15 STOP WAJIB BERHENTI SESAAT DAN TENGOK
KIRI KANAN SEBELUM MELEWATI PERLINTASAN.
Kedua contoh di atas merupakan tanda verbal yang terdapat pada fasilitas umum. Kedua tanda verbal tersebut menggunakan kalimat perintah. Contoh 14
merupakan kalimat perintah untuk melarang penumpang naik atau turun di area sekitar tanda dan melarang angkutan umum untuk berhenti di area sekitar tanda.
Contoh 15 merupakan kalimat perintah untuk memperingatkan pengendara pengguna tanda agar lebih berhati-hati saat melewati perlintasan rel kereta api.
1.6.2.1.2 Tanda Nonverbal
Berikut ini dipaparkan macam-macam tanda nonverbal. 16
17
Kedua contoh diatas merupakan tanda nonverbal karena hanya berupa gambar. Contoh 16 merupakan gambar garis melengkung ke kanan yang
menyatakan tikungan ke kanan. Contoh 17 merupakan gambar garis vertikal dan garis horizontal yang menyatakan rek kereta api.
1.6.2.2 Jenis Tanda Menurut Charles S. Pierce
Pierce dalam Budiman 2011:78 mengklasifikasikan tanda yang dipandang dari sisi hubungan representamen dengan objeknya. Tanda-tanda
tersebut diklasifikasi oleh Pierce menjadi ikon icon, indeks index, dan simbol symbol.
A. Ikon icon
Ikon icon adalah tanda yang didasarkan atas keserupaan atau kemiripan resemblance di antara representamen dan objeknya, entah objek tersebut betul-
betul eksis atau tidak Budiman, 2011:78. Menurut Baryadi 2007:1, kata ikon berarti arca, patung atau gambar atau patung yang menyerupai contohnya.
Berikut ini contohnya. 18
Gambar di atas merupakan ikon pada toilet umum. Gambar pria mengacu pada lambang pria, yang artinya adalah toilet untuk pria dan gambar wanita
mengacu pada wanita, yang artinya adalah toilet untuk wanita. Gambar pria dan wanita pada toilet umum juga bisa menjadi indeks karena objek yang diacu.
B. Indeks index
Indeks index adalah tanda yang memiliki kaitan fisik, eksistensial, atau kausal di antara representamen dan objeknya sehingga seolah-oleh akan
kehilangan karakter yang menjadiannya tanda jika objeknya dihilangkan atau dipindahkan Budiman, 2011:79.
19
Gambar penunjuk jalan di atas merupakan indeks karena langsung menunjuk pada kedekatan realitas yang diacunya. Berdasarkan kedekatan dengan
realitas tersebut, maka para pengguna tanda langsung dapat memahami arah jalan yang akan dituju ketika melihat penunjuk jalan tersebut.
C. Simbol Symbol
Simbol symbol adalah tanda yang representamennya merujuk pada objek tertentu. Simbol terbentuk melalui konvensi atau kaidah-kaidah, tanpa adanya
kaitan langsung diantara representamen dan objeknya, yang oleh Ferdinand de Saussure dalam Budiman 2011:80 dikatakan sebagai sifat tanda yang
arbitrerthe arbitrary character of the sign. Berikut ini contohnya. 20
Lampu lalu lintas terdiri dari tiga warna, yaitu lampu yang berwarna merah, lampu yang berwarna kuning, dan lampu yang berwarna hijau. Ketiga
warna tersebut memiliki arti yang berbeda-beda. Lampu lalu lintas berwarna merah memberi tanda harus berhenti. Lampu lalu lintas berwarna kuning
memberi tanda agar masyarakat hati-hati dalam berkendara dan lampu lalu lintas berwarna hijau memberi tanda agar para pengendara segera melajukan
kendaraannya. Ketiga warna pada lampu lalu lintas tersebut sudah disepakati bersama oleh para pengguna jalan, sehingga para pengguna jalan sudah
mengetahui apa yang harus dilakukan jika salah satu dari ketiga lampu itu menyala.
21
Gambar gelas dan ular mengacu pada toko obat apotek. Simbol ini telah disepakati bersama sebelumnya sehingga simbol ini menjadi tidak asing lagi bagi
banyak orang.
