asuh permissive akan meningkatkan kecerdasan emosional remaja sebesar 0,170. Selanjutnya, variabel pola asuh uninvolved memperoleh
nilai β= -0,339 yang berarti, peningkatan satu poin pada pola asuh uninvolved akan menurunkan kecerdasan emosional remaja sebesar
0,170. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh
positif signifikan dari pola asuh authoritative pada kecerdasan emosional remaja”. Tabel 24 menunjukkan hasil analisis regresi linear pola asuh
authoritative dengan kecerdasan emosional memperoleh nilai β=0.301,
p=0.024. Berdasarkan taraf signifikansi sebesar 0.05 maka hipotesis pertama diterima, yang artinya terdapat pengaruh positif signifikan dari
pola asuh authoritative pada kecerdasan emosional remaja. Hipotesis kedua adalah “Terdapat pengaruh negatif signifikan dari
pola asuh authoritarian pada kecerdasan emosional remaja”. Hasil regresi
linier dari pola asuh authoritarian dengan kecerdasan emosional memperoleh nilai
β=0.444, p=0.001. Berdasarkan taraf signifikansi 0.05 maka hipotesis kedua ditolak, yang berarti terdapat pengaruh positif
signifikan dari pola asuh authoritarian pada kecerdasan emosional remaja. Hipotesis ketiga adalah “Terdapat pengaruh negatif signifikan dari
pola asuh permissive pada kecerdasan emosional remaja”. Hasil
perhitungan regresi linier antara pola asuh permissive dengan kecerdasan emosional memperoleh nilai
β=0.170 , p=0.265. Berdasarkan taraf PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
signifikansi 0.05 maka hipotesis ketiga ditolak, yang artinya pola asuh permissive tidak berpengaruh signifikan pada kecerdasan emosional
remaja. Hipotesis keempat adalah “Terdapat pengaruh negatif signifikan
dari pola asuh uninvolved pada kecerdasan emosional remaja”. Hasil
perhitungan regresi linier antara pola asuh uninvolved dengan kecerdasan emosional memperoleh nilai
β=0.339 , p=0.026. Berdasarkan taraf signifikansi 0.05 maka hipotesis keempat diterima, yang artinya terdapat
pengaruh negatif signifikan dari pola asuh uninvolved pada kecerdasan emosional remaja.
Tabel 22 Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .464
a
.216 .195
14.316 a. Predictors: Constant, Uninvolved, Authoritative, PERMISSIVE, Authoritarian
b. Dependent Variable: Kecerdasan Emosional
Tabel 22 menunjukkan bahwa pola asuh orang tua memberikan pengaruh sebesar 21.6 pada kecerdasan emosional remaja. Sedangkan
78 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sementara itu, sumbangan efektif untuk masing-masing variabel didapatkan dengan menghitung sumbangan efektif dengan menggunakan
rumus sumbangan efektif Widiarso, 2010 :
Keterangan : b
ₓᵢ
= Koefisien b komponen x Pola asuh
CP = Cross product komponen x terlampir di halaman 133 Regression = nilai regresi
R² = sumbangan efektif total
Tabel 23 Sumbangan Efektif Pola Asuh Orang Tua Pada Kecerdasan Emosional
Jenis Pola Asuh Sumbangan Efektif
Authoritative 6,0
Authoritarian 11,3
Uninvolved 4,3
Total Sumbangan Efektif 21.6
SE
ₓᵢ
= b
ₓᵢ × CP × R²
Regression
× 100
D. Pembahasan
Pembahasan mengenai hasil analisis regresi antara variabel dependen yaitu kecerdaasan emosi dengan variabel independen yaitu pola asuh
authoritative, authoritarian, permissive, dan uninvolved. 1.
Prediksi pola asuh authoritative pada kecerdasan emosional remaja. Hasil pengujian hipotesis menggunakan teknik regresi linear
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan dari pola asuh authoritative pada kecerdasan emosional remaja
β=0.301, p=0.024. Hasil penelitian ini sekaligus menyempurnakan penelitian sebelumnya
yang menemukan tidak terdapat pengaruh signifikan dari pola asuh authoritative pada kecerdasan emosional remaja Sapurti, 2014.
