam pelajaran, meliputi: aktif menyampaikan pendapat dalam diskusi, bersedia membantu teman lain yang mengalami kesulitan dalam belajar, mau


(37)

bekerjasama dengan kelompok, bersedia maju ke depan mengerjakan tugas, mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Untuk membuat siswa merasa senang dan inisiatif mengikuti proses pembelajaran, materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Siswa usia SD memiliki karakteristik yang membedakan mereka dengan siswa di tingkatan sekolah lainnya

j. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Pada usia anak-anak hingga remaja, manusia mengalami perkembangan kemampuan kognitif. Menurut Piaget dalam Isjoni (2010:36), terdapat empat tahap perkembangan kognitif yang akan dilalui oleh anak yaitu:

1) Tahap Sensorimotor ( 0-2 tahun) 2) Tahap Praoperasional (2-7 tahun)

3) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun) 4) Tahap Operasional Formal ( 11 - dewasa)

Anak kelas V SD masuk dalam tahap operasional konkret. Ciri utama dari tahap ini adalah anak sudah menggunakan aturan-aturan yang logis dan jelas. Anak sudah mempunyai kecakapan berpikir secara logis, namun hanya pada benda-benda konkret. Menurut Budiningsih (2004:38-39), operasional merupakan tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran di dalam dirinya. Kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam diri anak sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah mampu berpikir dengan model ‘kemungkinan’ ketika melakukan kegiatan tertentu dan dapat menggunakan hasil yang sudah dicapai sebelumnya. Mereka dapat menangani sistem klasifikasi.


(38)

Walaupun anak sudah dapat melakukan pengelompokan, pengklasifikasian, dan pengaturan masalah, ia masih belum sepenuhnya menyadari ada prinsip-prinsip yang terdapat di dalamnya. Untuk menghindari keterbatasan berpikir, anak perlu mendapatkan gambaran konkret sehingga dapat memahami personalan. Namun anak usia 7-12 tahun masih mempunyai masalah dengan berpikir abstrak.

Anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) memasuki masa kanak-kanak akhir. Menurut Sumantri dan Sukmadinata dalam Wardani (2012:1), anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik senang bermain, senang bekerja dalam kelompok, senang bergerak, dan senang melakukan sesuatu secara langsung.

Poerwanti (2005:44) mengungkapkan bahwa pada masa usia sekolah dasar juga disebut sebagai masa bermain. Anak memiliki dorongan keluar rumah dan bergabung dengan kelompok sebaya. Kondisi fisik memungkinkan anak untuk memasuki dunia permainan dan mempunyai dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, simbol, logika, dan sebagainya

Menurut Suryabrata dalam Djamarah (2008:124), masa usia sekolah dasar dibagi menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Penjelasan lengkapnya diuraikan sebagai berikut: 1) Masa Kelas Rendah

Masa kelas rendah adalah anak usia 6-9 tahun. Beberapa sifat khas anak pada usia tersebut meliputi:

a) Ada korelasi positif antara kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi di sekolah

b) Memiliki sikap patuh terhadap peraturan-peraturan permainan tradisional


(39)

d) Senang membanding-bandingkan diri sendiri dengan anak lain

e) Belum menganggap soal sebagai hal yang penting

f) Pada usia 6-8 tahun anak menginginkan nilai yang baik tanpa memperhatikan apakah prestasinya layak mendapat nilai baik atau tidak

2) Masa Kelas Tinggi

Masa kelas tinggi sekolah dasar adalah usia 10-12 tahun. Berikut ini adalah beberapa sifat khas anak pada rentang usia ini

a) Memiliki minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. Ini menimbulkan kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan – pekerjaan yang praktis

b) Sangat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar

c) Menjelang akhir masa ini, sudah timbul minat terhadap hal dan mata pelajaran tertentu

Dari semua itu diketahui bahwa anak usia sekolah dasar senang bekerja dalam kelompok, berminat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, dan memiliki dorongan mental untuk mempelajari konsep serta logika. Salah satu model pembelaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut adalah pembelajaran kooperatif.

2. Model Cooperative Learning

Setiap anak memiliki latar belakang, motivasi, dan kemampuan yang berbeda-beda. Pembelajaran kooperatif berusaha untuk mengakomodasi perbedaan ini dengan membangun kerjasama antar siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa dilatih untuk saling berbagi dan bertanggung jawab. Proses pembelajaran kooperatif tidak akan hanya memudahkan siswa dalam memahami materi yang diberikan, tetapi juga meningkatkan hubungan sosial antar siswa.


(40)

Pembelajaran kooperatif adalah falsafah tentang tanggung jawab pribadi dan sikap saling meghormati antar siswa. Siswa bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan dukungan kepada siswa (Suprijono, 2009:54).

