Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002
5.2.3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002
Untuk melaksanakan pemilihan umum 2004 dan menyesuaikan ketentuan tentang partai politik dengan hasil perubahan UUD 1945, dibuatlah Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. Secara umum, materi muatan undang-undang itu dapat dilihat sebagai penyempurnaan dari undang- undang sebelumnya. Selain aturan-aturan yang sebelumnya sudah terdapat dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999, terdapat ketentuan bab baru, yaitu peradilan perkara partai politik, larangan, serta pembubaran dan penggabungan.
Undang-undang Nomor 31 Tahun 2002 kembali menegaskan bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat adalah bagian dari hak asasi manusia sebagaimana diakui dan dijamin dalam UUD 1945. Usaha untuk memperkukuh kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat dipandang merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan kehidupan kebangsaan yang kuat dalam Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, demokratis, dan berdasarkan hukum. Partai politik diakui sebagai salah satu wujud partisipasi masyarakat yang penting dalam mengembangkan kehidupan demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan, kesetaraan, kebersamaan, dan
kejujuran. 862 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 secara tegas telah menunjukkan
arah kebijakan menuju sistem multi partai sederhana. Hal itu tertuang dalam penjelasan umum yang menyatakan bahwa untuk mewujudkan tujuan kemasyarakatan dan kenegaraan yang berwawasan kebangsaan, diperlukan adanya kehidupan dan sistem kepartaian yang sehat dan dewasa, yaitu sistem multipartai sederhana. Upaya membentuk sistem multipartai sederhana dilakukan dengan menetapkan persyaratan kualitatif dan kuantitatif dalam pembentukan
partai politik. 863 Pengaturan persyaratan pembentukan partai politik hampir sama dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999. Namun dalam Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2002 syarat jumlah kepengurusan yang semula menjadi syarat mengikuti pemilihan umum berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
Konsideran “Menimbang” Huruf (a), (b), dan (d) Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002. 863 Penjelasan Umum Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002.
1999 berubah menjadi salah satu syarat pendaftaran partai politik pada Departemen Hukum dan HAM. Partai politik harus mempunyai kepengurusan sekurang-kurangnya 50% dari jumlah provinsi, 50% dari jumlah kabupaten/kota pada setiap provinsi yang bersangkutan, dan 25% dari jumlah kecamatan pada
setiap kabupaten/kota yang bersangkutan. 864 Partai politik juga harus mendaftar kembali jika terjadi perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, nama,
lambang, dan tanda gambar partai politik. 865 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 mencantumkan kembali tujuan
partai politik yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus seperti yang telah ada pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999. Selain itu, juga ditambahkan satu lagi tujuan umum, yaitu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia 866 . Namun demikian, tidak ditentukan bahwa tujuan tersebut harus ada dalam AD/ART partai seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1999. Hanya ditentukan bahwa tujuan tersebut diwujudkan secara konstitusional 867 .
Hak partai politik yang pada awalnya dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 hanya meliputi hak mengikuti pemilihan umum dan memperoleh perlakuan yang sama dan sederajat, dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 disebutkan secara lebih terperinci baik terkait dengan eksistensinya sebagai organisasi maupun keikutsertaannya dalam pemilihan umum. Hak-hak partai politik tersebut meliputi; (a) memperoleh perlakuan yang sama, sederajat, dan adil dari negara; (b) mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi secara mandiri; (c) memperoleh hak cipta atas nama, lambang, dan tanda gambar partainya dari Departemen Hukum dan HAM sesuai dengan peraturan perundang- undangan; (d) ikut serta dalam pemilihan umum sesuai dengan ketentuan Undang- Undang tentang Pemilihan Umum; (e) mengajukan calon untuk mengisi keanggotaan di lembaga perwakilan rakyat; (f) mengusulkan penggantian antarwaktu anggotanya di lembaga perwakilan rakyat sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (g) mengusulkan pemberhentian anggotanya di lembaga perwakilan rakyat sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan (h)
865 Pasal 2 Ayat (3) Huruf b Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002. 866 Pasal 4 Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002. Pasal 6 Ayat (1) Huruf c Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002. 867 Pasal 6 Ayat (3) Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002.
mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 868
Demikian pula dengan kewajiban partai politik yang semula dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 hanya terdiri dari 5 kewajiban, ditambah dan diuraikan lebih rinci menjadi 10 kewajiban. Kewajiban-kewajiban tersebut meliputi; (a) mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya; (b) memelihara dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (c) berpartisipasi dalam pembangunan nasional; (d) menjunjung tinggi supremasi hukum, demokrasi, dan hak asasi manusia; (e) melakukan pendidikan politik dan menyalurkan aspirasi politik; (f) menyukseskan penyelenggaraan pemilihan umum; (g) melakukan pendaftaran dan memelihara ketertiban data anggota; (h) membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka untuk diketahui oleh masyarakat dan pemerintah; (i) membuat laporan keuangan secara berkala satu tahun sekali kepada Komisi Pemilihan Umum setelah diaudit oleh akuntan publik; dan (j) memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum dan menyerahkan laporan neraca keuangan hasil audit akuntan publik kepada Komisi
Pemilihan Umum paling lambat 6 (enam) bulan setelah hari pemungutan suara. 869 Untuk masalah keanggotaan, selain menentukan syarat usia dan
kewarganegaraan seperti dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999, juga ditentukan keanggotaan partai politik yang bersifat sukarela, terbuka, dan tidak diskriminatif bagi setiap warga negara Indonesia yang menyetujui anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai yang bersangkutan. Selain itu, ditegaskan pula bahwa kedaulatan partai politik berada di tangan anggota yang dilaksanakan
menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. 870 Anggota partai politik mempunyai hak dalam menentukan kebijakan, hak memilih dan dipilih serta wajib
mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta berkewajiban berpartisipasi dalam kegiatan partai politik. 871
Pasal 8 Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002.
870 Pasal 9 Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002. Ketentuan ini konstruksinya dapat dibandingkan dengan Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
871 Pasal 10 dan 11 Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002.
Dalam ketentuan tentang keanggotaan, juga diatur masalah pemberhentian anggota partai politik yang menjadi anggota lembaga perwakilan rakyat. Pemberhentian tersebut dapat dilakukan apabila; (a) menyatakan mengundurkan diri dari keanggotaan partai politik yang bersangkutan atau menyatakan menjadi anggota partai politik lain; (b) diberhentikan dari keanggotaan partai politik yang bersangkutan karena melanggar anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; atau (c) melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan hingga
diberhentikan. 872 Untuk kententuan mengenai kepengurusan, di samping mengatur tingkat
kepengurusan seperti dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999, juga diatur bahwa kepengurusan partai politik di setiap tingkatan dipilih secara demokratis melalui forum musyawarah partai politik sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender. Jika terjadi pergantian atau penggantian kepengurusan partai politik tingkat nasional, susunan pengurus baru didaftarkan kepada Departemen Hukum dan HAM paling cepat 7 hari dan paling lambat 30 hari terhitung sejak terjadinya pergantian atau penggantian kepengurusan. Departemen Hukum dan HAM memberikan keputusan terdaftar kepada pengurus baru paling lambat 7 hari setelah pendaftaran
diterima. 873 Namun demikian, apabila terjadi keberatan dari sekurang-kurangnya
setengah peserta forum musyawarah atau terdapat kepengurusan ganda, diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat. Jika penyelesaian tidak dapat
dicapai, para pihak dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan. 874 Salah satu bab baru dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 adalah
bab tentang Peradilan Perkara Partai Politik. Perkara partai politik, selain pembubaran partai politik, diajukan kepada Pengadilan Negeri yang putusannya merupakan putusan pertama dan terakhir dan hanya dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Perkara tersebut diselesaikan oleh pengadilan negeri paling
lama 60 hari dan oleh Mahkamah Agung paling lama 30 hari. 875 Adanya batas
873 Pasal 12 Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002. 874 Pasal 13 Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002. Pasal 14 Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002. 875 Pasal 16 Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002.
waktu penyelesaian tersebut dengan tujuan tidak mengganggu konsolidasi partai yang juga dapat mengganggu situasi politik dan pelaksanaan pemilihan umum. 876
Untuk masalah keuangan partai politik, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 meningkatkan batasan jumlah sumbangan, baik dari perorangan maupun dari perusahaan. Sumbangan dari perorangan paling banyak senilai Rp200.000.000,00 dalam waktu 1 tahun. Sedangkan sumbangan dari perusahaan paling banyak
senilai Rp800.000.000,00 dalam waktu 1 tahun. 877 Larangan yang dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 menjadi
salah satu pasal dari bab Pengawasan dan Sanksi, dalam Undang-Undang Nomor
31 Tahun 2002 diatur dalam bab tersendiri. Larangan tersebut terdiri dari empat macam yaitu terkait dengan nama, lambang atau tanda gambar; terkait dengan kegiatan yang dilakukan; terkait dengan bantuan atau sumbangan; larangan mendirikan badan usaha atau memiliki saham suatu badan usaha; dan larangan menganut, mengembangkan, dan menyebarkan ajaran atau paham Komunisme/
Marxisme-Leninisme. 878 Partai politik dilarang menggunakan nama, lambang, atau tanda gambar
yang sama dengan (a) bendera atau lambang negara Republik Indonesia; (b) lambang lembaga negara atau lambang Pemerintah; (c) nama, bendera, atau lambang negara lain dan nama, bendera, atau lambang lembaga/badan internasional; (d) nama dan gambar seseorang; atau (e) yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan partai politik lain. Sedangkan untuk kegiatan, partai politik dilarang; (a) melakukan kegiatan yang bertentangan dengan UUD 1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya; (b) melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; atau (c) melakukan kegiatan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah negara dalam memelihara persahabatan dengan negara lain dalam
rangka ikut memelihara ketertiban dan perdamaian dunia. 879 Selain itu, partai politik dilarang; (a) menerima dari atau memberikan
kepada pihak asing sumbangan dalam bentuk apa pun, yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; (b) menerima sumbangan, baik berupa barang
A. A. Oka Mahendra dan Soekedy, Op. Cit., hal 117-118. 878 Pasal 18 Ayat (1) dan (2) Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002. Pasal 19 Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002.
