13. Al-Idrisi 1100 M, membuat peta dunia, menulis kitab Nazhah Al-
Muslak fi Ikhtira Al-Falak Tempat Orang yang Rindu Menembus Cakrawala.. Kitab ini. diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, menjadi
Geographia Nubiensis.
14. Dan lain-lain.
Ilmu agama yang dimaksud disini adalah ilmu-ilmu yang muncul ditengah-tengah suasana hidup keislaman berkaitan dengan agama dan bahasa
Al-Qur’an. Ilmu agama telah berkembang sejak masa Dinasti Umayyah. Namun, pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan dan
kemajuan yang luar biasa. Masa ini melahirkan ulama-ulama besar dan karya- karya yang agung dalam berbagai bidang ilmu agama. Diantara ilmu
pengetahuan di bidang agama yang berkembang dan sangat maju adalah ilmu- ilmu sebagai berikut:
Hadist merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Hadis yang merupakan tradisi lisan sejak masa Rasulullah, sahabat hingga tabi’in telah
mengalami banyak permasalahan. Diantaranya adalah pemisahan antara Hadist dengan qaul sahabat, klasifikasi Hadist, dan pemalsuan Hadist. Untuk
mengatasi hal tersebut, para ulama melakukan penelusuran dan pengklasifikasian Hadits-hadist Rasul tersebut. Dalam sejarah perkembangan
ilmu Hadist, kodifikasi dan klasifikasi terhadap Hadist sudah dimulai pada masa Dinasti Bani Umayah, di bawah kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz.
Selanjutnya pada masa Dinasti Abbasiyah dilakukan kodifikasi Hadist-hadist didasarkan pada metode kritik matan dan kritik sanad. Untuk menentukan
keabsahan dan keotentikan suatu Hadist para ulama meneliti dan mengkaji dengan sungguh-sungguh hadist dari segi sanad, rawi, dan matan sifat dan
bentuk hadist. Para ulama Hadist kemudian menghimpun Hadist-hadist rasul ke dalam berbagai kitab, berupa Sahih, Sunan dan Musnad.
Usaha ini diawali oleh Ishak bin Rawaih guru Imam Bukhari, yang meminta murid-muridnya untuk menulis kitab yang menghimpun hadis-
hadis shahih
.
Imam Bukhari dan Muslim kemudian menulis kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Berikutnya Abu Dawud, Tirmizi, Nasai dan Ibnu
Majah yang menyusun kitab Sunan. Dari dua kitab Sahih dan empat Sunan, disebut dengan Kutubus-sittah Enam Kitab Induk Hadis. Adapun kitab
musnad disusun oleh Ahmad bin Hanbal, Musa Al-Abasi, Musaddad al-Basri Asad bin Musa dan Nuaim bin Hamad al-khazai.
Di antara kitab-kitab Hadist yang berkembang, kutubusittah merupakan salah satu di antara kitab hadis yang paling populer dan mendapat perhatian
luas dari masyarakat. Di antara ulama bahkan mengatakan tidak ada kitab yang paling sahih setelah Al-Qur’an selain kitab Shahih Al-Bukhari. Anggapan
ulama bahwa kitab Shahih Imam al-Bukhari ini memiliki akurasi yang tinggi, bukan tanpa alasan. Tetapi, memang dipahami dari metode Imam al-Bukhari
98
D. Kemajuan Bidang Ilmu-ilmu Agama
1. Ilmu Hadits
sendiri di dalam menyeleksi Hadist-hadist yang dimasukan ke dalam kitab Shahih-nya. Dengan demikian pada masa kejayaan Dinasti Abbasiyah
meninggalkan khazanah yang yang tak ternilai harganya yakni, para ahli Hadist yang termashur.
a
Imam Bukhari, karyanya adalah kitab Jami’ Sahih Al-Bukhari. b
Imam Muslim, kitab karangannya Sahih Muslim. c
Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah. d
Abu Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud. e
Imam Tirmizi, karyanya Sunan At-Tirmizi. f Imam Nasa’i, karyanya Sunan An-Nasa’i
Pada masa Abbasiyah ilmu tafsir mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan dilakukannya penafsiran secara sistematis, mandiri dan
komprehensif, terpisah dari hadist. Pada masa ini terdapat dua cara yang ditempuh oleh para mufassir dalam melakukan penafsira ayat-ayat al-Qur’an.
Pertama, metode Tafsir bil Ma’tsur, yaitu metode penafsiran oleh sekelompok mufassir dengan cara memberi penafsiran al-Qur’an dengan hadits dan
penjelasan para sahabat. Tokoh-tokohnya adalah Al-Subhi w.127 H, Muqatil Bin Sulaiman w.150 H, Muhammad Bin Ishaq, dan yang cukup termasyhur
adalah At-Tabari. Nama lengkap Abu Jafar Muhammad At-Tabari. At-Tabari menyusun kitab tafsir berjudul Jami Al-Bayan fi Tafsir Al-Quran Himpunan
Penjelasan dalam Al-Quran yang corak penafsiran adalah tafsir bil matsur penafsiran dengan menyandarkan pada ayat Al-Quran, hadis dan ijtihad
sahabat.
Kedua, Tafsir bi Al-Ro’yi, yaitu penafsiran berdasarkan ijtihad. akal lebih
banyak dari pada Hadist. Tokohnya-tokohnya adalah Abu Bakar Al-Asham w 240 H dan Abu Muslim Al-Asfahani w. 322 H. Corak penafsiran bil Ar-
Ra’yi ini kemudian melahirkan kelompok-kelompok yang tidak terikat oleh Hadist maupun perkataan sahabat, dan mendapatkan perkembangan ilmu baru
yang disebut Ilmu Kalam. Menurut A. Hasymy, lahirnya ilmu kalam karena dua faktor yaitu:
1. Untuk membela Islam dengan bersenjatakan filsafat 2. Karena semua masalah termasuk masalah agama, telah berkisar dari pola
rasa kepada pola akal dan ilmu.
Dalam sejarah perkembangan Ilmu fikih, pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan
gemilang. Dipandang sebagai
periode kesempurnaan, yakni periode munculnya imam-imam mujtahid besar. Pada
masa ini juga disebut sebagai periode pembinaan dan pembukuan hukum Islam. Penulisan dan pembukuan hukum Islam dilakukan secara intensif, baik
berupa penulisan Hadist-hadist nabi, fatwa-fatwa para sahabat dan tabi’in, tafsir Al-Qur’an, kumpulan pendapat-pendapat imam-imam fiqih, dan
penyusunan ilmu ushul fiqh.
99
2. llmu Tafsir
3. Ilmu Fikih