Menurut penjelasan Rusman (2011:204), pembelajaran kooperatif merupakan teknik pengelompokkan di mana siswa di dalamnya bekerja dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan terarah pada tujuan bersama. Abdulhak dalam Rusmawan (2010:203) memiliki pendapat yang hampir sama yaitu pembelajaran kooperatif dilakukan melalui sharing antar peserta belajar sehingga dapat menciptakan pemahaman bersama di antara peserta belajar tersebut. Rusmawan (2010:2014) menjelaskan bahwa ada empat hal penting dalam model pembelajaran kooperatif yaitu: adanya siswa dalam kelompok; minat dan bakat siswa; terdapat upaya belajar dalam kelompok; dan terdapat kompetensi yang wajib dicapai oleh kelompok

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengajak siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota dimana anggota-anggota tiap kelompok bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan interaksi yang luas antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. a. Unsur-Unsur Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok pada umumnya. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2002:30) menyatakan bahwa Cooperative Learningterdiri dari lima unsur yaitu

1) Positive Interdependence: Pembelajaran kooperatif menimbulkan saling ketergantungan yang bersifat positif antar anggota dalam kelompok. Setiap anggota kelompok saling melengkapi satu sama lain.


(41)

2) Personal Responsibility: Tanggung jawab individu muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Pembelajaran kooperatif pada dasarnya bertujuan agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang diberikan. Setelah mengikuti belajar setiap anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

3) Face to Face Promotive Interaction: Setiap kelompok belajar mendapat kesempatan untuk berdiskusi dan saling mengungkapkan pendapatnya. Dari proses ini, siswa dilatih untuk menghargai perbedaan dan saling melengkapi satu sama lain.

4) Interpersonal Skill: Keberhasilan dalam pembelajaran kooperatif juga dipengaruhi oleh kemampuan anggota kelompok untuk saling mendengarkan dan berbagi pendapat. 5) Group Processing: Setiap kelompok memerlukan waktu khusus

untuk melakukan evaluasi terhadap proses kerja kelompok. Kegiatan evaluasi akan membantu kelompok agar dapat menghasilkan kerjasama yang lebih efektif untuk tugas selanjutnya.

b. Ciri-ciri Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri khas yang membedakan model pembelajaran ini dengan model pembelajaran yang lain. Menurut Ibrahim dalam Taniredja (2010:100) pembelajaran kooperatif memiliki 4 ciri-ciri, yaitu: a) Siswa bekerja dalam kelompok untuk memahami materi pembelajaran yang diberikan, b) Kelompok terdiri dari anggota yang heterogen, c) Jika memungkinkan, anggota kelompok sebaiknya juga beragam dari segi suku, ras, budaya, dan jenis kelamin, d) Penghargaan lebih mengarah pada kelompok untuk menghindari kecemburuan anggota kelompok.


(42)

Pembelajaran kooperatif menurut berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Perbedaan atau ciri khas tersebut menurut Rusman (2011:206) nampak dari proses pembelajaran yang lebih difokuskan pada proses kerjasama dalam kelompok. Proses pembelajaran tidak hanya bertujuan untuk meningkatkaan kemampuan akademik di bidang penguasaan materi tetapi terdapat unsur kerjasama untuk menguasai materi tersebut

c. Tujuan Cooperative Learning

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tujuaan pembelajaran. Johnson & Johson dalam Trianto (2010:57) mengungkapkan bahwa tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah untuk memaksimalkan belajar siswa dalam rangka meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok. Sementara itu menurut Ibrahim (2009:7), tujuan pembelajaran kooperatif terdiri dari tigs tujuan yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan performa siswa dalam tugas-tugas akademik. Model ini dapat membantu siswa lebih mudah memahami konsep yang sulit

2) Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, kelas sosial, budaya, kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk saling menghargai satu sama lain

3) Mengajarkan keterampilan kolaborasi dan kerjasama pada siswa. Keterampilan tersebut penting karena masih banyak anak muda dan orang dewasa kurang dalam keterampilan sosial d. Teknik-teknik Cooperative Learning

Menurut Slavin (2008) Model Cooperative Learning terdiri dari beberapa teknik dengan ciri khas masing-masing dan langkah yang berbeda. Teknik dalam Cooperative Learning di antaranya adalah:


(43)

1) STAD (Student Team Achievement Division): Teknik ini melibatkan 4-5 anggota kelompok secara heterogen dan antar anggota saling bekerjasama membantu untuk menguasai materi ajar melalui diskusi atau tanya jawab antar sesama anggota kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik yang akan dievaluasi setiap satu atau dua minggu sekali untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajari dan mendapatkan penghargaan jika siswa meraih prestasi yang tinggi baik secara individu maupun kelompok

