Surfaktan Humektan Stabilitas Fisik

setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai mengandung air tidak kurang dari 60 Syamsuni, 2006. Krim dibedakan menjadi dua yaitu tipe MA dan AM. Tipe krim yang digunakan pada kulit baik MA maupun AM tergantung pada faktor seperti zat terapeutik yang akan dimasukan ke dalam krim dan kemudahan pelepasan dari zat aktif yang digunakan Ansel, 1989. Stabilitas krim akan rusak apabila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim yang zat pengemulsinya tidak tercampur satu sama lain Dirjen POM RI, 1979. Menurut Farmakope IV krim merupakan bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai Dirjen POM RI, 1995. Syarat krim yang baik yaitu tidak tengik, tidak mudah mengiritasi kulit, dan terdistribusi secara merata. Krim merupakan bentuk sediaan yang tidak tembus cahaya. Krim digunakan untuk obat luar Allen, 2002. Jenis-jenis krim terdiri dari 4 yaitu; vanishing and foundation crem, cleanshing and cold cream, massage and emollient cream,dan hand and body cream Dirjen POM RI, 1985.

D. Surfaktan

Surfaktan adalah salah satu emulsifying agent yang mengurangi tegangan antar muka antara minyak dan air dan meminimalkan energi permukaan dari droplet yang terbentuk. Surfaktan memiliki rantai hidrokarbon polar dan non polar di tiap ujugnya sehingga dapat menarik fase minyak dan fase air dengan menempatkan diri diantara kedua fase tersebut Lieberman, Reiger, dan Banker, 1996. Surfaktan dapat dikelompokan menjadi 4 yaitu: anionik sabun alkali, Na- lauril sulfat, kationik senyawa ammonium kuartener, nonionik Tween dan Span, amfoterik protein dan lestisin Syamsuni, 2006.

E. Humektan

Secara klasik, tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk melembabkan stratum korneum: 1 emollient untuk menutupi kondisi bersisik kasar; 2 oklusi untuk mengurangi kehilangan air dari kulit; atau 3 humektan untuk membantu menahan air di kulit. Dua pendekatan terakhir bekerja dengan mempertahankan air dalam stratum korneum, yang akan secara alami hilang dari tubuh dengan Trans-Epidermal Water Loss TEWL. Humektan juga dapat menarik air di lingkungan ke kulit tetapi hanya dalam kondisi kelembaban tinggi. Layden dan Rawlings, 2002. Humektan merupakan senyawa higroskopis yang umumnya larut dalam air dan mudah jika tercuci. Humektan yang biasa digunakan dalam sediaan antara lain gliserol, propilenglikol, dan sorbitol. Humektan dapat mencegah penguapan dan pembentukan lapisan kering pada permukaan produk. Humektan membantu menjaga kelembaban kulit dengan cara menjaga kandungan air pada lapisan stratum korneum serta mengikat air dari lingkungan ke kulit Layden dan Rawlings, 2002.

F. Monografi Bahan

Monografi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim dalam penelitian ini antara lain:

1. Tween 80

Tween 80 atau polysorbate 80 gambar 2 merupakan ester oleat dari sorbitol di mana tiap molekul anhidrida sorbitolnya berkopolimerisasi dengan 20 molekul etilenoksida. Tween 80 berupa cairan kental berwarna kuning dan sedikit pahit. Tween 80 larut dalam air dan etanol 95, namun tidak larut dalam mineral oil dan vegetable oil. Tween 80 mempunyai nilai pH 6-8, dan stabil dalam lautan pada pH 2-12. Tween 80 merupakan surfaktan non-ionik dengan nilai HLB 15,0 yang digunakan sebagai emulsifier pada tipe emulsi minyak dalam air, sehingga membentuk krim tipe MA. Namun jika nilai HLB kurang dari 8 tipe krim yang terbentuk lebih kearah AM. Konsentrasi yang dapat digunaka Tween 80 sebagai emulsifying agent yaitu 1-15 Rowe dkk., 2009. Gambar 2. Struktur molekul Tween 80 Mahdi, Sakeena, Abdulkarim, Abdullah, Sattar, dan Noor, 2011

2. Sorbitol

Sorbitol gambar 3 memiliki rasa manis bersifat higroskopik dan tidak berbau. Sorbitol yang paling sering digunakan yaitu sorbitol 70 karena sudah dalam bentuk larutan. Larutan sorbitol berupa cairan seperti sirup tidak ber- berwarna, jernih dan bersifat netral. Larutan sorbitol tidak untuk diinjeksikan. Sorbitol dengan jumlah 1 g dapat larut pada 0,45 mL air. Sorbitol bersifat inert dan kompatibel jika bercampur dengan bahan tambahan lain. Sorbitol akan relatif aman digunakan karena tidak memiliki sifat iritatif pada kulit. Selain itu sorbitol memiliki kestabilan kelembaban lebih baik dibanding propilen glikol dan gliserol sehingga menghasilkan kenampakan dan rasa yang lebih baik Barel, Marc, dan, Maibach, 2001. Di bawah kondisi 25 C dengan kelembaban 50 memiliki hikroskopisitas 1 mg H 2 O100mg dan kapasitas menahan air sebesar 21 mg H 2 O100mg Layden dan Rawlings, 2002. Gambar 3. Struktur molekul sorbitol Florence dan Attwood, 2011 Sorbitol berfungsi sebagai humektan pada konsentrasi 3-15. Sorbitol dapat stabil pada udara dan tidak membuat gelap campuran apabila suhu meningkat. Sorbitol tidak volatil dan tidak mudah terbakar. Meskipun sorbitol tahan terhadap fermentasi mikroorganisme namun tetap harus diberi pengawet untuk mengatasi hal tersebut, dan disimpan pada plastik, aluminium atau wadah stainless steel Rowe dkk., 2009.

