Sejarah Kemajuan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Al-Biruni juga disebut sejarawan masa Abbasiyah, dia telah menulis buku sejarah yang berjudul Chronology. 96 Dalam tradisi Islam, ilmu bumi tidak bisa dipisahkan dengan astronomi. Ahli bumi pertama dalam sejarah ilmuawan muslim adalah Hisyam Al–Kalbi abad ke 9 M, dengan studinya tentang kawasan Arab. Berkembangnya geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah Al- Makmun 813-833 M memerintahkan ahli-ahli geografi Muslim untuk mengukur kembali jarak bumi. Sejak saat itu muncul istilah mil untuk mengukur jarak. Usaha tersebut berhasil, sehingga Al-Makmun memerintahkan para geografer Muslim untuk menciptakan peta bumi yang besar. Di bawah koordinasi Al-Khawarizmi bersama 70 geografer lainnya berhasil membuat peta globe pertama pada tahun 830 M. Al-Khawarizmi juga berhasil menulis kitab geografi berjudul Surah Al-Ard Morfologi Bumi sebuah koreksi terhadap karya Ptolemeus. Yang mana kitab tersebut menjadi landasan ilmiah bagi geografi Muslim tradisional. Pada abad yang sama, Al-Kindi juga menulis sebuah buku bertajuk ‘Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni’. Demikian juga Al- Biruni berhasil menemukan radius bumi mencapai 6.339,6 km dimana dunia Barat belum mampu mengukur radius bumi seperti yang dilakukan Al-Biruni. Di era kejayaan Dinasti Abbasiyah, perkembangan astronomi Islam, penerjemahan naskah-naskah kuno ke dalam bahasa Arab serta meningkatnya ekspansi perdagangan dan kewajiban menunaikan ibadah haji merndukung semakin berkembangnya geografi di dunia Islam. Semakin banyak bermnculan ahli di bidang geografi, di antaranya 1. Al-Ya’qubi wafat 897 M, menulis buku geografi berjudul ’’Negeri- negeri’’ dengan studi topografisnya.

2. Ibn Khordadbeh 820 M - 912 M, murid Al-Kindi yang mempelajari

jalan-jalan di berbagai provinsi secara cermat dan menuangkannya ke dalam buku Al-Masalik wa Al-Mamalik Jalan dan Kerajaan.

3. Al-Dinawari 828 M-898 M 4. Hamdani 893 M - 945 M

5. Ali al-Masudi 896 M - 956 M, mempelajari faktor-faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhi pembentukan batu-batuan di bumi.

6. .Ahmad ibn Fadlan abad ke-10 M, menulis ensiklopedia dan kisah

perjalanan ke daerah Volga dan Kaspia.

7. Ahmad ibn Rustah abad ke-10 M, menulis ensiklopedia besar mengenai

geografi.

8. Al Balkhi, mendirikan sekolah di kota Baghdad yang secara khusus

mengkaji dan membuat peta bumi.

9. Al Istakhar II dan Ibnu Hawqal abad ke-10 M, membuat pemetaan dunia. 10. Al Baghdadi 1162 M

11. Abdul-Leteef Mawaffaq 1162 M 12. Abu Ubaid Al- Bakri abad 11 M menulis kitab Mu’jam Al-Ista’jam Eksiklopedi Geografi. berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab dan Al- Masalik wa Al-Mamalik Jalan dan Kerajaan, berisi pemetaan geografis dunia Arab zaman dahulu. 97

6. IlmuBumigeografi

13. Al-Idrisi 1100 M, membuat peta dunia, menulis kitab Nazhah Al-

Muslak fi Ikhtira Al-Falak Tempat Orang yang Rindu Menembus Cakrawala.. Kitab ini. diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, menjadi Geographia Nubiensis.

14. Dan lain-lain.

Ilmu agama yang dimaksud disini adalah ilmu-ilmu yang muncul ditengah-tengah suasana hidup keislaman berkaitan dengan agama dan bahasa Al-Qur’an. Ilmu agama telah berkembang sejak masa Dinasti Umayyah. Namun, pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang luar biasa. Masa ini melahirkan ulama-ulama besar dan karya- karya yang agung dalam berbagai bidang ilmu agama. Diantara ilmu pengetahuan di bidang agama yang berkembang dan sangat maju adalah ilmu- ilmu sebagai berikut: Hadist merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Hadis yang merupakan tradisi lisan sejak masa Rasulullah, sahabat hingga tabi’in telah mengalami banyak permasalahan. Diantaranya adalah pemisahan antara Hadist dengan qaul sahabat, klasifikasi Hadist, dan pemalsuan Hadist. Untuk mengatasi hal tersebut, para ulama melakukan penelusuran dan pengklasifikasian Hadits-hadist Rasul tersebut. Dalam sejarah perkembangan ilmu Hadist, kodifikasi dan klasifikasi terhadap Hadist sudah dimulai pada masa Dinasti Bani Umayah, di bawah kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa Dinasti Abbasiyah dilakukan kodifikasi Hadist-hadist didasarkan pada metode kritik matan dan kritik sanad. Untuk menentukan keabsahan dan keotentikan suatu Hadist para ulama meneliti dan mengkaji dengan sungguh-sungguh hadist dari segi sanad, rawi, dan matan sifat dan bentuk hadist. Para ulama Hadist kemudian menghimpun Hadist-hadist rasul ke dalam berbagai kitab, berupa Sahih, Sunan dan Musnad. Usaha ini diawali oleh Ishak bin Rawaih guru Imam Bukhari, yang meminta murid-muridnya untuk menulis kitab yang menghimpun hadis- hadis shahih . Imam Bukhari dan Muslim kemudian menulis kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Berikutnya Abu Dawud, Tirmizi, Nasai dan Ibnu Majah yang menyusun kitab Sunan. Dari dua kitab Sahih dan empat Sunan, disebut dengan Kutubus-sittah Enam Kitab Induk Hadis. Adapun kitab musnad disusun oleh Ahmad bin Hanbal, Musa Al-Abasi, Musaddad al-Basri Asad bin Musa dan Nuaim bin Hamad al-khazai. Di antara kitab-kitab Hadist yang berkembang, kutubusittah merupakan salah satu di antara kitab hadis yang paling populer dan mendapat perhatian luas dari masyarakat. Di antara ulama bahkan mengatakan tidak ada kitab yang paling sahih setelah Al-Qur’an selain kitab Shahih Al-Bukhari. Anggapan ulama bahwa kitab Shahih Imam al-Bukhari ini memiliki akurasi yang tinggi, bukan tanpa alasan. Tetapi, memang dipahami dari metode Imam al-Bukhari 98

D. Kemajuan Bidang Ilmu-ilmu Agama

1. Ilmu Hadits