2) NHT (Numbered Head Together): Teknik ini merupakan rangkaian penyampaian materi di mana kelompok menjadi wadah untuk menyatuhkan persepsi siswa terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru. Jawaban tersebut dipertanggungjawabkan oleh siswa dengan nomor permintaan guru dari masing-masing kelompok. Fase NHT meliputi fase bertanya, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab pertanyaan

3) TGT (Teams Games Tournament): Teknik ini merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran dengan menempatkan siswa secara berkelompok dengan anggota 5-6 orang. Siswa mendapatkan LKS yang dipelajari secara berkelompok. Untuk memastikan semua anggota kelompok sudah memahami materi, guru mengadakan permainan akademik di mana setiap kelompok berkompetisi untuk mendapatkan skor tertinggi. Tahap TGT meliputi teams, games, tournament, dan team recognition.

4) TAI (Team Assisted Individualization): Teknik ini merupakan pembelajaran yang memadukan pembelajaran kooperatif dengan individu. Ciri khas dari TAI adalah siswa belajar secara individu dalam memahami materi pembelajaran. Hasil belajar individu dibawa ke dalam kelompok untuk didiskusikan


(44)

bersama. TAI terdiri dari 8 komponen yaitu Placement Test, Teams, Teaching Group, Student Centre, Team Study, Whole Class Unit, Fact Test, dan Team Score and Recognition.

5) Jigsaw: Teknik ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji yaitu siswa melakukan kegiatan belajar dengan bekerjasama bersama siswa ain untuk mencapai tujuan bersama. Beberapa anggota kelompok bertanggug jawab terhadap penguasaan materi belajar dan dapat mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain. Pada teknik Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok asal yang berbeda dan ditugaskan untuk mempelajari serta mendalami topik tertentu untuk dijelaskan pada anggota kelompok asal 6) CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) :

Teknik ini merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis untuk kelas tinggi sekolah dasar. Pembelajaran ini mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeuruh dan mengkomposisikan menjadi bagian-bagian penting. Komponen dalam CIRC meliputi teams, placement test, student creative, team study, team score and recognition, fact test, dan whole class unit.

3. Cooperative LearningTeknik Team Assisted Individualization (TAI) Team Assited Individualization (TAI) merupakan salah satu teknik dalam model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2008:187) Team Assisted Individualization adalah teknik yang mengadaptasi pengajaran terhadap perbedaan individu terkait kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa. Teknik TAI merupakan salah satu upaya merancang sebuah pengajaran individual yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang membuat metode pengajaran individu menjadi tidak efektif. Dengan membuat siswa bekerja dalam kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif dan memiliki tanggung jawab untuk saling membantu teman, guru dapat


(45)

membebaskan diri dari pemberianpengajaran langsung pada sekelompok kecil siswa. Siswa yang berprestasi tinggi membantu teman-temannya yang kesulitan sehingga memberi bantuan khusus pada sesama teman.

Pada pembelajaran kooperatif dengan teknik TAI siswa dikelompokkan secara heterogen. Awalnya, metode ini dirancang untuk mengajarkan matematika untuk siswa kelas 3-6 SD. Dalam perkembangannya, teknik ini mulai dikembangkan untuk mata pelajaran lain (Huda, 2012:123)

Suyatno (2009:57) berpendapat bahwa teknik TAI mengkombinasikan antara manfaat pembelajaran kooperatif dan pembelajaran inividu. Teknik ini juga dapat berdampak untuk membantu memecahkan masalah kesulitan belajar pada individu.

Ciri khas pada pembelajaran yang menggunakan teknik TAI adalah siswa mempelajari materi yang telah disiapkan oleh guru secara individu. Hasil belajar dari masing-masing individu akan dibawa ke dalam kelompoknya untuk dibahas oleh semua anggota kelompok. Dalam hal ini, semua anggota kelompok bertanggung jawab atas pemahaman tiap-tiap individu. Sebelum dibentuk kelompok kooperatif, siswa akan diberi bimbingan atau pengarahan bagaimana aturan dalam pembelajaran dengan teknik TAI. Siswa diajarkan menjadi pendengar yang baik dan dapat membantu temannya yang kesulitan.

Setiap anggota kelompok memiliki tugas yang sama. Siswa yang pandai membantu teman yang lemah. Keberhasilan kelompok lebih diperhatikan daripada penghargaan terhadap individu. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat lebih mengembangkan kemampuannya sedangkan temannya yang lemah akan dibantu untuk memahami permasalahan yang sedang diselesaikan oleh kelompok tersebut.


