adalah mata pelajaran yang abstrak dan sering kali dianggap sulit oleh siswa. Matematika memerlukan pemikiran yang kritis, ketelitian dan penalaran. Siswa
yang tidak senang atau tidak bisa dalam pelajaran matematika merasa malas dan
tidak memiliki minat untuk mengikuti pemebelajaran.
Masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran matematika membuat peneliti untuk mencoba menciptakan pembelajaran yang inovatif untuk dapat
membangun minat siswa dalam pelajaran matematika agar prestasi siswa dapat meningkat dan siswa belajar dengan senang. Pendekatan PBL merupakan
pendekatan yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika.
Pendekatan PBL juga diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa, karena kelebihan PBL adalah siswa akan terbiasa menghadapi
masalah dan tertantang untuk menyelesaikan masalah tidak hanya terkait dengan pembelajaran di kelas tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan
sehari-hari, dengan pendekatan ini dapat memupuk interaksi sosial siswa karena terbiasa berdiskusi kelompok. Pendekatan PBL juga akan semakin mengakrabkan
guru dengan siswa.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas, maka peneliti mengemukaan hipotesis
sebagai berikut : 2.4.1
Penggunaan pendekatan Problem Based Learning PBL dalam upaya
peningkatan minat dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SDK Wirobrajan I Yogyakarta ditempuh dengan langkah-
langkah sebagai berikut: a orientasi pada masalah; b mengorganisasi siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk belajar; c membimbing pengalaman individukelompok; d mengembangkan dan menyajikan hasil karya; e menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. 2.4.2
Penerapan penggunaan pendekatan Problem Based Learning PBL dapat
meningkatkan minat belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas
VB SDK Wirobrajan I Yogyakarta. 2.4.3
Penerapan penggunaan pendekatan Problem Based Learning PBL dapat
meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas
VB SDK Wirobrajan I Yogyakarta.
33
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III ini peneliti membahas tentang sembilan bagian yaitu jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, validasi, reliabilitas dan indeks kesukaran, teknik analisis data dan jadwal penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian digunakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas PTK. Penelitian tindakan kelas menurut Kusumah 2009: 9 adalah sebuah
penelitian yang dilakukan oleh guru kelas dengan melakukan perencanaan terlebih dahulu, lalu melaksanaan perencanaan yang telah dibuat dan yang terakhir guru
melakukan refleksi secara kolaboratif dan reflektif dari pembelajaran yang telah dilakukan. Menurut Arikunto
2012: 3 “PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.Kegiatan merefleksi yang dilakukan oleh guru dalam penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki kinerja
guru, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Kemmis
dan MC Taggart dalam Kusumah 2009: 20-21. Desain dari model Kemmis dan
MC Taggart dapat dilihat dari gambar berikut.
Gambar 3.1 Model Kemmis dan MC Taggart
Model yang dikemukakan oleh Kemmis dan MC Taggart terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Menurut
Sukardi 2012: 212-213 penelitian tindakan kelas pada umumnya terdiri dari empat langkah penting yang diuraikan sebagai berikut.
1. Perencanaan Tindakan planning
Perencanaan Tindakan planning merupakan serangkaian tindakan terencana yang dapat meningkatkan hal yang telah terjadi dan diamati sebelumnya. Dalam
menyusun perencanaan tindakan harus menekankan pada sifat-sifat strategi yang mampu menjawab tantangan atau masalah yang mucul sehingga rencana tindakan
harus berorientasi kedepan. Hal-hal yang disusun dalam perencanaan tindakan diantaranya terkait tentang
pendekatan pembelajaran, metode pembelajran, teknik atau trategi pembelajaran, media pembelajaran, materi pembelajaran dan sebagainya. Perencanaan tindakan
ini hampir sama dengan persiapan yang perlu dilakukan ketika akan melakukan kegiatan belajar mengajar.
2. Pelaksanaan Tindakan acting
Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan dari tindakan yang telah direncanakan yang dapat meliputi strategi pembelajaran, materi ajar, dan
sebagainya. Pelaksanaan tindakan perlu dilakukan secara terkontrol dan seksama dan dilakukan dengan berhati-hati, karena merupakan kegiatan praktis yang
terencana dan dibantu atau mengacu pada rencana yang rasional dan terukur. 3.
Pengamatan observing Pengamatan atau observasi merupakan tindakan mendokumentasi implikasi
tindakan yang yang diberikan kepada subjek penelitian. Pengamatan dapat dilakukan sendiri oleh peneliti maupun dengan berkolabolator. Pada saat kegiatan
pengamatan, peneliti mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi selama penelitian.
Pengamatan atau observasi perlu dilakukan dengan hati-hati untuk mangatasai keterbatasan tindakan yang diambil oleh peneliti. Pengamatan yang
baik adalah pengamatan yang fleksibel dan terbuka dalam mengamati hal-hal yang terjadi dalam penelitian.
4. Refleksi reflecting
Langkah keempat dalam penelitian tindakan kelas adalah refleksi. Refleksi merupakan sarana yang digunakan untuk melakukan pengkajian kembali tindakan
yang telah dilakukan peneliti terhadap subjek penelitian yang telah dicatat melalui kegiatan pengamatan atau observasi. Dalam kegiatan refleksi peneliti
berusaha mencari alur pemikiran yang logis untuk menyelesaikan masalah dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hambatan yang muncul dalam perencanaan dan tindakan. Hasil kegiatan refleksi dapat menimbulkan kemungkinan yang terjadi terhadap subjek penelitian,
misalnya diberhentikan, dimodifikasi atau dilanjutkan ketingkatan selanjutnya. Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut menurut Arikunto
2012: 20-21 adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus. Siklus yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang kembali ke langkah sebelumnya. Jangka waktu
yang dibutuhkan untuk satu siklus menyesuaikan dengan materi yang dilaksanakan dengan cara tertentu.
Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menggunakan dua siklus, yaitu jika sudah selesai dengan siklus satu dan peneliti sudah mengetahui letak
keberhasilan dan hambatan maka peneliti merancang siklus kedua, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus sebelumnya.
3.2 Setting Penelitian