3. Asam stearat

Asam stearat gambar 4 berfungsi sebagai agen pengemulsi serta memberikan tampilan kental pada krim dengan konsentrasi 1-20. Asam stearat berbentuk kristal berwarna putih, sedikit mengkilap, dan terasa berlemak. Asam stearat akan tetap stabil dengan penambahan antioksidan. Asam stearat tidak kompatibel dengan kebanyakan logam hidroksida dan mungkin tidak kompatibel dengan basa, zat pereduksi, dan oksidator Rowe dkk., 2009. Gambar 4. Struktur molekul asam stearat Rowe dkk., 2009

4. Butylated hydroxyltoluene

Butylated Hydroxyltoluene BHT gambar 5 merupakan salah satu komponen pada sediaan yang berfungsi pencegah bau tengik pada krim. BHT berbentuk kristal padat atau bubuk berwarna kuning pucat atau putih dengan bau fenolik. Paparan cahaya, kelembaban, dan panas menyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktivitas. BHT harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. Konsentrasi yang digunakan untuk sediaan topikal yaitu 0,0075-0,1 Rowe dkk., 2009. Gambar 5. Struktur molekul butylated hydroxyltoluene Rowe dkk., 2009.

5. Triethanolamine TEA

Triethanolamine TEA gambar 6 merupakan salah satu bahan yang digunakan sebagai emulsifying agent jika bereaksi dengan asam stearat. Konsentrasi yang dianjurkan sebagai emulsifying agent adalah 2-4. TEA dapat berubah warna menjadi coklat karena paparan cahaya dan udara. Homogenitas TEA dapat dikembalikan dengan pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan. TEA harus disimpan dalam wadah kedap udara dan terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. TEA juga akan bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks. Perubahan warna dan presipitasi dapat terjadi dengan adanya garam logam berat. TEA dapat bereaksi dengan reagen seperti klorida tionil untuk menggantikan gugus hidroksi dengan halogen Rowe dkk., 2009. Gambar 6. Struktur molekul triethanolamine TEA Rowe dkk., 2009

6. Methyl paraben

Pengawet sediaan krim ekstrak etanol batang jarak cina yang digunakan adalah methyl paraben. Methyl paraben gambar 7 berbentuk bubuk kristal berwarna putih dan tidak berbau. Konsentrasi yang digunakan sebagai pengawet pada sediaan topikal sebanyak 0,02-0,3. Methyl paraben pH 3-6 stabil kurang dari 10 dekomposisi sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sedangkan larutan air pada pH 8 atau di atas dikenakan hidrolisis cepat 10 atau lebih setelah penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu kamar Rowe dkk., 2009. Gambar 7. Struktur molekul methyl paraben Rowe dkk., 2009

G. Stabilitas Fisik

Hal yang diperhatikan dalam pembuatan emulsi adalah stabilitas fisiknya. Karakteristik stabilitas fisik tersebut dilihat dari tidak adanya fenomena creaming dan coalescence serta memiliki kenampakan, bau, warna, dan sifat fisik lainnya yang stabil. Creaming merupakan fenomena pemisahan menjadi 2 bagian yaitu fase minyak dan fase air, tetapi bersifat reversible sehingga dapat diredistribusi dengan penggojogan. Coalescence disebabkan karena rusaknya lapisan film di sekitar droplet yang sifatnya irreversible. Peningkatan viskositas dimungkinkan dapat menambah stabilitas dan meminimalisasi coalescence Ansel, 1989. Stabilitas emulsi adalah sifat emulsi tanpa adanya coalescence dan creaming. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi adalah sebahai berikut: 1 Perbedaan berat jenis antara kedua fase, 2 Kohesi fase terdispersi, 3 Presentase padatan di dalam emulsi, 4 Temperatur luar yang ekstrim, 5 Ukuran butiran fase terdispersi, 6 Viskositas fase kontinyu, 7 Muatan fase terdispersi, 8 Distribusi ukuran butiran fase terdispersi, dan 9 Tegangan interfasial antara kedua fase Tran dkk., 2010

H. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Krim

Dokumen yang terkait

Optimasi tween 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya (aloe barbadensis Mill.) dengan metode desain faktorial.

0 11 108

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan gliserin sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak batang Jarak Cina (Jatropha Multifida L.) dengan aplikasi desain faktorial.

2 9 111

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) dengan aplikasi desain faktorial.

1 7 100

Pengaruh tween 80 sebagai emulsifying agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak batang Jarak Cina (Jatropha.

3 5 121

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan sorbitol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) dengan aplikasi desain faktoria.

3 23 118

Pengaruh tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel antiacne minyak cengkeh (Oleum caryophill) aplikasi desain faktorial.

3 4 98

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial.

0 2 132

Optimasi komposisi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent dalam formula emulgel anti-aging ekstrak teh hijau [Camelia sinensis [L.]O.K]: Aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 130

Evaluasi efek tween 80 dan span 80 dalam sediaan krim dengan minyak wijen sebagai fase minyak : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 3 146

Optimasi tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent serta carbopol sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel photoprotector ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L.) : aplikasi desain faktorial - USD Repository

2 4 132