(46)

a. Komponen Pembelajaran Kooperatif Teknik TAI

Dalam Slavin (2008:195-200) model pembelajaran kooperatif teknik TAI terdiri dari delapan komponen utama, yaitu:

1) Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen. Kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda 2) Placement Test yaitu pemberian tes awal atau pre-test kepada

siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil tes ini menjadi pedoman untuk mengelompokkan siswa secara heterogen.

3) Curriculum Materials yaitu lembar kerja yang berisi materi-materi pembelajaran yang akan dipelajari.

4) Team Study yaitu para siswa diberi materi pembelajaran secara individu. Siswa mengerjakan soal secara individu kemudian membahasnya dengan teman-teman satu kelompoknya.

5) Team Score and Team Recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik dan memberikan penguatan kepada kelompok yang kurang berhasil.

6) Teaching Group yaitu guru memberikan penjelasan materi pokok kepada seluruh siswa. Guru menjelaskan konsep-konsep utama dari materi sebelum siswa mengerjakan tugas secara individu

7) Fact Testyaitu pelaksaan tes berdasarkan fakta yang didapatkan oleh siswa

8) Whole Class Units yaitu guru menyampaikan materi kembali dan diakhiri dengan strategi pemecahan masalah.

b. Sintaks Cooperative LearningTeknik TAI

Langkah-langkah Cooperative Learning teknik TAI menurut Widyantini (2006:9) adalah sebagai berikut:


(47)

1) Guru menyiapkan materi ajar yang akan diberikan kepada siswa.

2) Guru memberikan pre-test kepada siswa.

3) Guru melihat nilai rata-rata siswa untuk menentukan kelompok heterogen.

4) Guru menjelaskan materi secara klasikal kepada semua siswa. 5) Guru membentuk kelompok kecil dengan anggota 5 orang.

Anggota kelompok tersebut dipilih secara heterogen dan terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan.

6) Sebelum masuk ke dalam kelompok, siswa mempelajari sendiri materi yang telah diberikan dan mengerjakan tugas secara individu.

7) Setelah menyelesaikan tugas individu, siswa masuk dalam kelompok dan saling mengoreksi jawaban. Teman yang mampu wajib membantu teman anggota kelompok yang kesulitan. Guru menjadi fasilitator untuk siswa yang memerlukan bantuan.

8) Ketua kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya dan bergantian dengan kelompok yang lain.

9) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman dan memberikan penegasan materi pelajaran yang telah dipelajari. 10) Guru memberikan post test secara individu.

11) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai, peningkatan hasil belajar individual dari skor sebelumnya ke skor berikutnya.

c. Kelebihan Dan Kekurangan Model Cooperative Learning Teknik Team Assisted Individualization (TAI)

1) Kelebihan Teknik TAI

Menurut Slavin (2008: 190) kelebihan dari teknik Team Assisted Individualization diantaranya adalah meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin,


(48)

meningkatkan hubungan sosial antar siswa, melibatkan siswa secara aktif dan memudahkan siswa memahami materi yang diberikan. Dalam pembelajaran dengan teknik TAI, guru dapat mengakomodasi seluruh siswa karena dibantu oleh siswa lain yang mampu membantu temannya. Selain itu, adanya interaksi antar siswa juga membuat hubungan sosial mereka semakin berkembang.

2) Kekurangan Teknik TAI

Walaupun memiliki banyak kelebihan teknik TAI memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalahperlu diberi bimbingan khusus terlebih dahulu dari guru. Hal ini disebabkan karena TAI berbeda dengan pembelajaran klasikal pada umumnya. Selain itu siswa SD cenderung masih memiliki sifat yang egois sehingga perlu diberi pengertian agar mereka mau saling membantu dan tidak bersaing. Kekurangan yang terakhir, TAI memerlukan waktu yang lama untuk menyiapkan dan mengembangkan perangkat pembelajaran

Cooperative Learning teknik TAI mampu mengakomodasi perbedaan individu dan memudahkan siswa untuk memahami materi yang diberikan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat diberikan dengan model pembelajaran ini

4. Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD. Pelajaran ini melatih siswa untuk belajar menalar dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan angka. Menurut Muhsetyo (2008:126) Matematika adalah pemberian pengalaman belajar pada peserta didik melalui aktivitas-aktivitas yang terencana sehingga peserta didik bisa memperoleh kompetensi tentang materi matematika yang dipelajari.


(49)

Menurut James dan James dalam Ruseffendi (2006:27) Matematika adalah ilmu logika tentang susunan, bentuk, dan konsep-konsep yang saling berkaitan satu dengan yang lain dengan jumlah banyaknya terdiri dari tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Sementara itu Soejadi (2000:1) berpendapat bahwa Matematika adalah suatu ilmu yang memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan berpola pikir deduktif.

