Asam stearat Butylated hydroxyltoluene Triethanolamine TEA

3. Asam stearat

Asam stearat gambar 4 berfungsi sebagai agen pengemulsi serta memberikan tampilan kental pada krim dengan konsentrasi 1-20. Asam stearat berbentuk kristal berwarna putih, sedikit mengkilap, dan terasa berlemak. Asam stearat akan tetap stabil dengan penambahan antioksidan. Asam stearat tidak kompatibel dengan kebanyakan logam hidroksida dan mungkin tidak kompatibel dengan basa, zat pereduksi, dan oksidator Rowe dkk., 2009. Gambar 4. Struktur molekul asam stearat Rowe dkk., 2009

4. Butylated hydroxyltoluene

Butylated Hydroxyltoluene BHT gambar 5 merupakan salah satu komponen pada sediaan yang berfungsi pencegah bau tengik pada krim. BHT berbentuk kristal padat atau bubuk berwarna kuning pucat atau putih dengan bau fenolik. Paparan cahaya, kelembaban, dan panas menyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktivitas. BHT harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. Konsentrasi yang digunakan untuk sediaan topikal yaitu 0,0075-0,1 Rowe dkk., 2009. Gambar 5. Struktur molekul butylated hydroxyltoluene Rowe dkk., 2009.

5. Triethanolamine TEA

Triethanolamine TEA gambar 6 merupakan salah satu bahan yang digunakan sebagai emulsifying agent jika bereaksi dengan asam stearat. Konsentrasi yang dianjurkan sebagai emulsifying agent adalah 2-4. TEA dapat berubah warna menjadi coklat karena paparan cahaya dan udara. Homogenitas TEA dapat dikembalikan dengan pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan. TEA harus disimpan dalam wadah kedap udara dan terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. TEA juga akan bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks. Perubahan warna dan presipitasi dapat terjadi dengan adanya garam logam berat. TEA dapat bereaksi dengan reagen seperti klorida tionil untuk menggantikan gugus hidroksi dengan halogen Rowe dkk., 2009. Gambar 6. Struktur molekul triethanolamine TEA Rowe dkk., 2009

6. Methyl paraben

Dokumen yang terkait

Optimasi tween 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya (aloe barbadensis Mill.) dengan metode desain faktorial.

0 11 108

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan gliserin sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak batang Jarak Cina (Jatropha Multifida L.) dengan aplikasi desain faktorial.

2 9 111

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) dengan aplikasi desain faktorial.

1 7 100

Pengaruh tween 80 sebagai emulsifying agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak batang Jarak Cina (Jatropha.

3 5 121

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan sorbitol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) dengan aplikasi desain faktoria.

3 23 118

Pengaruh tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel antiacne minyak cengkeh (Oleum caryophill) aplikasi desain faktorial.

3 4 98

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial.

0 2 132

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 130

Evaluasi efek tween 80 dan span 80 dalam sediaan krim dengan minyak wijen sebagai fase minyak : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 3 146

Optimasi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent serta carbopol sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel photoprotector ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L.) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

2 4 132