Ilmu Fikih Kemajuan Bidang Ilmu-ilmu Agama

Munculah ulama yang dikenal dengan sebutan “Empat Imam Mazhab’’, yang menyusun kitab-kitab fiqih terkenal dan mengembangkan fahammazhabnya, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal.

1. Imam Abu Hanifah, karyanya Fiqhu Akbar, Al-Alim Wal Musta’an, dan Al-

Masad. 2. Imam Malik, karyanya Kitab Al-Muwatta’, dan Al-Usul As-Sagir. 3. Imam Syafi’I, karyanya Al-Umm, Al-Ar-Risalah, dan Usul Fiqih.

4. Imam Ahmad Ibnu Hambal, karyanya Al-Musnad, Jami’ As-Sagir, dan Jami’

Al-Kabir. Fuqaha dibagi menjadi dua golongan yaitu : 1. Ahl al-hadis yaitu golongan yang menyadarkan kepada hadis dalam mengambil hukum istinbath al-hukum 2. Ahl-al-Ra’yi adalah golongan yang menggunakan akal di dalam mengambil hokum istinbath al-hukm. Tokoh dalam bidang ini adalah Imam Abu Hanifah. Diantara faktor lain yang sangat menentukan pesatnya perkembangan ilmu fiqh khususnya atau ilmu pengetahuan umumnya, pada periode ini adalah sebagai berikut: 1. Adanya perhatian pemerintah khalifah yang besar tehadap ilmu fiqh khususnya. 2. Adanya kebebasan berpendapat dan berkembangnya diskusi-diskusi ilmiah diantara para ulama. 3. Telah terkodifikasinya referensi-referensi utama, seperti Al-Qur’an pada masa khalifah rasyidin, Hadist pada masa Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz, Tafsir dan Ilmu tafsir pada abad pertama hijriah, yang dirintis Ibnu Abbas w.68H dan muridnya Mujahid w104H dan kitab-kitab lainnya. Semakin berkembangnya kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofis menimbulkan gejolak pemikiran diantara umat Islam, sehingga banyak diantara para pemikir muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain, diantaranya gerakan yang kemudian disebut dengan tasawuf. Ilmu tasawuf adalah ilmu syariat yang inti ajarannya menjauhkan diri dari kesenangan dunia dan mendekatkan diri kepada Allah. Upaya menjauhkan diri dari kesenangan duniawi yang menggoda dan hanya mendekatkan diri kepada Allah dalam tradisi tasawuf dilakukan melalui jalan atau tahapan-tahapan yang disebut maqam. Tahapan atau maqam yang mesti dilalui oleh para sufi adalah: 1. Zuhud, adalah kehidupan yang telah terbebas dari silaunya duniawi. Tokoh yang masuk kategori ini adalah Sufyan As-Sauri 97-161 H716-778 M, Abu Hasyim w. 190 H 2. Mahabbah, adalah rasa cinta yang sangat mendalam kepada Allah SWT. Tokoh terkenal adalah Rabi’ah A-Adawiyah w. 185 H801 M 100

4. Ilmu Tasawuf

3. Ma’rifat, adalah pengalaman ketuhanan. Pada ucapan Zun Nun Al-Misri dan Junaid Al-Baghdadi. Zun Nun Al–Misri lahir di Akhmim pada tahun 155- 245 H 772-860 M. 4. Fana dan baqa, adalah suatu keadaan dimana seorang sufi belum dapat menyatukan dirinya dengan Tuhan sebelum menghancurkan dirinya. Tokoh pertama kali adalah Abu Yazid al-Bustami w.874 M. 5. Ittihad dan hulul, adalah fase dimana seorang sufi telah merasakan dirinya bersatu dengan Tuhan. Tokohnya adalah Abu Yazid al-Bustami Tokoh-tokoh sufi terkenal lainnya, yang memberikan sumbangan besar dalam karya tasawuf adalah: Al-Ghazali diantara karyanya dalam ilmu tasawuf adalah Ihya ulum al-din lmu Tasawuf, al Bashut, al Wajiz; Al Qusyairy wafat 465 H, karyanya: Ar Risalatul Qusyairiyah; Syahabuddin wafat 632 H, karangannya, Awariful Ma’arif. Pada masa Bani Umayyah hanya mengenal dunia syair sebagai titik puncak ekspresi seni, dikarenakan Bani Umayyah sangat resisten terhadap pengaruh selain Arab. Berbeda dengan zaman Abbasiyah interaksi peradaban dan budaya dengan bangsa non Arab, dimana heterogintas etnis, suku bangsa, dan bahasa yang ada dilindungi, membawa pada heterogonitas bahasa dan bentuk sastra. Heterogenitas ini membawa pada kekayaan khazanah Islam pada masa Abbasiyah. Bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara semakin menyebar, dan mendapatkan penyeimbang dari bahasa-bahasa lainnya, seperti bahasa Persia, Turki, dan India. Kemajemukan bahasa membuka ruang bagi tumbuh suburnya karya-karya kesusastraan. Bermunculanlah para sastrawan yang ahli di bidang seni bahasa ini baik puisi maupun prosa. Wilayah kajian sastra tidak hanya puisi dan prosa tetapi sudah meluas dalam bidang karya tulis lainnya. Sastrawan pada masa ini dianggap sebagai gudangnya ilmu pengetahuan. Masa golden age Abbasiah pada berbagai bidang membawa kemajuan pesat dalam bidang sastra. Masa Abbasiyah dapat dikatakan sebagai masa keemasan kesusastraan Muslim masa klasik. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadi perkembangan dunia sastra pada masa dinasti Abbasiyah, yakni 1 stabilitas politik, 2 kemajuan sektor ekonomi kesejahteraan masyarakat, 3 Berkembangnya sistem pendidikan dan meningkatnya semangat pengembangan ilmu pengetahuan, 4 interaksi antar budaya dan peradaban yang semakin meningkat, dan 5 Popularitas para sastrawan, 6 kualitas karya sastra semakin meningkat, dan 7 perkembangan variasi genre sastra, 8 apresiasi masyarakat dan pemerintah yang tinggi terhadap karya sastra. 101 E. Kemajuan Bidang Seni Sastra dan Arsitektur