Sementara itu Ronis (2009:39) berpendapat bahwa Matematika merupakan ilmu yang mengacu pada hubungan keruangan dan geometri, pengukuran, angka, dan penyelesaian masalah. Dari beberapa pengertian matematika di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan.

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas V

Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran Matematika kelas V semester 2 adalah Menggunakan Pecahan dalam Pemecahan Masalah; dan Memahami Sifat-Sifat Bangun dan Hubungan Antar Bangun. Standar kompetensi Memahami Sifat-Sifat Bangun dan Hubungan Antar Bangun dijabarkan menjadi 5 Kompetensi Dasar (KD) yaitu 6.1 Mengidentifikasi sifat Bangun Datar; 6.2 Mengidentifikasi Sifat-sifat Bangun Ruang; 6.3 Menentukan Jaring-jaring Berbagai Bangun Ruang Sederhana; 6.4 Menyelidiki Sifat-sifat Kesebangunan dan Simetri; dan 6.5 Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan Dengan Bangun Datar dan Bangun Ruang Sederhana.

Dari hasil pengamatan, wawancara kepada guru kelas, dan studi dokumensasi nilai rata-rata ulangan harian siswa, peneliti akan meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kalasan pada KD 6.5 Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Bangun Datar dan Bangun Ruang Sederhana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TAI.


(50)

6. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TAI Pada Mata Pelajaran Matematika

Pembelajaran kooperatif teknik TAI adalah salah satu pembelajaran yang cocok untuk mata pelajaran Matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2010: 59) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk memecahkan masalah, mampu berpikir kritis dalam menghadapi masalah, dan menerapkan pengetahuan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kualitas belajar

7. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh dan menganaliis data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Dalam KTSP, penilaian yang dilakukan mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam Permendiknas No. 41 Th. 2007, penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terpogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis, lisan, pengamatan kinerja, atau pengukuran sikap.

Menurut Muslich (2008:91), penilaian KTSP menganut prinsip penilaian yang berkelanjutan untuk mendukung kemandirian siswa dalam belajar, bekerjasama, dan menilai diri sendiri. Oleh sebab itu penilaian dilaksanaan dalam kerangka berbasis kompetensi yaitu dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut, Muslich juga menjelaskan bahwa penilaian berbasis kompetensi harus memperhatikan tiga ranah yakni ranah pengetahuan atau kognitif, ranah sikap atau afektif, dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut dinilai secara proporsional sesuai dengan sifat atau materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa.

Dalam Supratiknya (2012:10), ranah kognitif merupakan kemampuan intelektual siswa dalam berpikir dan memecahkan masalah. Menurut, Syah (1995:51), ranah kognitif sangat berkaitan erat dengan ranah afektif karena pengembangan ranah kognitif menghasilkan


(51)

kecapakan afektif. Ranah afektif menurut Sudjana (2004:53) berhubungan dengan nilai dan sikap. Ranah afektif mencakup perilaku seperti minat, emosi, sikap, dan perasaan. Sementara itu ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar psikomotorik dapat diukur melalui pengamatan tingkah laku siswa.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai pembelajaran kooperatif teknik TAI telah dilakukan oleh beberapa peneliti di antaranya adalah Nugroho (2011), Hadinata (2013), Ardina (2013) dan Kurniawan (2012). Nugroho (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaran kooperatif teknik TAI terhadap prestasi belajar matematika kelas V SD Tunas Daud, Singaraja tahun ajaran 2012/2013. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini adalah jenis quasi eksperimen. Dari hasil penelitian tersebut diperlihatkan bahwa prestasi belajar pada kelas eksperimen yang melakukan pembelajaran dengan teknik TAI memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu 76,1 sedangkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional hanya mendapatkan nilai rata-rata 63,1.

Sementara itu, Hadinata (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh teknik TAI terhadap prestasi belajar IPS kelas IV SD Gugus 4 Bondalem tahun pelajaran 2011/2012. Dari hasil penelitian tersebut kelas eksperimen memiliki prestasi belajar yang lebih baik dengan mean kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol dengan selisih 12,90.

Penelitian dengan teknik TAI juga dilakukan oleh Ardina (2013). Penelitian tersebut mengenai penerapan teknik TAI dilihat dari minat dan hasil belajar Matematika kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten. Dalam penelitian tersebut diketahui teknik ini mampu meningkatkan minat belajar siswa dari 56% menjadi 95%.

Kurniawan (2012) melakukan penelitian tentang peningkatan efektivitas pembelajaran Matematika kelas V dengan teknik TAI di SD


(52)

Sidomulyo. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut hasil tes siswa mengalami peningkatan dari 78,26 menjadi 84,36.

