kulit tersebut eritema. Selain itu dapat juga menyebabkan terjadinya udema, yang dapat diamati dengan terjadinya perbesaran plasma yang membeku pada
daerah yang terluka, dan dipercepat dengan adanya jaringan fibrosa yang menutupi daerah tersebut Irsan, Mangau, Pakki, dan Usmar 2013.
I. Metode Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih
variabel bebas, digunakan dalam percobaan untuk menentukan secara simulasi efek signfikan dari beberapa faktor dan interaksinya. Desain faktorial dikenal
istilah faktor, level, efek, dan respon. Faktor adalah setiap besaran yang mempengaruhi respon. Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Level
yang digunakan pada percobaan dengan metode desain faktorial adalah level rendah dan level tinggi. Efek yang merupakan perubahan respon yang disebabkan
oleh variasi tingkat dari faktor. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya. Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor yang masing-
masing diuji pada level rendah dan level tinggi Bolton, 1997. Persamaan umum yang digunakan dalam desain faktorial adalah:
Y = b + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
12
X
1
X
2 ...........................................................................................................
1 Di mana:
Y = respon hasil atau sifat yang diamati
X
1
X
2
= level bagian A, level bagian B b
= rata-rata dari semua percobaan
b
1
, b
2
, b
12
= koefisien yang dihitung dari hasil percobaan Bolton, 1997.
Metode desain faktorial dua level dan dua faktor ini dibutuhkan empat percobaan 2
n
= 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor. Formula 1 menunjukkan percobaan I, formula A untuk percobaan II,
formula B untuk percobaan III, dan formula AB untuk percobaan IV.
Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level
Formula Faktor A
Faktor B Interaksi
1
- -
+ A
+ -
- B
- +
-
Ab +
+ +
Keterangan: -
= level rendah +
= level tinggi Formula 1
= Formula dengan faktor A level rendah, dan faktor B level rendah Formula A
= Formula dengan faktor A level tinggi, dan faktor B level rendah Formula B
= Formula dengan faktor A level rendah, dan faktor B level tinggi Formula AB = Formula dengan faktor A level tinggi, dan faktor B level tinggi
Berdasarkan persamaan umum yang digunakan dalam desain faktorial, masing-masing faktor maupun efek interaksi dapat dihitung dengan menggunakan
rumus: 1. Efek A
= [a-1+ab-b]2 2. Efek B
= [b-1+ab-b]2 3. Efek interaksi A dan B
= [ab-b+1-a]2
Selain faktor dominan yang berpengaruh dengan metode ini adalah juga dapat diketahui komposisi optimum melalui contour plot superimposed pada level
yang diteliti Bolton, 1997.
J. Landasan Teori