Meskipun hasil penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, Goleman dalam bukunya yang berjudul
“Emotional Intelligence” 1996 mengungkapkan bahwa faktor yang paling berpengaruh pada pembentukan kecerdasan emosional adalah
keluarga. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa pola asuh orang tua memiliki pengaruh positif signifikan pada kecerdasan emosional remaja.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang berjudul “Adolescents’ Emotional Intelligence and Parental Styles”. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa perkembangan tingkat kecerdasan emosional dipengaruhi oleh pola asuh authoritative Nastas Sala, 2012.
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdollahi, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Talib dan Motalebi 2013 yang menemukan bahwa pola asuh yang memberikan afeksi kepada remaja merupakan faktor terkuat yang
memprediksi kecerdasan emosional. 2.
Prediksi pola asuh authoritarian pada kecerdasan emosional remaja. Hasil regresi linier antara pola asuh authoritarian dan kecerdasan
emosional memperoleh nilai β=0.484, p= 0.000. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak. Pola asuh
authoritarian berpengaruh positif signifikan pada kecerdasan emosional remaja.
Penelitian-penelitian mengenai dampak dari pola asuh authoritarian menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian di negara Amerika
memperlihatkan bahwa remaja yang diasuh dengan pola asuh authoritarian cenderung memiliki perilaku negatif, depresif, dan
ketidakmampuan dalam mengambil keputusan Dwairy, 2006. Penelitian yang dilakukan pada remaja di negara China memperlihatkan bahwa
remaja yang mendapatkan pengasuhan dari orang tua authoritarian tidak terkait dengan dampak perkembangan negatif Dwairy et al, 2006.
Fuligni, Hughes, dan Way 2009 mengungkapkan bahwa bahwa faktor budaya turut mempengaruhi dampak positif atau negatif yang ditimbulkan
oleh pola asuh authoritarian. Di negara timur, individu lebih tergantung secara emosional dan
finansial kepada orang tua, serta mengikuti keluarga Kagticibasi, 2005; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Markus dan Kitayama, 1991; Triandis et al., 1998. Sementara itu, Penelitian yang dilakukan oleh Baldwain di negara India dalam Dwairy,
2007 menemukan bahwa remaja yang mendapatkan pola asuh authoritarian memiliki kompetisi untuk melindungi diri terhadap resiko
negatif dari lingkungan. Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian Kurniasih 2013
menemukan bahwa pola asuh authoritarian cenderung memiliki pengaruh yang positif pada regulasi emosi pada remaja. Hal ini dikarenakan orang
tua yang berada di kebudayaan timur seperti Indonesia cenderung menerapkan pola asuh authoritarian, dimana orang tua memberikan
batasan, tuntutan, arahan, dan aturan kepada putraputri mereka yang sedang beranjak remaja.
3. Prediksi Pola Asuh Permissive pada Kecerdasan Emosional Remaja
Hasil regresi linier antara pola asuh permissive dengan kecerdasan emosional memperoleh nilai
β=0.170, p=0.265. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis ketiga ditolak. Nilai signifikansi lebih dari 0.05
menunjukkan bahwa pola asuh permissive tidak berpengaruh signifikan pada kecerdasan emosional remaja.
Pola asuh permissive ditandai dengan keterlibatan orang tua yang sangat tinggi pada remaja, tetapi memberikan sedikit tuntutan atau
kontrol kepada mereka. Orang tua permissive mengijinkan remaja untuk melakukan apa saja yang ingin mereka lakukan Baumrind dalam
Santrock, 2012. Remaja yang diasuh menggunakan pola asuh permissive tidak pernah belajar untuk mengontrol diri dan perilaku mereka. Hal ini
disebabkan remaja selalu mendapatkan apa yang kereka inginkan. Orang tua terlalu mudah memberikan ijin bahkan tidak menentukan batasan-
batasan berperilaku. Akibatnya anak tidak belajar untuk mengengatur emosi mereka Gottman De Claire, 2008. Salah satu ciri kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk mengatur emosi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola asuh permissive berpengaruh negatif pada
kecerdasan emosional remaja Meskipun peneliti menduga bahwa pola asuh permissive berpengaruh
negatif pada kecerdasan emosional remaja, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pola asuh permissive tidak berpengaruh pada
kecerdasan emosional. Peneliti menduga bahwa penyebab ditolaknya hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah linearitas data. Hal ini
disebabkan pengambilan keputusan uji asumsi linearitas pada variabel pola asuh permissive ditentukan berdasarkan deviation from linearity.