Melihat penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin mencoba meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas VA SD Kanisius Kalasan pada mata pelajaran Matematika materi penyelesaian masalah bangun datar dan bangun ruang sederhana dengan Cooperative Learning teknik TAI.

C. Kerangka Berpikir

Minat merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kesuksesan belajar siswa. Siswa yang berminat akan terlibat aktif dalam pelajaran sehingga dapat memahami materi yang diberikan dan dapat mencapai prestasi yang baik. Oleh sebab itu guru perlu meningkatkan minat siswa dalam belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa adalah dengan model pembelajaran kooperatif teknik TAI (Team Assisted Individualization).

Nugroho (2011) Pengaruh pembelajaran pembelajaran kooperatif teknik TAIterhadap prestasi belajar matematika kelas V Hadinata (2013)

Pengaruh teknik TAI terhadap prestasi belajar IPS kelas IV SD

Kurniawan (2012) Peningkatan efektivitas pembelajaran Matematika kelas V SD dengan teknik TAI

Ardina (2013)

Penerapan TAI dilihat dari minat dan hasil belajar Matematika pada kelas VIII SMP

Yang diteliti:

Peningkatan minat dan prestasi belajar

Matematika kelas V SD dengan teknik TAI


(53)

Dalam teknik TAI siswa dapat bekerja sama dengan temannya dalam suasana gotong royong dimana setiap anggota saling membantu dan bertanggung jawab dengan kemampuan anggota yang lain. Dengan menjadi tutor sebaya bagi temannya, siswa yang berprestasi tinggi dapat lebih memahami materi pelajaran karena ia bisa memberi pada temannya sedangkan siswa yang kesulitan belajar menjadi memahami materi yang selama ini belum dipahami saat diberikan oleh guru. Selain dapat saling membantu, proses pembelajaran matematika dengan teknik TAI juga dapat mengembangkan hubungan sosial antar siswa.

D. Hipotesis Tindakan Model Cooperative LearningTeknik TAI

Berdasarkan penelitian sebelumnya, kajian pustaka, dan kerangka berpikir di atas, peneliti memiliki hipotesis sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TAIdapat meningkatkan minat belajar matematika pada siswa kelas VA SD Kanisus Kalasan semester genap tahun ajaran 2013/2014.

2. Model Pembelajaran Kooperatif TeknikTAI dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VA SD Kanisius Kalasan semester genap tahun ajaran 2013/2014.


(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang jenis penelitian, setting penelitian, rencana penelitian, persiapan, rencana tindakan tiap siklus, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan indikator keberhasilan

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Mulyasa (2006:11) penelitian tindakan kelas merupakan upaya untuk mencermati kegiatan belajar dari sekelompok siswa dengan memberikan tindakan yang sengaja dimunculkan oleh guru, oleh guru bersama dengan siswa, atau oleh siswa dengan bimbingan dan arahan dari guru yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Jadi PTK dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar sekelompok peserta didik. Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi masalah kurangnya pemahaman siswa terhadap materi ‘Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Bangun Datar dan Bangun Ruang Sederhana pada pelajaran Matematika. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelasVA SD Kanisius Kalasan dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative LearningteknikTeam Assisted Individualization (TAI).

Model penelitian tindakan kelas yang dipilih oleh peneliti adalah model Kemmis and McTaggart. Dalam Kusumah dan Dwitagama (2008:21), Kemmis dan Taggart menjelaskan bahwa model penelitian ini terdiri dari perencanaan sebelum melakukan penelitian, dan disertai dengan tindakan dan pengamatan pada saat penelitian. Setelah itu ada refleksi dari seluruh kegiatan yang telah dilakukan dan membuat rancangan lagi apa


(55)

yang akan direncanakan

Kemmis and Taggart digambarkan sebagai berikut

Gambar 1. Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart 1. Plan/ Perencanaan

Rencana peneliti dalam belajar Matematika Peneliti menyiapkan pembelajaran

melaksanakan tindakan 2. Act/ Tindakan

Tahap kelas sesuai prestasi belajar teknik TAI pada berkaitan dengan dengan rancangan disiapkan oleh peneliti 3. Observation

Tahap dampak dari dilakukan selama

akan direncanakan untuk tindakan berikutnya. Model Kemmis and Taggart digambarkan sebagai berikut