1.6.3 Pengertian dan Jenis Tuturan
Wijana dan Leech mengemukakan teorinya mengenai jenis-jenis tuturan. Berdasarkan modusnya, Wijana 1996:30 membagi tuturan menjadi dua jenis,
yaitu tuturan langsung dan tuturan tidak langsung. Berdasarkan tujuan sosial, Leech 1993:162 membagi tuturan menjadi empat jenis, yaitu tuturan kompetitif
compettitive, tuturan menyenangkan convivial, tuturan bekerja sama collaborative, dan tuturan bertentangan conflictive. Berikut ini dipaparkan
satu per satu.
1.6.3.1 Jenis Tuturan Berdasarkan Modus
Secara formal, berdasarkan modusnya, tuturan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tuturan langsung dan tuturan tidak langsung. Berdasarkan kedua jenis
tuturan tersebut, jenis kalimat atau tuturan yang terdapat tanda verbal dan gabungan antara tanda verbal dan tanda nonverbal di fasilitas umum dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu kalimat yang bermaksud menyuruh dan melarang. Berikut ini dipaparkan satu per satu.
1.6.3.1.1 Tuturan Langsung
Berikut ini dipaparkan macam-macam jenis tuturan langsung. 22
ANDA MASUK KAWASAN RW. HARAP SOPAN. DILARANG NGEBUT.
23 HARAP PELAN-PELAN
Contoh 22 merupakan jenis tuturan langsung. Berdasarkan maksud kalimatnya, tuturan tersebut merupakan jenis tuturan langsung melarang untuk
ngebut dan ugal-ugalan saat berkendara. Contoh 23 merupakan jenis tuturan langsung. Berdasarkan maksud kalimatnya, tuturan tersebut merupakan jenis
tuturan langsung yang bermaksud menyuruh untuk hati-hati dan pelan-pelan dalam berkendara.
1.6.3.1.2 Tuturan Tidak Langsung
Tuturan tidak langsung ialah tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dijawab secara langsung, tetapi harus segera dilakukan maksud
yang terimplikasi didalamnya Wijana, 1996:31. Berikut ini contohnya. 24
ANDA SOPAN BERKENDARAAN KAMI HORMAT. ANDA SOPAN KAMI SEGAN.
25 ANDA MEMASUKI KAWASAN SOPAN BERKENDARA
Contoh 24 dan 25 diatas merupakan tuturan tidak langsung karena ada maksud yang terimplikasi di dalam tuturan tersebut. Secara tidak langsung,
tuturan 24 dibuat agar pengendara pengguna tanda dapat saling menghormati satu sama lain, terutama dalam hal berkendara. Berdasarkan maksud kalimatnya,
tuturan tersebut merupakan tuturan tidak langsung melarang untuk tidak ngebut saat berkendara. Tuturan 25 merupakan jenis tuturan tidak langsung.
Berdasarkan maksud kalimatnya, tuturan tersebut merupakan jenis tuturan tidak langsung yang bermaksud menyuruh para pengendara atau mitra tutur untuk
berhati-hati dalam berkendara karena akan memasui kawasan sopan berkendara.
1.6.3.2 Jenis Tuturan Berdasarkan Tujuan Sosial
Leech 1993:162 mengemukakan ada empat jenis tuturan sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan sosial berupa pemeliharaan
perilaku yang sopan dan terhormat, yaitu tuturan kompetitif compettitive, tuturan menyenangkan convivial, tuturan bekerja sama collaborative, dan tuturan
bertentangan conflictive. Tuturan kompetitif adalah tuturan yang bersaing dengan tujuan sosial atau tujuan ilousi bersaing dengan tujuan sosial, misalnya
memerintah, meminta, menuntut, melarang, memperingatkan, dan mengemis. Tuturan menyenangkan adalah tuturan yang sejalan dengan tujuan sosial atau
tujuan ilokusi
sejalan dengan
tujuan sosial,
misalnya menawarkan,
mengejakmengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, memaafkan, meminta maaf, dan mengucapkan selamat. Tuturan bekerja sama adalah tuturan
yang tidak menghiraukan tujuan sosial atau tindak ilousi tidak menghiraukan tujuan sosial, misalnya menyatakan, melapor, mengumumkan, memberitahukan,
menginformasikan, dan mengajarkan. Tuturan bertentangan adalah tuturan yang bertentangan dengan tujuan sosial atau tindak ilokusi bertentangan dengan tujuan
sosial, misalnya mengancam, menuduh, menyumpahi, dan memarahi.