sehingga hasil dari regresi linear kurang mampu untuk mengungkap hubungan data secara cermat. Hal ini mungkin terjadi ketika hubungan
antara variabel dependen dan independen fit dengan garis linier. Sekalipun tidak seluruh variasi dari hubungan ini dapat dijelaskan dengan
garis linier. Dalam hal ini, jika deviation from linearity signifikan, maka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bagian lain variasi hubungan antarvariabel tidak mengikuti garis linier Santoso, 2010.
4. Prediksi pola asuh uninvolved pada kecerdasan emosional remaja.
Hasil regresi linier antara pola asuh uninvolved dengan kecerdasan emosional memperoleh nilai β=0.484, p=0.000 yang berarti terdapat
pengaruh negatif signifikan dari pola asuh authoritarian pada kecerdasan emosional remaja.
Rohner, Khaleque, dan Cournoyer 2009 menyebutkan bahwa remaja yang mempersepsi penolakan dari orang tua cenderung mengalami
masalah perilaku, bertemperamen buruk, dan berempati rendah. Dengan demikian, remaja yang mendapatkan pola asuh uninvolved rentan
mengalami ketidakstabilan emosi, kesulitan mengekspresikan perasaan dan sulit membangun relasi dengan orang lain. Salah satu ciri individu
yang memiliki
kecerdasan emosional
tinggi adalah
mampu mengekspresikan perasaan, serta meregulasi emosi secara positif untuk
membangun hubungan dengan orang lain. Dapat disimpulkan bahwa remaja dengan pola asuh uninvolved memiliki kecerdasan emosional
yang rendah. Salah satu faktor pembentuk kecerdasan emosional adalah interaksi
dengan orang tua. Orang tua dengan pola asuh uninvolved sangat jarang membangun komunikasi dengan remaja. Orang tua lebih memilih
melakukan hal-hal yang bersifat pribadi daripada meluangkan waktu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bersama remaja. Remaja dengan pola asuh uninvolved merasakan penolakan dari orang tua sehingga rentan mengalami depresi. mereka
juga mengalami kesulitan mengekspresikan perasaan terhadap orang- orang di sekitarnya Mirsa, 2003.
Hasil analisis regresi menunjukkan hasil bahwa pola asuh authoritative, authoritarian, dan uninvolved berpengaruh signifikan pada
kecerdasan emosional. Selain itu, penelitian ini juga mendapatkan hasil yang tak terduga serendipity bahwa pola asuh authoritarian
berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosional. Nilai koefisien β=0.444 memperlihatkan bahwa pola asuh authoritarian memiliki
peranan prediktor terbesar terhadap kecerdasan emosional. Meskipun hasil penelitian menunjukkan dampak negatif dari pola asuh
authoritarian terhadap kecerdasan emosional, hasil penelitian Kurniasih 2013 menunjukkan bahwa pola asuh authoritarian berpengaruh positif
pada regulasi emosi pada remaja. Hal ini disebabkan orang tua dalam kebudayaan timur, seperti Indonesia, cenderung menerapkan pola asuh
authoritarian. Orang tua memberikan batasan, tuntutan, arahan, dan aturan kepada putraputri mereka yang sedang beranjak remaja. Dengan
demikian, pola asuh authoritarian tidak selalu berdampak negatif bagi kecerdasan emosional remaja.
Dapat disimpulkan bahwa sumbangan efektif dari pola asuh orang tua authoritative pada kecerdasan emosional adalah sebesar 6,0,