Gambar 1. Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart / Perencanaan

Rencana tindakan mencakup tindakan yang akan peneliti dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan proses belajar Matematika kelas V dengan Cooperative Learning Peneliti menyiapkan materi dan membuat rencana

mbelajaran serta instrumen penelitian yang dibutuhkan melaksanakan tindakan

/ Tindakan

Tahap pelaksanaan adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana peneliti untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru melaksanakan pembelajaran teknik TAI pada pelajaran Matematika materi pemecahan berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana dengan rancangan pembelajaran, media, dan penilaian disiapkan oleh peneliti

tion/ Observasi

Tahap observasi adalah tahap dimana peneliti dampak dari tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti. dilakukan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung.

berikutnya. Model penelitian

Gambar 1. Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart

ng akan dilakukan oleh meningkatkan proses dan hasil Learning teknik TAI. rencana pelaksanaan yang dibutuhkan untuk

dilakukan oleh guru meningkatkan minat dan pembelajaran kooperatif pemecahan masalah yang ruang sederhana sesuai penilaian yang telah

peneliti mengamati oleh peneliti. Observasi berlangsung. Peneliti


(56)

mengamati tingkah laku para siswa berdasarkan indikator yang akan diukur yakni mengenai minat belajar siswa selama diberi tindakan dengan model pembelajaran kooperatif teknik TAI

4. Reflect/ Refleksi

Setelah tahap perencanaan sampai tahap observasi selesai, peneliti kemudian melakukan refleksi. Refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada Siklus I, peneliti dapat membuat perencanaan untuk tindakan selanjutnya jika tujuan pada siklus I belum tercapai.

B. Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Kalasan. Peneliti memilih sekolah ini karena berdasarkan pengamatan, guru di sekolah ini belum menggunakan pembelajaran kooperatif teknik TAI dalam pembelajaran Matematika sehingga peneliti ingin mengimplementasikan pembelajaran kooperatif teknik TAI untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan di sekolah tersebut khususnya di kelas V dalam KD “6.5. Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Bangun Datar dan Bangun Ruang Sederhana”. SD Kanisius Kalasan terletak di Jl. Solo KM 12.5, Kringinan, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VA SDK Kalasan Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 32siswa yang terdiri dari 14siswa perempuan dan 18siswa laki-laki

3. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yaitu pada tanggal 15 Mei 2014-29 Mei 2014

4. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi belajar dengan menggunakan model Cooperative Learning teknik Team


(57)

Assisted Individualization (TAI) pada pelajaran Matematika Kompetensi Dasar “6.5. Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Bangun Datar dan Bangun Ruang Sederhana”

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan permasalahan yang dihadapi berasal dari dalam pembelajaran di kelas. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dimana setiap siklus pembelajaran menggunakan tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Data penelitian yang diperoleh peneliti berupa hasil tes ulangan siswa yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada semester I tahun ajaran 2013/2014 ada 65,6% atau 21 dari 32 siswa dan 34,4% atau 11 siswa yang dinyatakan tuntas. Dari data tersebut diperoleh kondisi awal siswa adalah 34,4%.

Selain meningkatkan prestasi belajar, dalam kegiatan observasi peneliti juga menemukan bahwa siswa kurang berminat mengikuti proses pembelajaran Matematika. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara, hasil observasi, dan hasil perhitungan kuesioner minat yang diberikan kepada siswa. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat ada enam siswa yang mengeluh saat diberi tugas, dua orang siswa sering minta ijin ke toilet, enam siswa tidak mau mencatat materi pelajaran, empat siswa sibuk mengobrol sendiri, lima siswa sibuk dengan aktivitas masing-masing yang tidak berhubungan dengan kegiatan belajar, satu siswa menelungkupkan kepala di meja, satu siswa bermain dengan kotak pensilnya, dan dua siswa asyik menggambar di buku tulis.

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian tindakan kelas meliputi:

a. Meminta surat ijin observasi dari kampus yang diminta di sekretarian Prodi PGSD untuk melakukan pengamatan di dalam kelas


(58)

b. Meminta izin kepada kepala sekolah SD Kanisius Kalasan untuk melakukan kegiatan pengamatan di sekolah tersebut

c. Melakukan observasi di kelas VA untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan pembelajaran dan karakteristik siswa di kelas tersebut

d. Melakukan wawancara dengan wali kelas VA

e. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas yaitu kurangnya minat dan rendahnya prestasi belajar Matematika siswa

f. Menyusun rencana tindakan penelitian dalam setiap siklus

g. Menyusun silabus, RPP, LKS, Kisi-Kisi Soal, Instrumen Penelitian, dan Instrumen Penilaian

2. Rencana Tindakan Tiap Siklus a. Siklus I

Siklus I akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Dua kali pertemuan memiliki alokasi waktu 3JP atau 3x40 menit dan satu kali pertemuan memiliki alokasi waktu 2JP atau 2x40 menit.