879 Pasal 19 Ayat (1) dan (2) Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002.
maupun uang, dari pihak mana pun tanpa mencantumkan identitas yang jelas; (c) menerima sumbangan dari perseorangan dan/atau perusahaan/badan usaha melebihi batas yang ditetapkan; atau (d) meminta atau menerima dana dari badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha milik desa atau dengan sebutan lainnya, koperasi, yayasan, lembaga swadaya masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, dan organisasi kemanusiaan. 880 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 mengatur secara khusus masalah
pembubaran dan penggabungan partai politik. Suatu partai politik bubar apabila membubarkan diri atas keputusan sendiri, menggabungkan diri dengan partai politik lain, atau dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi. Pembubaran dan penggabungan partai politik diumumkan dalam Berita Negara oleh Departemen
Hukum dan HAM. 881 Wewenang pengawasan partai politik yang semula berada di tangan
Mahkamah Agung, dialihkan ke tiga instansi, yaitu Departemen Hukum dan HAM, Departemen Dalam Negeri, dan Komisi Pemilihan Umum dengan pembagian lingkup pengawasan masing-masing. Hal itu terjadi karena dalam penyusunan undang-undang tersebut, Mahkamah Agung menyatakan kewenangan pengawasan tersebut kurang sesuai dengan identitasnya sebaga lembaga peradilan.
Mahkamah Agung juga memiliki tunggakan perkara kasasi yang amat banyak. 882 Selain itu, terkait dengan pembubaran partai politik, pada saat itu telah terdapat
ketentuan Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945 yang memberikan wewenang memutus pembubaran partai politik kepada Mahkamah Konstitusi.
Pengawasan partai politik meliputi beberapa macam kegiatan. Pengawasan yang dilakukan oleh Departemen Hukum dan HAM meliputi tiga hal. Ketiga hal tersebut adalah melakukan penelitian secara administratif dan substantif terhadap akta pendirian dan syarat pendirian partai politik; melakukan pengecekan terhadap kepengurusan partai politik yang tercantum dalam akta pendirian partai politik dan kepengurusan; melakukan pengecekan terhadap nama, lambang, dan tanda gambar partai politik; dan menerima laporan perubahan anggaran dasar dan
881 Pasal 19 Ayat (3) Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002. Pasal 20 dan Pasal 22 Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002.
A. A. Oka Mahendra dan Soekedy, Op. Cit., hal 112-113.
anggaran rumah tangga, nama, lambang, dan tanda gambar partai politik, dan pergantian atau penggantian kepengurusan partai politik. 883
Pengawasan juga dilakukan dalam bentuk meminta hasil audit laporan keuangan tahunan partai politik dan hasil audit laporan keuangan dana kampanye
pemilihan umum. Pengawasan ini dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum. 884 Selain itu, pengawasan juga dilakukan dalam bentuk penelitian terhadap
kemungkinan dilakukannya pelanggaran terhadap larangan-larangan partai politik yang dilakukan oleh Departemen Dalam Negeri. 885 Namun pemerintah tidak
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan fungsi dan hak partai politik. 886
Sanksi yang diberikan terhadap partai politik dibedakan menurut ketentuan yang dilanggar oleh partai politik. Pelanggaran terhadap persyaratan pembentukan partai politik, ketentuan tentang asas partai politik, serta larangan nama dan tanda gambar dikenai sanksi penolakan pendaftaran sebagai partai politik oleh
Departemen Hukum dan HAM. 887 Pelanggaran terhadap kewajiban membuat pembukuan dan daftar sumbangan, dikenai sanksi teguran secara terbuka oleh
Komisi Pemilihan Umum. 888 Pelanggaran terhadap kewajiban membuat laporan keuangan secara berkala dapat dikenai sanksi dihentikannya bantuan dari