1.6.4 Teori Kesopanan
Sebuah tanda verbal memiliki berbagai macam variasi bahasa hanya untuk menyampaikan maksud yang sama. Bahasa yang bervariasi itu tentu mengandung
tingkat kesopanan yang berbeda. Sopan atau tidaknya sebuah tuturan tergantung dari penafsiran masyarakat pengguna tanda. Leech, dalam bukunya yang berjudul
Prinsip-prinsip Pragmatik melontarkan gagasan mengenai prinsip kesopanan politeness principle. Prinsip tersebut terdiri atas enam maksim, yaitu maksim
kearifan tact maxim, maksim kedermawanan generosity maxim, maksim pujian approbation maxim, maksim kerendahan hati modesty maxim, maksim
kesepakatan agreement maxim, dan maksim simpati sympathy maxim Leech, 1993:206.
Maksim Kearifan tact maxim merupakan maksim yang berhubungan dengan tuturan impositif dan komisif. Tuturan imposif adalah tuturan yang
digunakan untuk menyatakan perintah atau suruhan, sedangkan tuturan komisif adalah tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. Maksim
kearifan berpusat pada orang lain, yaitu dengan meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Maksim Kedermawanan
geneorisity maxim merupakan maksim yang berhubungan dengan tuturan impositif dan komisif. Kalau maksim kearifan berpusat pada orang lain, maksim
kedermawanan berpusat pada diri sendiri, yaitu dengan memaksimalkan kerugian diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri.
Maksim Pujian approbation maxim merupakan maksim berkaitan dengan ujaran ekspresif untuk menyatakan sikap psikologis pembicara terhadap
suatu keadaan dan asertif untuk menyatakan kebenaran proposisi. Maksim
pujian memaksimalkan penghormatan dan meminimalkan ketidakhormatan pada orang lain. Maksim Kerendahan Hati modesty maxim merupakan maksim yang
berkaitan dengan ujaran ekspresif untuk menyatakan sikap psikologis pembicara terhadap suatu keadaan dan asertif untuk menyatakan kebenaran proposisi. Bila
maksim pujian berpusat pada orang lain, maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri yaitu dengan memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan
meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.Maksim Kesepakatan agreement maxim merupakan maksim yang berkaitan dengan ujaran ekspresif dan asertif.
Maksim ini berpusat pada setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka dan meminimalkan ketidakcocokan diantara mereka.
Maksim Simpati symphaty maxim merupakan maksim yang berkenaan dengan ujaran ekspresif dan asertif. Maksim ini mengharuskan setiap peserta pertuturan
untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati kepada mitra tutur.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalu tiga tahap, yaitu i pengumpulan data, ii analisis data, iii penyajian hasil analisis data. Setiap tahap dilakukan dengan
metode tertentu. Berikut dijelaskan masing-masing metode pada setiap tahap dalam penelitian ini.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Objek dalam penelitian ini adalah tuturan. Objek ini berada dalam data yang berupa tanda verbal dan gabungan antara tanda verbal dan tanda nonverbal.
Data diperoleh dari tanda verbal dan gabungan antara tanda verbal dan tanda nonverbal yang terdapat pada fasilitas umum yang terletak di Kelurahan
Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak yang diwujudkan
dengan teknik lanjutan yang disebut dengan teknik simak bebas libat cakap. Teknik simak bebas libat cakap ialah penjaringan data yang dilakukan dengan
menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan Kesuma, 2007:44. Dalam penerapan teknik ini, peneliti tidak terlibat langsung
untuk ikut menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali hanya sebagai pemerhati-pemerhati terhadap calon data yang terbentuk dan muncul dari
peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:44. Dalam mengambil data, peneliti hanya mengambil gambar tanda-tanda
di fasilitas umum dengan cara memotret tanda-tanda yang ada.
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, langkah berikutnya adalah analisis data. Metode yang digunakan pada tahap ini adalah metode padan dan metode agih.
Metode padan, yang dapat disebut pula metode identitas, adalah motede analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari
bahasa langue yang bersangkutan atau diteliti Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:47. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam
dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti Sudaryanto dalam Kesuma 2007:54.
Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan referensial dan metode padan pragmatis. Metode padan referensial adalah metode
padan yang alat penentunya berupa referen bahasa. Referen bahasa adalah kenyataan atau unsur luar bahasa yang ditunjuk satuan kebahasaan Kridalaksana
dalam Kesuma, 2007:48. Referen dalam penelitian ini merupakan objek yang diacu oleh tanda, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Berikut ini contohnya.
26
27
28