1) Perencanaan Tindakan

Perencanaan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I adalah menyiapkan segala sesutau yang diperlukan dan akan digunakan dalam penelitian. Peneliti menyiapkan materi ajar pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana, menyiapkan silabus, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), membuat soal evaluasi, menyiapkan lembar pengamatan minat, lembar kuesioner minat, lembar wawancara, menyiapkan tes prestasi belajar yang telah diuji validitas, dan menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.

2) Pelaksanaan Tindakan a) Pertemuan I

Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Setelah itu siswa diberi apersepsi


(59)

tentang materi yang akan dipelajari dalam pertemuan kali ini yaitu tentang memecahkan masalah yang berkaitan dengan bangun datar sederhana. Mengenai bentuk apersepsi yang lebih lengkap dapat dibaca dalam lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Guru menyampaikan SK dan KD serta tujuan pembelajaran.Guru memberikan pretest untuk dikerjakan siswa (Placement Test). Kelas kemudian dibagi menjadi 7 kelompok di mana setiap kelompok ada yang beranggotakan 4 atau 5 siswa (Teams). Guru memberikan instruksi tentang bagaimana mereka harus bekerja dalam kelompok dan harus saling membantu satu sama lain. Sebelum siswa masuk ke dalam kelompok, guru terlebih dahulu memberikan penjelasan materi kepada siswa mengenai pemecahan masalah yang berkaitan dengan bangun datar sederhana dan memberikan beberapa contoh soal (Teaching Group).Siswa diberi LKS dan diminta untuk mempelajari serta mengerjakan soal dalam LKS tersebut secara individu (Curriculum Materials). Setelah selesai mengerjakan LKS semua siswa kemudian masuk ke dalam kelompok dan menyampailkan hasil jawabannya di depan teman-teman satu kelompoknya.

Tiap-tiap anggota kelompok bertugas untuk memeriksa jawaban teman satu kelompoknya. Siswa yang kesulitan menjadi tanggung jawab seluruh anggota kelompok dimana anggota yang mampu wajib membantu temannya yang kesulitan (Team Study). Selama proses pembelajaran, guru memberikan bantuan kepada siswa yang membutuhkan. Setiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Kelompok yang paling kompak dan seluruh anggotanya dapat menjawab pertanyaan dari guru akan mendapatkan penghargaan berupa poin. Guru juga


(60)

memberikan penguatan kepada kelompok yang kurang berhasil (Team Score and Team Recognition). Guru memfasilitasi siswa untuk membuat rangkuman materi pembelajaran dan menegaskan materi yang telah dipelajariserta memberikan pekerjaan rumah.

b) Pertemuan II

Pada pertemuan kedua, guru dan siswa mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdoa. Guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan persegi panjang dan segitiga. Siswa masih berkelompok dengan anggota yang sama dengan kelompok pada pertemuan sebelumnya. Guru menjelaskan tentang cara menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persegi panjang dan segitiga (teaching group). Setelah itu gurumembagikan LKS yang dikerjakan secara individu. Setelah siswa selesai mengerjakan soal dalam LKS, guru meminta setiap kelompok mendiskusikan soal tersebut bersama-sama dalam kelompok yang sama dengan kelompok pada pertemuan sebelumnya. Teman-teman satu kelompok wajib membantu Teman-temannya yang mengalami kesulitan supaya anak yang kesulitan dapat memahami konsep soal tersebut dan cara bagaimana menyelesaikannya (Team Study) . Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan. Guru memberi penghargaan berupa poin kepada kelompok yang paling kompak dan memberikan penguatan untuk kelompok yang belum berhasil (Team Score and Team Recognition). Selajutnya guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari dan guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.


(1)

(2)

162

Dokumentasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

164 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

166 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

0 4 76

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING Peningkatan Kreativitas Belajar Matematika Materi Pecahan Dengan Model Cooperative Learning Pada Siswa Kelas V Sdn Sugihrejo 02 Tahun 2012/2013.

0 0 15

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING Peningkatan Kreativitas Belajar Matematika Materi Pecahan Dengan Model Cooperative Learning Pada Siswa Kelas V Sdn Sugihrejo 02 Tahun 2012/2013.

0 0 20

Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta.

1 11 359

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran matematika kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta.

1 16 359

Peningkatan minat dan prestasi belajar PKn siswa kelas VA SDK Ganjuran melalui penggunaan media audio visual.

0 1 167

Peningkatan minat dan prestasi belajar PKN dengan model Cooperative Learning tipe STAD siswa kelas IVB SDK Ganjuran.

0 0 208

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING

0 0 8

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PKN DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD SISWA KELAS IVB SDK GANJURAN SKRIPSI

0 3 206