Abu Bakar Muhammad bin Zakariya Ar-Razi 251-313H864-930M
                                                                                775 M – 785 M dan Harun Ar-Rasyid 786 M – 809 M. Kakeknya, Asy’ats bin Qais, dikenal sebagah salah seorang sahabat Nabi Muhammad  SAW.
Al-Kindi sosok yang dikenal berotak encer. Tiga bahasa penting,  yaitu Yunani,   Suryani,   dan   Arab   dikuasainya,    sebuah   kelebihan   yang   jarang
dimiliki orang pada era itu. Al-Kindi adalah  filosof muslim  pertama,  karena ia adalah orang Islam pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Pada saat
itu, sampai abad ke-7 M, pengetahuan filsafat masih didominasi orang-orang Kristen  Suriah.  Al-Kindi menerjemahkan  dan    menyimpulkan  karya-karya
filsafat  Helenisme.   Ia  juga  dikenal   sebagai  pemikir   muslim   pertama   yang menyelaraskan filsafat dan agama. Al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu
yang mulia. Ia melukiskan filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala kearifan. Filsafat bertujuan untuk memperkuat kedudukan agama
dan merupakan bagian dari kebudayaan Islam.
Al-Kindi  menguasai beragam  ilmu pengetahuan. Karyanya  berjumlah kurang   lebih  270  buah,  yang  dapat  dikelompokkan  dalam  bidang  filsafat,
logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, psikologi, politik, dan meteorologi. Salah satu karya Al Kindi di bidang filsafat adalah
Risalah fi Madkhal al Mantiq bi Istifa al Qawl fih yang berisi tentang sebuah pengatar logika.
Al-Kindi mengalami kehidupan tidak kurang  dari lima periode khalifah Dinasti  Abbasyiah,     yakni,  Al-Amin,  Al-Makmun,  Al-Mu’tasim,  Al-Wasiq
dan Al-Mutawakkil. Dia menjadi salah satu ilmuwan besar sekaligus bukti hidup kegemilangan kebudyaaan Islam era kejayaan Islam Baghdad di bawah
kekuasaan   Dinasti   Abbasiyah.   Ia   juga   diangkat   sebagai   guru   dan   tabib kerajaan. Al-Kindi meninggal pada tahun 869 M.
51
Nama  lengkap  Imam  Al-Ghazali    ialah   Muhammad   bin  Ahmad  Al- Imamul Jalil Abu Hamid Ath Thusi Al-Ghazali,  lahir di Thusi daerah Khurasan
wilayah Persia pada  tahun 450 H 1058 M. Ayah Al-Ghazali  seorang pemintal benang dan ahli tasawuf yang hebat.
Pada   masa   kecilnya   ia   sudah mempelajari   ilmu   fiqh   kepada     Syekh
Ahmad bin Muhammad Ar-Rozakani, teman ayahnya   sekaligus   orang   tua   asuh   Al-
Ghazali. Kemudian   belajar   kepada Imam Abi   Nasar   Al-Ismaili   di   negeri   Jurjan.
Selanjutnya,  ia   berangkat   ke   Nisafur   dan belajar pada Imam Al-Haramain Al-Juwaini,
guru   besar   di   Madrasah   Nizhamiyah Nisafur.    Dengan   cepat  Al-Ghozali   dapat
menguasai  ilmu –ilmu pengetahuan pokok, seperti ilmu matiq logika, falsafah dan fiqh
madzhab Syafi’i. Karena kecerdasannya ini Imam   Al-Haramain   mengatakan   bahwa   al-Ghazali   itu   adalah   ”lautan   tak
bertepi’’.
Setelah Imam Al-Haramain wafat, Al-Ghazali meninggalkan Naishabur Nisafur, pergi ke Mu’askar untuk mengunjungi  Perdana Menteri Nizam Al-
Muluk,   pemerintahan   Bani   Saljuk.   Al-Ghazali     disambut   dengan   penuh kehormatan sebagai seorang ulama besar. Menteri Nizam Al-Muluk akhirnya
melantik  Al-Ghazali   pada   tahun   484   H1091   M,   sebagai   guru   besar   pada perguruan Tinggi Nizamiyah  di kota Baghdad. Al-Ghazali kemudian mengajar
di perguruan tinggi tersebut. Disamping  menjadi guru besar di Nizamiyah, Al- Ghazali       diangkat   sebagai   mufti   untuk   membantu     pemerintah   dalam
menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat.
Al-Ghazali selalu hidup berpindah-pindah,  khususnya untuk mendalami pengetahuan. Setelah dari Baghdad   berangkat ke Syam, menetap hampir 2
dua tahun untuk berlatih     membersihkan diri,     menyucikan hati   dengan mengingat Tuhan dan beri’tikaf di mesjid Damaskus. Kemudian   menuju ke
Palestina untuk mengunjungi kota Hebron dan Jerussalem, tempat di mana para Nabi sejak dari Nabi Ibrahim sampai Nabi Isa mendapat wahyu pertama dari
Allah. Terus berangkat ke Mesir, yang merupakan pusat kedua bagi kemajuan dan kebesaran Islam sesudah Baghdad. Di  Mesir, dari Kairo dilanjutkan   ke
Iskandariyah, selanjutnya ke Mekkah   untuk menunaikan rukun Islam yang kelima   dan   berzirah   ke   kuburan   Nabi   Ibrahim.   Selanjutnya   ia   kembali   ke
Naisabur dan mendirikan Madrasah Fiqh dan  asrama khanqah untuk melatih Mahasiswa-mahasiswa dalam paham sufi.
Al-Ghazali   menulis   banyak   sekali   kitab,   meliputi   bidang   ilmu   yang populer   pada  zamannya,   di  antaranya  tentang   tafsir  al-Qur’an,  ilmu  kalam,
ushul fiqh, fiqih, tasawuf, mantiq, falsafat, dan lain-lain. Beberapa yang sangat
52
                